Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

Book of Jihad

KITAB JIHAD

en

234 - Chapter on the merit of Jihad

234- BAB KEUTAMAAN JIHAD

en

Allah Almighty says: {And fight against the disbelievers collectively as they fight against you collectively. And know that Allah is with the righteous.} [Surat at-Tawbah: 36] He also says: {Battle has been enjoined upon you while it is hateful to you. But perhaps you hate a thing and it is good for you; and perhaps you love a thing and it is bad for you. And Allah knows, while you do not know.} [Surat al-Baqarah: 216] He also says: {Go forth, whether light or heavy, and strive with your wealth and your lives in the cause of Allah.} [Surat at-Tawbah: 41] Allah Almighty also says: {Allah has purchased from the believers their lives and their wealth, and in return they will have Paradise; they fight in the cause of Allah and they kill or are killed. This is a true promise, given by Him in the Torah, the Gospel and the Qur’an. Who is more faithful to his promise than Allah? Rejoice then in the transaction you have made with Him; that is the supreme triumph.} [Surat at-Tawbah: 111] He also says: {Not equal are those believers who stay behind – except those forced by necessity – and those who fight in the way of Allah with their wealth and their lives. Allah has given a higher rank to those who fight with their wealth and their lives than those who stay behind. To each Allah has promised a fine reward, but Allah has favored those who fight over those who stay behind with a great reward, degrees [of high position] from Him and forgiveness and mercy, and Allah is All-Forgiving, Most Merciful.} [Surat an-Nisā’: 95-96] He also says: {O you who believe, shall I tell you about a trade that will save you from a painful punishment? It is to believe in Allah and His Messenger, and to struggle in the way of Allah with your wealth and your lives. That is better for you, if only you knew. He will forgive you your sins and admit you to gardens under which rivers flow, and pleasant dwellings in Gardens of Eternity. That is the supreme triumph. And [He will grant you] another favor that you love: help from Allah and an imminent conquest. Give glad tidings to the believers.} [Surat as-Saff: 10-13] There are many other well-known verses in this regard.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah: 36) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagi kamu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal tidak baik bagi kamu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Berangkatlah kamu, baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah." (QS. At-Taubah: 41) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sesungguhya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur`ān. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung." (QS. At-Taubah: 111) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari-Nya, serta ampunan dan rahmat. Dan sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisā`: 95-96) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah kemenangan yang agung. Dan (ada lagi) karunia lain yang kamu sukai, (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin." (QS. Aṣ-Ṣaff: 10-13) Ayat-ayat dalam bab ini sangat banyak dan masyhur.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) They incite the believers to fight the disbelievers as a whole so as to make Allah’s word supreme and humiliate disbelief and its people.

1) Mengobarkan semangat kaum mukminin untuk memerangi seluruh orang kafir demi menegakkan kalimat Allah serta menghinakan kekafiran dan pemeluknya.

en

2) Although the human self is disinclined to Jihad, it serves such great interests that render it good and beneficial for the believers. Indeed, Allah Almighty may predestine, out of His wisdom, something that seems unpleasant to the human self, yet it turns out to have good consequences.

2) Walaupun jihad tidak disukai oleh jiwa, namun ia memiliki maslahat besar yang menjadikannya baik bagi orang beriman, karena Allah -Ta'ālā- kadang menetapkan sesuatu yang tak disukai jiwa sesuai dengan takdir serta hikmah-Nya, lalu menjadikan kesudahannya sebagai kebaikan.

en

3) The required and commendable Jihad is that conducted with one’s life and wealth for the purpose of elevating the word of Allah, not for show-off or tribal or national affiliation.

3) Jihad yang diperintahkan adalah jihad dengan jiwa dan harta untuk menegakkan agama Allah -Ta'ālā-, bukan karena ria dan fanatisme.

en

4) They demonstrate the profitable transaction of Jihad: Allah is the buyer, the seller is the believers, the sold item is the believers’ lives and wealth, the price is Paradise, and the document recording the deal is the promise of Allah which He makes in His greatest revealed Book. What a great deal! Where are the traders who desire gains?

4) Menampakkan perniagaan besar dalam jihad; pembelinya adalah Allah Yang Mahasuci, penjualnya adalah orang-orang beriman, alat tukarnya dari pihak orang beriman adalah jiwa dan harta, alat tukar dari Allah adalah surga, dan dokumen yang menetapkan jual beli tersebut adalah janji Allah dalam kitab paling agung yang diturunkan di muka bumi. Sungguh, betapa agungnya perniagaan itu! Maka, di manakah para pebisnis yang menginginkan keuntungan surga?!

en

5) Valid excuses for not participating in Jihad include physical weakness or disability, financial inability, and devotion to studying the religion of Allah. If a person abandons the collective duty of Jihad for the sake of knowledge and Da‘wah, he has chosen a good cause.

5) Orang-orang yang diberi uzur untuk tidak ikut serta dalam jihad adalah orang-orang yang memiliki halangan dari kalangan orang-orang lemah yang tidak mampu secara fisik ataupun harta, atau orang yang duduk mendalami agama Allah. Sehingga siapa saja yang meninggalkan maslahat jihad kifayah untuk maslahat ilmu dan dakwah kepada Allah -Ta'ālā-, maka dia berada di atas kebaikan.

en

6) Jihad is the profitable deal with Allah Almighty by which a person attains all that he desires and avoids everything he apprehends. But only the knowledgeable are aware of this!

6) Jihad adalah perniagaan menguntungkan, dengannya seorang hamba akan meraih semua yang diinginkan dan menghilangkan semua yang ditakuti, tetapi tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang berilmu!

en

A precious benefit:

Faedah Penting:

en

The scholars (may Allah have mercy upon them) divided Jihad into three categories:

Para ulama -raḥimahumullāh- menyebutkan bahwa jihad terbagi tiga:

en

Self-Jihad, Jihad against hypocrites, and Jihad against combatant disbelievers.

jihad melawan jiwa, jihad melawan kaum munafikin, dan jihad melawan orang-orang kafir harbi.

en

Prior amongst them is Jihad against oneself, personal inclinations, and against the devil. If a person achieves this type of Jihad successfully by the grace of Allah, he moves to Jihad against hypocrites and disbelievers on its basis. Yet, if he fails to conduct Jihad against his self, his personal inclinations, and the devil, then he is in greater failure when it comes to other types of Jihad. So, the believer should be keen to struggle against his self, by bringing it to fulfill the obligations and shun the prohibitions. This requires knowledge and insight on his part and then perseverance and struggle. He continues in this course until his self begins to desire goodness and abandon evil. If he proves truthful in this kind of Jihad, Allah will honor him with Jihad against the disbelievers and promise him a great victory. However, if a person fails to attend the congregational prayer, for example, and neglects to respond to the call to "Come to Prayer", how would he respond to the call to "Come to Jihad"!

Yang didahulukan di antara semua macam jihad ini adalah jihad melawan jiwa, hawa nafsu, dan setan. Bila seorang hamba telah meraih kemenangan dari jihad ini serta diberikan taufik oleh Allah -Ta'ālā- untuk merealisasikannya, maka setelah itu ia dituntut berjihad melawan kaum munafikin dan melawan orang-orang kafir. Bila dia tidak mampu berjihad melawan jiwanya, hawa nafsunya, dan setan, maka ia akan lebih tidak mampu terhadap jenis jihad yang lain. Oleh karena itu, seorang mukmin harus gigih berjihad menaklukkan dirinya, yaitu dengan membimbingnya untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan. Dan ini membutuhkan ilmu, kesabaran dan ketabahan, serta pengorbanan dan perjuangan, sampai jiwanya menjadi senang pada kebaikan dan meninggalkan keburukan. Bila dia jujur dalam jihad ini, Allah -Ta'ālā- akan mengaruniakan kepadanya jihad melawan orang-orang kafir serta menjanjikan pada dirinya kemenangan yang besar. Adapun orang yang lemah dari berjihad untuk melaksanakan salat berjamaah, misalnya, dan dia mengkhianati panggilan "Ḥayya 'alaṣ-ṣalāh", maka bagaimana dia bisa menyambut panggilan "Ḥayya 'alal-jihād"?

en

Hadīths on the merit of Jihad are too many to be counted. They include the following:

Adapun hadis-hadis tentang keutamaan jihad maka sangatlah banyak, di antaranya:

en

1285/1 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was asked: “Which deed is the best?” He replied: “Belief in Allah and His Messenger.” It was asked: “Then what?” He said: “Jihad in the cause of Allah.” It was asked: “Then what?” He said: “An accepted Hajj.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/1285- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah ditanya, "Amalan apakah yang paling utama?" Beliau bersabda, "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Beliau ditanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau bersabda, "Berjihad di jalan Allah." Beliau ditanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau bersabda, "Haji yang mabrur." (Muttafaq 'Alaih)

en

1286/2 - Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: I asked the Messenger of Allah: “Which deed is the best?” He said: “Offering prayer at its time.” I said: “Then what?” He said: “Kindness to one’s parents.” I said: “Then what?” He said: “Jihad in the cause of Allah.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/1286- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Amal apakah yang paling Allah -Ta'ālā- cintai?" Beliau menjawab, "Salat di awal waktunya." Aku bertanya, "Kemudian amalan apa?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi, "Kemudian amalan apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." (Muttafaq 'Alaih)

en

1287/3 - Abu Dharr (may Allah be pleased with him) reported: I said: “O Messenger of Allah, which deed is the best?” He said: “Belief in Allah and Jihad in His cause.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/1287- Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Amalan apakah yang paling afdal?" Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Beriman kepada Allah dan berjihad di jalan Allah." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Jihad in the cause of Allah is one of the dearest and best acts in the sight of our Lord.

1) Jihad fi sabilillah termasuk amalan yang paling dicintai dan diutamakan di sisi Allah -Ta'ālā-.

en

2) Acts of worship and piety are varied, and every believer can compete in doing what he is able to do. How perfect this Shariah is!

2) Bervariasinya amal kebaikan dan kebajikan bagi orang beriman, sehingga setiap orang bisa berpacu pada ketaatan yang mampu dia kerjakan, dan ini bagian dari kesempurnaan syariat Islam.

en

1288/4 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Setting out in the cause of Allah in the morning or at the end of daytime is better than the world and all that is in it.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/1288- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh, keluar satu kali ketika pagi atau sore untuk berjihad di jalan Allah, itu lebih baik dari dunia dan segala isinya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

غَدْوَةُ (gadwah): keluar berjalan di waktu pagi.

en

--

رَوْحَةُ (rawḥah): keluar berjalan di waktu sore.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Jihad in the cause of Allah is one of the best acts of piety. It is better than the world and all the bliss it contains.

1) Jihad fi sabilillah termasuk ibadah yang paling utama, yaitu lebih baik dari dunia dengan segala isinya.

en

2) It exhorts us to conduct Jihad purely for the sake of Allah, not for tribal affiliation or any other cause related to the pre-Islamic time of ignorance.

2) Anjuran untuk mengikhlaskan jihad karena Allah -Ta'ālā-, yaitu dilakukan di jalan Allah, bukan dalam rangka fanatisme dan macam-macam slogan jahiliah lainnya.

en

1289/5 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported: A man came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “Who are the best among people?” He said: “A believer who conducts Jihad in the cause of Allah with his self and wealth.” He said: “Then who?” He said: “A believer who worships Allah in a mountain pass and keeps people safe from his evil.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/1289- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu bertanya, "Siapakah orang yang paling utama, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Seorang mukmin yang berjihad dengan jiwa dan hartanya di jalan Allah." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau bersabda, "Kemudian seseorang yang menyendiri di salah satu lembah gunung untuk beribadah kepada Tuhannya, dan menjauhkan manusia dari keburukan dirinya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The required Jihad is to be conducted with a person’s life and wealth, which are the dearest of one’s all possessions.

1) Jihad yang diperintahkan adalah jihad dengan jiwa dan harta, dan itu adalah hal paling berharga yang dimiliki seseorang.

en

2) It is better for a person to seclude himself at times of temptations, trials, and fear of committing sins than to mix with people.

2) Beruzlah (menyendiri) pada masa fitnah dan keburukan serta karena khawatir terjatuh ke dalam maksiat, lebih baik daripada hidup bermasyarakat.

en

1290/6 - Sahl ibn Sa‘d (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Observing Ribāt (guarding the Muslims’ frontiers) for one day in the cause of Allah is better than the world and everything therein. A place in Paradise as small as that occupied by the whip of one of you is better than the world and everything therein. A morning’s or an evening’s journey that one travels in the cause of Allah is better than the world and everything therein.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/1290- Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ribāṭ (berjaga di daerah perbatasan) sehari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Tempat dalam surga seukuran tempat cemeti salah seorang kalian lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan berangkat di sore hari atau berangkat di pagi hari untuk berperang di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows a great merit for observing Ribāt and conducting Jihad in the cause of Allah Almighty.

1) Menampakkan keutamaan berjuang dan berjihad fi sabilillah.

en

2) The world and all that it contains is worthless in the sight of Allah and there is no good in it, except for something that draws us close to our Lord. So, the least amount of Jihad is better than the whole world.

2) Dunia beserta semua isinya tidak sebanding dengan apa pun di sisi Allah, bahkan ia tak memiliki kebaikan apa pun, kecuali yang menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā-, karena ukuran paling kecil dalam surga itu lebih agung dari semua yang ada di dunia.

en

3) The reason for refraining from Jihad is deep attachment to worldly life and strong inclination to it. Do we now know why we have abandoned Jihad?!

3) Faktor ketidakikutsertaan dari jihad adalah bergantungnya hati dan kecondongannya kepada dunia; maka, apakah kita telah tahu mengapa kita meninggalkan jihad?!

en

1291/7 - Salmān (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Observing Ribāt for a day and a night is better than fasting and standing for night prayer for a whole month. If a person dies in it, he will receive the reward for his righteous deeds perpetually, will receive his provision, and will be saved from the trials of the grave.” [Narrated by Muslim]

7/1291- Salmān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ribāṭ (berjaga di garis perbatasan) sehari semalam lebih baik daripada puasa dan salat malam selama satu bulan. Jika ia meninggal dunia, maka amalan yang biasa ia lakukan tetap mengalir (pahalanya), rezekinya terus diberikan, dan ia aman dari pertanyaan dua malaikat dalam kubur." (HR. Muslim)

en

1292/8 - Fadālah ibn ‘Ubayd (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The actions of every dead person come to a halt except the one who is garrisoned on the frontier in the way of Allah. His deeds will keep growing till the Day of Judgment, and he will be secure from the trial in the grave.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

8/1292- Faḍālah bin 'Ubaid -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Setiap orang yang meninggal akan ditutup amalnya, kecuali orang yang berjihad menjaga perbatasan di jalan Allah. Sesungguhnya amalnya tetap bertambah sampai hari Kiamat dan ia aman dari fitnah (pertanyaan) kubur." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The trial in the grave refers to the questioning by the two angels about the dead person’s deity, religion, and prophet.

الفَتَّانُ (al-fattān): sesuatu yang dengannya seseorang diuji dalam kubur berupa pertanyaan dua malaikat kepadanya tentang sesembahannya, agamanya, dan nabinya.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) They show a special merit for those garrisoned on the frontiers in the cause of Allah, as their good deeds are increased and never come to an end. This makes the believers’ souls long for Jihad in the cause of Allah.

1) Keutamaan khusus bagi mujahid yang menjaga perbatasan di jalan Allah, bahwa amalnya terus dikembangkan dan tidak terhenti, dan ini termasuk yang menjadikan jiwa orang beriman terus merindukan jihad fi sabilillah.

en

2) They establish the trial of the grave and inform that a person who observes Ribāt will be saved from it.

2) Penetapan adanya fitnah atau pertanyaan dalam kubur, dan bahwa mujahid yang menjaga perbatasan di jalan Allah dilindungi oleh Allah -Ta'ālā- dari pertanyaan tersebut.

en

1293/9 - ‘Uthmān (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Observing Ribāt in the cause of Allah for one day is better than a thousand days in any other activity.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

9/1293- 'Usmān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Berjaga di garis perbatasan sehari di jalan Allah lebih baik daripada seribu hari di tempat kebaikan lainnya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out that rewards are multiplied for those who observe Ribāt in the cause of Allah, which stems from the honor and merit of Jihad.

1) Menjelaskan pelipatgandaan pahala bagi mujahid yang menjaga perbatasan di jalan Allah, dan ini termasuk kemuliaan dan keutamaan jihad.

en

2) The fortunate believer is one whom Allah enables to occupy one of the ranks of Jihad in the cause of Allah Almighty.

2) Orang yang mendapat taufik adalah yang dimudahkan oleh Allah -Ta'ālā- untuk berada di salah satu tingkatan jihad fi sabilillah.

en

1294/10 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah guarantees for the one who sets out to fight in His way, ‘going out solely for Jihad in My way, belief in Me, and belief in My Messengers, then I guarantee that I will admit Him to Paradise,’ or He will send Him back to his home from where he set out with what he earned of reward or share of booty. By Him in Whose hand Muhammad’s soul is, if a person is wounded in the cause of Allah, he will come on the Day of Resurrection with his wound in the same condition as it was on the day when he sustained it; its color will be the color of blood but its smell will be the smell of musk. By Him in Whose hand Muhammad’s soul is, were it not to be too hard upon the Muslims, I would not lag behind any expedition to fight in the cause of Allah, but I have neither abundant means to provide them riding mounts nor other Muslims have it, and it will be hard on them to remain behind when I go forth. By Him in Whose hand Muhammad’s soul is, I would love to fight in the way of Allah and get killed, then to fight again and get killed, then to fight again and get killed.” [Narrated by Muslim; partially narrated by Al-Bukhāri]

10/1294- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah menjamin bagi orang yang keluar berjihad di jalan-Nya, 'Tidak ada yang mengeluarkannya kecuali karena berjihad di jalan-Ku, beriman kepada-Ku dan membenarkan rasul-rasul-Ku, maka dia dijamin atas-Ku, bahwa Aku akan memasukkannya ke surga atau mengembalikannya ke tempat tinggalnya yang dia berangkat darinya dengan membawa pahala ataupun ganimah.' Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Tidaklah ada luka yang terluka di jalan Allah, kecuali akan datang pada hari Kiamat seperti keadaannya ketika terluka; warnanya warna darah, dan aromanya aroma kesturi. Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Kalaulah aku tidak akan memberatkan kaum muslimin, aku tidak akan absen dari sebuah pasukan yang berperang di jalan Allah, selamanya. Tetapi, aku tidak mendapatkan kecukupan untuk memberi mereka semua kendaraan, dan mereka pun tidak memiliki kecukupan, sementara mereka merasa sangat berat bila tidak ikut bersamaku. Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Sungguh aku menginginkan bila aku berperang di jalan Allah lalu aku terbunuh, kemudian aku berperang lagi lalu terbunuh, kemudian aku berperang lagi kemudian terbunuh." (HR. Muslim, sebagiannya diriwayatkan oleh Bukhari)

en

--

الكَلْمُ (al-kalm): luka.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Having sincerity while conducting Jihad is something great and required for winning the promised reward.

1) Mewujudkan keikhlasan dalam berjihad adalah perkara besar yang menjadi tujuan, supaya hamba mendapatkan pahala yang dijanjikan.

en

2) A fighter in the cause of Allah gets either of two prizes: martyrdom or return to his family safe and victorious.

2) Seorang mujahid memiliki dua kebaikan; antara meraih mati syahid atau memperoleh kemenangan dan pulang dengan selamat ke keluarganya.

en

3) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) wished to die as a martyr in the cause of Allah because of what he knows about the high rank of martyrs in the sight of Allah.

3) Harapan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mati syahid di jalan Allah, karena beliau mengetahui mulianya kedudukan orang yang mati syahid di sisi Allah -Ta'ālā-!

en

4) It is permissible to swear saying “by the One in Whose hand my soul is”, for it is a form of swearing by Allah. But it is prohibited to swear by other than Allah and His names, attributes, and speech. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever has to take an oath should swear by Allah or remain silent.” [Narrated by Al-Bukhāri]

4) Boleh bersumpah dengan ucapan, "Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya!" Karena sumpah ini termasuk bersumpah dengan Allah -Ta'ālā-. Adapun bersumpah dengan selain Allah -Ta'ālā-, juga selain nama-Nya, sifat-Nya, dan kalam-Nya, maka hukumnya haram, tidak diperbolehkan. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, "Siapa yang bersumpah hendaklah bersumpah dengan Allah, atau jika tidak, hendaklah dia diam." (HR. Bukhari)

en

1295/11 - He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “No one is wounded in the way of Allah except that he comes on the Day of Judgment with his wound bleeding; the color is that of blood, and the smell is that of musk.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

11/1295- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah ada satu orang yang terluka di jalan Allah, melainkan dia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan lukanya mengeluarkan darah; warnanya warna darah dan wanginya wangi kesturi." (Muttafaq 'Alaih)

en

1296/12 - Mu‘ādh (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Paradise is guaranteed for any Muslim man who fights in the cause of Allah for the length of time between two milkings of a camel. If anyone is wounded or suffers any injury in the cause of Allah, this will come on the Day of Judgment bleeding the most it ever bled, with its color like saffron and its fragrance like musk.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

12/1296- Mu'āż -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Lelaki muslim mana saja yang berperang di jalan Allah, meskipun sejenak, maka wajib baginya mendapatkan surga. Siapa yang terluka di jalan Allah karena musuh atau ditimpa musibah, maka luka tersebut akan datang pada hari Kiamat dengan mengeluarkan darah yang banyak; warnanya seperti warna safron dan wanginya seperti wangi minyak kesturi." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مَكْلُوْمٌ (maklūm): orang yang terluka. الكَلْمُ (al-kalm) artinya luka, dan "كَلْمُهُ يَدْمَى" (kalmuhu yadmā): lukanya mengeluarkan darah.

en

The length of time between two milkings of a camel means: Even if he conducts little Jihad.

فُواقَ نَاقَةٍ (fuwāqa nāqah): waktu jeda antara dua perahan, maksudnya: walau dengan jihad yang sangat sebentar.

en

--

نُكبَ نَكبَةً (nukiba nakbatan): musibah yang menimpa seseorang walaupun sedikit.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) As a martyr has already confirmed that the religion of Allah is dearer to him than his own soul, his body parts will attest to his truthfulness. So, he will be resurrected with his wounds bleeding; the color is that of blood, and the smell is that of musk. Indeed, recompense for a deed is of the same kind of the deed.

1) Manakala orang yang mati syahid telah bersaksi bahwa agama Allah -Ta'ālā- baginya lebih mahal dari nyawanya, maka anggota badannya memberi kesaksian atas kejujurannya, sehingga darahnya datang bersaksi atas kejujurannya; warnanya warna darah, tetapi aromanya aroma kesturi. Sungguh, balasannya setimpal dengan jenis perbuatannya.

en

2) Whatever wound or injury that befalls a martyr will bring him reward and testify in his favor.

2) Tidaklah orang yang mati syahid mengalami luka atau musibah kecuali dengan sebab itu Allah -Ta'ālā- tuliskan baginya pahala dan luka tersebut menjadi saksi untuknya dalam hal itu.

en

1297/13 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: A man from the Prophet’s Companions came upon a valley containing a rivulet of fresh water and was delighted by it. He reflected: “I wish to withdraw from people and settle in this valley; but I won’t do so without the Prophet’s permission.” When he mentioned this to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him), he said: “Do not do that, for when any of you remains in the cause of Allah, this is better for him than performing prayer in his house for seventy years. Do you not wish that Allah forgives you and admits you to Paradise? Fight in the cause of Allah, for he who fights in the cause of Allah as little as the time of rest between two milkings of a camel will surely be admitted to Paradise.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

13/1297- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Salah seorang sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati sebuah jalan di lereng gunung yang memiliki sebuah mata air tawar yang membuatnya takjub. Dia berkata, “Andai aku melakukan uzlah (menyendiri) meninggalkan manusia, lalu aku tinggal di tempat ini. Namun aku tidak akan melakukannya hingga aku meminta izin kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.” Maka dia pun menyampaikan hal itu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda, “Jangan engkau lakukan! Karena keberadaan salah seorang kalian di jalan Allah itu lebih utama daripada salatnya di rumah selama tujuh puluh tahun. Tidakkah kalian mau bila Allah mengampuni kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga? Berperanglah di jalan Allah! Siapa yang berperang di jalan Allah, walau sejenak seukuran jarak antara dua perahan unta, maka dia berhak mendapatkan surga.” (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

--

الفُوَاق (al-fuwāq): jarak antara dua perahan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out the high status of Jihad, for its benefit extends to individuals and the whole Ummah. Other acts of worship, on the other hand, mostly benefit individuals only.

1) Menjunjung kedudukan jihad, karena manfaatnya umum untuk semua umat dan pribadi. Sedangkan ibadah yang bersifat khusus, maka manfaatnya terbatas pada hamba tersebut.

en

2) Fighting for the purpose of elevating the word of Allah, if done with sincere intention, is a reason for entering Paradise.

2) Berperang di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah disertai niat yang tulus menjadi sebab masuk surga.

en

3) It shows the merit of the Companions (may Allah be pleased with them), as they would not engage in any religious act without the Prophet’s permission.

3) Keutamaan para sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- manakala mereka menahan diri dari amal agama apa pun sebelum mendapat izin dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

1298/14 - He also reported: It was asked: “O Messenger of Allah, what is equal to Jihad in the cause of Allah?” He replied: “You do not have the strength to do it.” The question was repeated twice or thrice, and every time he answered: “You do not have the strength to do it.” Then he said: “One who goes out for Jihad in the cause of Allah is comparable to a person who keeps fasting, praying, and reciting the verses of Allah unfailingly until the one performing Jihad in the cause of Allah returns.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Muslim]

14/1298- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditanya, "Wahai Rasulullah! Adakah amalan yang menyamai jihad fi sabilillah?" Beliau menjawab, "Kalian tidak akan menyanggupinya." Mereka mengulangi pertanyaannya dua atau tiga kali, setiap kalinya beliau tetap menjawab, "Kalian tidak akan menyanggupinya." Selanjutnya beliau bersabda, "Perumpamaan orang yang berjihad fi sabilillah seperti orang yang berpuasa dan salat malam dengan berdiri lama membaca ayat-ayat Allah, dia tidak pernah berhenti dari puasa dan salatnya, sampai orang yang berjihad di jalan Allah itu kembali." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)

en

In another version narrated by Al-Bukhāri: A man came to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “O Messenger of Allah, tell me of a deed that is equal to Jihad.” He said: “I do not find one.”

Dalam riwayat Bukhari disebutkan: Bahwa seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah! Tunjukkanlah padaku amalan yang menyamai jihad!" Beliau menjawab, "Aku tidak menemukannya."

en

Then, he said: “As soon as a Mujāhid (a person who performs Jihad) sets out, can you enter your mosque and stand in prayer and never rest and fast and never break your fast?” He replied: “Who can do that?!”

Kemudian beliau bersabda, "Sanggupkah engkau, bila seorang mujahid berangkat, engkau masuk ke masjidmu lalu berdiri salat tanpa henti dan berpuasa tanpa berbuka?" Laki-laki itu menjawab, "Siapakah yang sanggup melakukan itu?!"

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Mujāhid in the cause of Allah gets a reward similar to one who is totally and continually engaged in worship.

1) Pahala orang yang berjihad di jalan Allah menyamai pahala orang yang fokus untuk beribadah secara total tanpa henti.

en

2) Virtuous deeds are favors from Allah Almighty upon those He wills among His servants. Indeed, a person does not reach a high rank by virtue of his knowledge and deeds only, but through the mercy and grace of his Lord.

2) Keutamaan amal saleh adalah kebaikan dari Allah -Ta'ālā- bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-Nya, sehingga seorang hamba tidak akan sampai ke surga hanya dengan sekadar ilmu dan amalnya saja, melainkan dengan adanya rahmat dan karunia Allah -Ta'ālā-.

en

1299/15 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Among the people who live the best life is the man who holds the reins of his horse (ever ready to march) in the way of Allah, flies on its back whenever he hears the war cry or the command to face the enemy; he flies to it seeking to be killed or to die at places where it is expected. Or a man who lives with some sheep at a hill-top or in a valley, performs prayer regularly, gives Zakah, and worships his Lord until death comes to him. He does not mix with people except for a good cause.” [Narrated by Muslim]

15/1299- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Di antara sebaik-baik sumber kehidupan manusia adalah seorang pria yang memegang tali kekang kudanya (berjihad) di jalan Allah, ia terbang di atas punggung kudanya; setiap kali ia mendengar suara atau gemuruh perang, ia terbang di atas punggung kudanya karena ingin berperang atau mencari mati (syahid) di tempat kematian. Atau seseorang yang menggembala kambing di puncak salah satu gunung atau di salah satu lembah, ia tetap menegakkan salat, menunaikan zakat, dan beribadah kepada Tuhannya hingga kematian menjemputnya, dan tidaklah (ia bersama) manusia melainkan dalam kebaikan.” (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

عنَانِ فَرَسِهِ ('anān farasihi): tali kekang yang digunakan mengendalikan kuda.

en

--

مَتْنُهُ: (matnuhu): punggungnya.

en

--

هَيعةً أوْ فَزعَةً (hai'ah aw faz'ah): suara panggilan perang.

en

--

مَظَانُّ الشَّيءِ (maẓānn asy-syai`): tempat-tempat yang diprediksi sesuatu itu ada di sana.

en

--

شعَفَة (sya'afah): puncak gunung.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the best goals is to seek and expect martyrdom in the cause of Allah Almighty.

1) Mengharapkan kematian di jalan Allah -Ta'ālā- serta bersiap untuk itu termasuk kondisi hamba yang paling baik.

en

2) Retirement from people when corruption is rife must be associated with fulfillment of religious obligations. It should not be used as a reason not to perform acts of worship, as some people do, abandoning Friday prayer and congregational prayers on the grounds of prevalent corruption.

2) Beruzlah ketika masyarakat rusak harus disertai dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban syariat, dan tidak boleh dijadikan alasan untuk meninggalkan ketaatan, sebagaimana yang disalahpahami oleh sebagian orang, sehingga dia meninggalkan salat berjamaah dan salat Jumat dengan hujah zaman telah rusak.

en

1300/16 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “In Paradise, there are one hundred degrees that Allah prepared for those who make jihad in the cause of Allah. The distance between each two degrees is like the distance between the heaven and earth.” [Narrated by Al-Bukhāri]

16/1300- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga terdapat seratus tingkatan yang disiapkan oleh Allah untuk para mujahid di jalan Allah; jarak antara dua tingkat seperti jarak antara langit dan bumi." (HR. Bukhari)

en

1301/17 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever is pleased with Allah as his Lord, with Islam as his religion, and with Muhammad as his Messenger, Paradise is guaranteed for him.” Abu Sa‘īd was delighted by this statement and asked the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) to repeat it, which he did and then said: “There is another (deed) by which Allah elevates a person’s position in Paradise by one hundred degrees. And the distance between every two degrees is equal to the distance between heaven and earth.” He said: “What is it, O Messenger of Allah?” He said: “Jihad in the cause of Allah; Jihad in the cause of Allah.” [Narrated by Muslim]

171301- Abu Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang rida Allah sebagai tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasulnya, maka ditetapkan baginya surga." Abu Sa'īd heran dengan hal ini lalu berkata, "Ulangilah untukku, wahai Rasulullah!" Beliau pun mengulanginya lalu bersabda, "Ada amalan yang lain, dengannya Allah mengangkat hamba seratus derajat di dalam surga. Jarak antara dua derajatnya seperti jarak antara langit dan bumi." Abu Sa'īd bertanya, "Amalan apakah itu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Jihad fi sabilillah. Jihad fi sabilillah." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) They show the vastness of Paradise and the various types of bliss and the highest ranks therein for the people of Jihad.

1) Penjelasan tentang luasnya surga serta berbagai macam kenikmatan dan derajat tinggi yang ada padanya bagi para mujahid.

en

2) The dwellers of Paradise differ in rank according to the difference in their level of faith and righteous deeds. Fortunate and blissful are those who occupy the highest rank of servitude to Allah while in this worldly life, so that they will attain the highest ranks in Paradise. {Those will be awarded the Chamber for what they patiently endured, and they will be received therein with greetings and [words of] peace.}

2) Perbedaan tingkat penghuni surga sesuai dengan tingkat perbedaan mereka dalam keimanan dan amal saleh; orang yang diberi taufik lagi bahagia adalah yang ketika di dunia ia memiliki derajat tinggi dalam ibadah demi meraih derajat-derajat tertinggi dalam surga; "Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam." (QS. Al-Furqān: 75)

en

1302/18 - Abu Bakr ibn Abi Mūsa al-Ash‘ari reported that he heard his father say in the presence of the enemy: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The gates of Paradise are under the shades of swords.” A man with a shaggy appearance got up and said: “O Abu Mūsa, did you hear the Messenger of Allah say that?” Abu Mūsa replied: “Yes,” so he returned to his companions and said: “I bid you farewell.” Then, he broke the scabbard of his sword and threw it away. He rushed towards the enemy with his sword and fought with it till he was killed. [Narrated by Muslim]

18/1302- Abu Bakar bin Abu Mūsā Al-Asy'ariy berkata, Aku telah mendengar ayahku -raḍiyallāhu 'anhu- berkata ketika dia sedang di hadapan musuh, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya pintu-pintu surga di bawah naungan pedang." Maka seorang laki-laki yang berpakaian lusuh bangkit dan berkata, "Wahai Abu Musa! Apakah engkau yang mendengar sendiri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengucapkan hadis ini?" Ayahku menjawab, "Ya." Maka dia kembali kepada rekan-rekannya dan berkata, "Aku sampaikan salam (perpisahan) kepada kalian." Kemudian dia menghancurkan sarung pedangnya dan membuangnya. Kemudian dia berjalan dengan menghunus pedangnya menuju musuh, dan dia berperang dengan pedangnya hingga ia terbunuh. (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

رَثُّ الهَيْئَةِ (raṡṡul-hai`ah): berpakaian lusuh dan usang.

en

--

جَفْنَ سَيْفِهِ (jafna saifihi): sarung pedangnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out the merit of the Companions, as they used to couple knowledge with application. They conducted Jihad in knowledge and action.

1) Keutamaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam hal merealisasikan ilmu dalam wujud amalan, yaitu mereka telah melaksanakan jihad secara ilmu dan amal.

en

2) It is necessary to verify the authenticity of statements reported from the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

2) Kewajiban memastikan kesahihan riwayat yang dinukil dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

3) It is permissible to display bravery, fortitude, and pride in battlefields.

3) Bolehnya menampakkan keberanian, kehebatan, dan kesombongan di medan perang.

en

1303/19 - Abi ‘Abs ‘Abdur-Rahmān ibn Jabr (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Anyone whose feet get covered with dust in the cause of Allah will not be touched by Hellfire.” [Narrated by Al-Bukhāri]

19/1303- Abu 'Abs Abdurrahman bin Jabr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah kedua kaki seorang hamba berdebu di jalan Allah lalu ia disentuh api neraka." (HR. Bukhari)

en

1304/20 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “One who weeps out of fear of Allah will not enter Hellfire till milk turns back in the udder; and the dust raised on account of fighting in the way of Allah and the smoke of Hellfire cannot come together.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

20/1304- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali lagi ke kantungnya, dan tidak akan menyatu pada hamba antara debu dalam perjuangan di jalan Allah dan asap neraka Jahanam." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

1305/21 - Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Two eyes will not be touched by Hellfire: an eye which wept out of fear of Allah, and an eye which spent the night guarding in the cause of Allah.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

21/1305- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada dua mata yang tidak akan disentuh api neraka; yakni mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang begadang untuk berjaga di jalan Allah." (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لَا يَلِجُ (lā yaliju): tidak masuk.

en

“Till milk turns back in the udder” means: This is impossible. Just as milk can never return to the udder, a person who weeps out of fear from Allah will never enter Hellfire.

يعودَ اللَّبنُ في الضَّرعِ: artinya hal itu mustahil, yaitu sebagaimana air susu setelah diperah mustahil kembali ke kantung, maka demikian juga mustahil masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) They point out the merit of guarding and fighting in the cause of Allah. Blissful and blessed are those who perform the duty of defending the Muslim frontiers and sanctities.

1) Keutamaan berjaga dan berjihad fi sabilillah, maka berbahagialah orang-orang yang melaksanakan tugas menjaga perbatasan untuk melindungi kehormatan umat Islam.

en

2) They highlight the merit of weeping out of fear of Allah Almighty, which can only be beneficial if happens with sincere faith and adherence to the Prophet’s Sunnah and guidance.

2) Keutamaan menangis karena takut kepada Allah -Ta'ālā-, dan hal ini tidak akan bermanfaat kecuali dari orang yang tulus imannya, yang mengikuti petunjuk dan Sunnah, dan meneteskan air mata kekhusyukan.

en

1306/22 - Zayd ibn Khālid (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever equips a fighter in the cause of Allah has indeed taken part in the fight himself; and whoever looks after the dependents of a fighter in his absence properly has indeed taken part in the fight himself.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

22/1306- Zaid bin Khālid -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menyiapkan bekal untuk orang yang berperang di jalan Allah, maka sungguh dia telah (ikut) berperang. Dan siapa yang mengurus keluarga orang yang berperang di jalan Allah, maka sungguh dia telah (ikut) berperang." (Muttafaq 'Alaih)

en

1307/23 - Abu Umāmah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The best charity is providing the shade of a tent in the cause of Allah, or providing a servant for one who strives in the cause of Allah, or providing a young she-camel for one striving in the cause of Allah.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

23/1307- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sedekah yang paling utama adalah memberikan naungan kemah di jalan Allah, meminjamkan pembantu di jalan Allah, atau memberikan unta betina yang sudah layak dibuahi pejantan di jalan Allah." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

1308/24 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that a young man from Aslam tribe said: “O Messenger of Allah, I wish to engage in battle but I don’t have anything to equip myself with.” The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Go to so-and-so, for he had equipped himself but fell ill.” So, he went to him and said: “The Messenger of Allah sends you his greetings and ask you to give me the equipage that you had prepared for yourself.” The man said: “O so-and-so (female), give him the equipage I had prepared for myself and do not withhold anything from him, for, by Allah, if you withhold anything from him, it may not be blessed for you.” [Narrated by Muslim]

24/1308- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa seorang pemuda dari Bani Aslam berkata, "Ya Rasulullah! Aku ingin ikut berperang. Tetapi aku tidak punya harta sebagai bekal?" Beliau bersabda, "Datanglah kepada polan. Dia telah menyiapkan bekalnya, tetapi dia jatuh sakit." Lantas pemuda itu datang kepadanya dan berkata, "Sungguh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengucapkan salam kepadamu. Beliau menyampaikan agar engkau memberikan persiapan perang yang telah engkau siapkan kepadaku." Maka laki-laki itu berkata kepada istrinya, "Ya polan! berikan dia persiapan perang yang telah aku siapkan, dan jangan tahan sedikit pun. Demi Allah! Jangan engkau tahan sedikit pun, agar semoga Allah memberkahimu di dalamnya." (HR. Muslim)

en

1309/25 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) prepared a detachment to send to Banu Lahyān tribe and said: “Let one of every two men get ready to go forth, and both will earn the same reward.” [Narrated by Muslim]

25/1309- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengirim sebuah pasukan ke Bani Laḥyān; beliau bersabda, "Hendaklah berangkat salah satu dari setiap dua orang, sedangkan pahala bagi keduanya." (HR. Muslim)

en

In another version also narrated by Muslim: “Let one of every two men set out.” Then, he said to those who stayed behind: “If anyone of you looks after the family and property of one of those who set out, he will receive half of the reward of the one who set out.”

Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan, "Hendaklah berangkat seorang saja dari tiap-tiap dua orang." Kemudian beliau bersabda kepada yang yang tidak berangkat, "Siapa di antara kalian menggantikan orang yang berangkat dalam mengurus keluarga dan hartanya dengan baik, baginya seperti setengah pahala yang berangkat."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

ظِلُّ فُسْطَاطٍ (ẓill fusṭāṭ): tenda dari bulu kambing.

en

--

مَنِيحَةُ خادِمٍ (manīatu khādim): pembantu yang diberikan sebagai pemberian dan hibah.

en

--

طَروقةُ فَحْلٍ (ṭarūqatu faḥl): unta betina yang telah mencapai usia siap dibuahi pejantan.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Muslims are required to cooperate with one another in equipping the armies for Jihad. He who equips a fighter shall get the same reward as him.

1) Kewajiban tolong-menolong di antara kaum muslimin dalam menyiapkan bekal pasukan perang, karena siapa saja yang menyiapkan bekal untuk orang yang berperang maka dia mendapatkan pahala yang semisal dengan pahalanya.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) managed his Companions properly. He instructed that those who could not join battles should be replaced by others who had the ability to do so.

2) Indahnya pengaturan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada sahabat-sahabatnya, yaitu orang yang tidak mampu berjihad digantikan oleh yang mampu.

en

3) Taking care of the families of fighters in the cause of Allah is one of the greatest acts of piety, which is equal in reward to Jihad.

3) Memenuhi kebutuhan keluarga para mujahid di jalan Allah termasuk ketaatan paling agung yang setara dengan pahala jihad.

en

1310/26 - Al-Barā’ (may Allah be pleased with him) reported: A man equipped with armor came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and asked: “O Messenger of Allah, should I go and fight and then embrace Islam?” He said: “Embrace Islam and then fight.” He embraced Islam and then fought and got killed. Thereupon, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “He did a little but was greatly rewarded.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Al-Bukhāri]

26/1310- Al-Barā` -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang lelaki yang mengenakan topeng besi datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Aku berperang atau masuk Islam (terlebih dahulu)?" Beliau menjawab, "Masuklah Islam (terlebih dahulu) kemudian berperanglah." Maka laki-laki itu masuk Islam lalu berperang dan terbunuh. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ia beramal sedikit, tapi diberi pahala banyak." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مُقَنَّعٌ بِالحَدِيدِ (muqanna' bil-ḥadīd): wajahnya ditutupi dengan senjata, atau di kepalanya ada semacam pelindung kepala.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Being a Muslim is a requirement for the validity of any act of worship.

1) KeIslaman adalah syarat sahnya semua ibadah, ibadah apa pun tidak sah kecuali dengan masuk Islam terlebih dahulu.

en

2) It is prohibited to seek help from disbelievers in any battle whatsoever, even if it is against disbelievers. Far worse is to seek help from disbelievers to fight fellow Muslims!

2) Diharamkannya meminta bantuan kepada orang musyrik dalam perang, selamanya, bahkan sekalipun perang itu melawan orang musyrik, lalu bagaimana dengan orang yang meminta bantuan orang musyrik yang penuh kedengkian untuk memerangi saudaranya sesama mukmin?

en

3) A small deed which is done with sincerity entails a great reward.

3) Amal yang sedikit ketika disertai dengan niat ikhlas akan memiliki pahala yang besar.

en

1311/27 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “No one who enters Paradise would love to return to the life of this world, even if he would be given everything that the world contains, except for the martyr; he will wish to return to the world and be killed ten more times on account of the honor that he finds.”

27/1311- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada seorang pun yang masuk surga ingin kembali ke dunia walau dia akan mendapatkan segala sesuatu di muka bumi, kecuali seseorang yang mati syahid; dia ingin kembali ke dunia lalu terbunuh sebanyak sepuluh kali, karena dia telah melihat kemuliaannya."

en

In another version: “on account of the merit of martyrdom that he finds.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Dalam riwayat lain, "Karena dia telah melihat keutamaan mati syahid." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The great reward which the martyr initially sees makes him forget the bitter taste of getting killed.

1) Pahala besar yang dilihat oleh orang yang syahid sebelum wafat, menjadikannya lupa akan rasa sakitnya dibunuh serta kebencian jiwa pada kematian.

en

2) Heedlessness of Allah Almighty’s reward turns people away from worship and sublime endeavors.

2) Cuek dengan pahala yang Allah -Ta'ālā- siapkan akan memalingkan hamba dari ibadah dan kedudukan-kedudukan mulia.

en

3) If a person knew the reward awaiting for him with Allah, he would rush to Paradise and seek it at all costs.

3) Sekiranya hamba mengetahui pahala yang Allah -Ta'ālā- siapkan untuknya, niscaya dia akan berpacu menuju surga dan melamarnya dengan harga mahal.

en

1312/28 - ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah forgives everything for the martyr except debt.” [Narrated by Muslim]

28/1312- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah akan mengampuni semua dosa orang yang mati syahid, kecuali utang." (HR. Muslim)

en

In another version: “Getting killed in the cause of Allah expiates everything except (unpaid) debt.”

Dalam riwayat Muslim lainnya, "Mati syahid di jalan Allah akan menghapus semua dosa, kecuali utang."

en

1313/29 - Abu Qatādah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) stood up among his Companions and said: “Jihad in the cause of Allah and faith in Allah are the most virtuous of deeds.” A man stood up and said: “O Messenger of Allah, what if I am killed in the cause of Allah, will my sins be expiated?” The Messenger of Allah said: “Yes, if you are killed in the cause of Allah while you are patient, hopeful of the reward, and advancing forward, not fleeing.” Then, he said: “What was your question?” The man said: “What if I am killed in the cause of Allah, will my sins be expiated?” The Messenger of Allah said: “Yes, while you are patient, hopeful of the reward, and advancing forward, not fleeing, except (unpaid) debt. Jibrīl (Archangel Gabriel) told me so.” [Narrated by Muslim]

29/1313- Abu Qatādah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di tengah-tengah para sahabat lalu menyebutkan, "Sesungguhnya jihad di jalan Allah dan iman kepada-Nya adalah amal yang paling utama." Lantas seorang laki-laki berdiri lalu bertanya, "Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapus?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya, kalau engkau gugur di jalan Allah dalam keadaan sabar dan mengharap pahala, serta maju menghadapi musuh dan tidak lari." Kemudian Rasululullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- balik bertanya, "Bagaimana pertanyaanmu?" Laki-laki itu berkata, "Bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapus?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya, kalau engkau bersabar dan mengharap pahala, serta maju menghadapi musuh dan tidak lari. Kecuali utang. Sesungguhnya Jibril -'alaihis-salām- mengatakan hal itu kepadaku." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مُحْتَسِبٌ (muḥtasib): al-iḥtisāb ialah mengharap pahala dari Allah -Ta'ālā-.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) warned the Ummah regarding debts. A debtor will not enter Paradise until his debt is repaid.

1) Peringatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umat ini terhadap bahaya utang, karena utang akan menahan hamba dari masuk surga hingga dia menunaikan hak utang tersebut kepada pemiliknya.

en

2) Martyrdom in the way of Allah expiates all of a person’s sins, provided he remains patient and seeks the reward from his Lord.

2) Mati syahid di jalan Allah -Ta'ālā- akan menghapuskan semua dosa hamba dengan syarat dia mengharap pahala dan bersabar.

en

1314/30 - Jābir (may Allah be pleased with him) reported: A man said: “O Messenger of Allah, where will I be if I get killed?” He replied: “In Paradise.” Thereupon, he threw a few dates that he had in his hand and fought until he got killed. [Narrated by Muslim]

30/1314- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah! Di manakah tempatku jika aku terbunuh?" Beliau menjawab, "Di surga." Laki-laki itu serta-merta membuang beberapa butir kurma yang ada di tangannya, lalu berperang hingga gugur terbunuh. (HR. Muslim)

en

1315/31 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) set out with his Companions and reached Badr ahead of the polytheists. When the polytheists came, the Prophet said to his Companions: “Let none of you advance ahead of me.” As the polytheists got near, he said: “Now proceed towards a Paradise that is as wide as the heavens and the earth.” ‘Umayr ibn al-Humām al-Ansāri asked: “O Messenger of Allah, a Paradise as wide as the heavens and the earth?” The Messenger of Allah replied: “Yes.” Thereupon, ‘Umayr remarked: “Excellent, excellent!” The Messenger of Allah asked him: “What makes you say ‘excellent, excellent’?” He replied: “Nothing, O Messenger of Allah, but hope that I might become one of its inhabitants.” The Messenger of Allah said: “You are one of them.” Upon that, ‘Umayr took some dates out of his quiver and began to eat them, but after a short time, he said: “If I survive till I eat my dates, it will mean a long life.” So, he threw the dates which he had with him away and then fought the enemy till he was killed. [Narrated by Muslim]

31/1315- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertolak bersama para sahabatnya hingga mereka berhasil mendahului kaum musyrikin ke Badar, dan kaum musyrikin datang setelahnya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda, "Tidak boleh ada seorang pun dari kalian yang mengambil keputusan hingga aku berada di depannya." Tiba-tiba kaum musyrikin mendekat. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi." Anas melanjutkan, 'Umair bin Al-Ḥumām Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, 'Wahai Rasulullah! Surga seluas langit dan bumi?" Beliau bersabda, "Ya." Ia berkata, "Hebat, hebat." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apa yang mendorongmu untuk mengucapkan hebat, hebat?" Ia menjawab, "Demi Allah! Tidak ada wahai Rasulullah, selain harapan agar aku menjadi penghuninya." Beliau bersabda, "Engkau termasuk penghuninya." Lantas dia mengeluarkan beberapa kurma dari kantongnya dan mulai memakannya. Kemudian dia berkata, "Seandainya aku masih hidup hingga aku makan semua kurma ini, sesungguhnya itu merupakan kehidupan yang panjang." Lantas dia melemparkan kurma yang ada bersamanya lalu maju memerangi mereka (musuh) hingga ia gugur. (HR. Muslim)

en

--

القَرَن (al-qaran), dengan memfatahkan "qāf" dan "rā`", yaitu kantong anak panah.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

بخٍ بخٍ (bakhin bakhin): kata ungkapan senang dan puas dengan sesuatu, dan ia diulangi untuk menunjukkan makna yang berlebihan. Maknanya ialah: menjunjung dan menganggap besar sesuatu.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) If a person seeks martyrdom sincerely, Allah will make him reach the status of martyrs. “Indeed, a person attains according to the sincerity of his intention.”

1) Siapa yang mengejar mati syahid dengan jujur, niscaya Allah akan menyampaikannya ke derajat para syuhada, karena "sesungguhnya seseorang akan memperoleh sesuatu sesuai ketulusan niatnya."

en

2) They show the merit of the Companions (may Allah be pleased with them) as they were keen to do good and compete in it. Where are those who would follow their example?

2) Keutamaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam kegigihan dan perlombaan mereka dalam kebaikan. Maka, di manakah para pemilik cita-cita tinggi yang ingin meneladani mereka?!

en

3) It is commendable to incite the believers to fight and seek martyrdom.

3) Anjuran menyemangati kaum mukminin untuk berperang dan mencari mati syahid.

en

4) A true leader would be at the forefront of the army, urging his warriors to fight.

4) Panglima perang yang tulus akan berada di depan pasukan untuk mengobarkan semangat perang para mujahidin.

en

1316/32 - He also reported: Some people came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “Send with us some men to teach us the Qur’an and the Sunnah.” So he sent to them seventy men from the Ansār who were called Al-Qurrā’ (the reciters); among them was my maternal uncle, Harām. They used to recite the Qur’an and collectively study it and discuss its meaning at night. During the day, they used to bring water and pour it into containers in the mosque, and they would collect firewood to sell it. With the sale proceeds of the wood, they would buy food for the people of Suffah and the needy. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) sent these reciters with the people who asked for them, but they treacherously attacked them and killed them before they reached their destination. (While dying), they supplicated: “O Allah, convey to our Prophet on our behalf that we have met You while we are pleased with You and You are pleased with us.” A man attacked Harām, Anas’s maternal uncle, from behind and stabbed him with a spear, piercing him; whereupon Harām said: “By the Lord of the Ka‘bah, I have won!” Then, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Your brothers have been slain, and they said: ‘O Allah, convey to our Prophet on our behalf that we have met You while we are pleased with You and You are pleased with us.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Muslim]

32/1316- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Sejumlah orang datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, 'Utuslah bersama kami orang-orang yang akan mengajarkan kami Al-Qur`ān dan Sunnah.' Maka Nabi mengirim kepada mereka tujuh puluh orang dari kaum Anṣār, mereka dikenal dengan sebutan Al-Qurrā` (para penghafal Al-Qur`ān). Di antara mereka adalah pamanku (saudara ibuku), Ḥarām. Mereka selalu membaca Al-Qur`ān, mengkaji, dan mempelajarinya di malam hari. Sedangkan pada siang hari mereka mengambil air dan menaruhnya di masjid, juga mereka mencari kayu bakar untuk mereka jual dan hasilnya mereka gunakan membeli makanan untuk Ahli Sufah dan orang-orang fakir. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengutus mereka, akan tetapi di perjalanan mereka dihadang dan dibunuh sebelum sampai ke tujuan, mereka berkata, 'Ya Allah! Sampaikanlah (kabar) tentang kami kepada Nabi kami bahwa kami telah berjumpa dengan-Mu, maka kami rida kepada-Mu dan Engkau pun rida kepada kami.' Seseorang datang mendekati Ḥarām -paman Anas- dari belakangnya, kemudian menusuknya dengan tombak sampai tembus. Ḥarām berkata, 'Aku telah menang, demi Rabb Kakbah!' Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya saudara-saudara kalian telah dibunuh, dan sesungguhnya mereka mengatakan, 'Ya Allah! Sampaikanlah tentang (berita) kami kepada Nabi kami, bahwasanya kami telah berjumpa dengan-Mu dan kami rida kepada-Mu dan Engkau pun rida kepada kami.'" (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A martyr enjoys a blissful life in the period between his death and attaining the bliss in the Hereafter. {Rather, they are alive with their Lord, receiving provision.}

1) Orang yang mati syahid mendapatkan kenikmatan alam barzakh di sisi Allah -Ta'ālā- sebelum meraih kenikmatan akhirat; "Mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki." (QS. Āli 'Imrān: 169)

en

2) “By the Lord of the Ka‘bah, I have won” are words of faith that came out of a heart that tasted the sweetness of faith. That is why they regarded getting killed in defense of Allah’s religion as a great win. May Allah be pleased with the Prophet’s Companions!

2) "Aku telah menang, demi Rabb Kakbah!" ialah sebuah kalimat keimanan, yang keluar dari hati yang telah merasakan manisnya iman, baginya kematian dalam rangka membela agama Allah -Ta'ālā- adalah kemenangan besar. Semoga Allah -Ta'ālā- meridai sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

1317/33 - He also reported: My paternal uncle Anas ibn al-Nadr was absent from the battle of Badr, and he said: “O Messenger of Allah, I was absent from the first battle you fought against the pagans, and if Allah let me participate in a battle against the pagans, Allah will see what I do.” When it was the battle of Uhud, and Muslims left their positions and were defeated, he said: “O Allah, excuse these people for what they have done, and I am free from what the pagans have done.” Then, he went forward with his sword and met Sa‘d ibn Mu‘ādh (who was turning back) and said to him: “O Sa‘d ibn Mu‘ādh, it is Paradise, by the Lord of Al-Nadr! I can smell its fragrance closer than Mount Uhud.” Sa‘d said: “O Messenger of Allah, what he did was beyond my power.” We saw over eighty wounds on his body caused by the strikes of swords, the stabs of spears, and the piercing of arrows. We found him killed and mutilated by the polytheists. Nobody was able to recognize him except his sister who recognized him by the tip of his finger. We believed that this verse was revealed regarding him and the like of him: {Among the believers are men who were true to what they promised Allah; among them is he who has fulfilled his vow [to the death]...} [Surat al-Ahzāb: 23] [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim] It was previously cited in the chapter on struggle.

33/1317- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Pamanku, Anas bin An-Naḍr -raḍiyallāhu 'anhu- absen dari perang Badar. Lantas dia berkata, "Ya Rasulullah! Aku telah absen dari peperangan pertamamu melawan orang-orang musyrik. Sekiranya Allah menakdirkanku mengikuti perang melawan kaum musyrikin, niscaya Allah akan memperlihatkan apa yang aku perbuat." Anas melanjutkan: Ketika perang Uhud terjadi, sebagian pasukan Islam lari meninggalkan tempat mereka. Maka Anas bin An-Naḍr berkata, "Ya Allah! Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni rekan-rekannya), dan aku berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni orang-orang musyrik)." Kemudian dia maju dan disambut oleh Sa'ad bin Mu'āż. Dia berkata, "Wahai Sa'ad bin Mu'āż! Demi Rabb-nya An-Naḍr! Di sanalah surga. Sungguh, aku mencium aroma surga di dekat Uhud." Sa'ad berkata, "Ya Rasulullah! Aku tidak mampu melakukan seperti yang dia lakukan!" Anas berkata, "Kami menemukan padanya ada delapan puluhanluka antara tebasan pedang, tusukan tombak, ataupun lemparan panah. Kami menemukannya telah terbunuh dan dicincang oleh orang-orang musyrik. Tidak ada yang dapat mengenalnya kecuali saudarinya melalui jemarinya." Anas berkata, "Kami melihat atau meyakini bahwa ayat ini turun padanya dan orang-orang yang serupa dengannya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur ... " sampai akhir ayat. (QS. Al-Aḥzāb: 23) (Muttafaq 'Alaih) Hadis ini telah disebutkan dalam Bab Mujāhadah.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

بِضْعًا (biḍ'an): bilangan antara tiga sampai sembilan.

en

--

بِبَنَانِهِ (bi banānihi): al-banān ialah ujung jari.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the wonders and honorable things which Allah bestows upon those whom He wills from His servants is smelling the fragrance of Paradise, which is in the heavens, while he is still on earth.

1) Di antara karāmah yang Allah -Ta'ālā- anugerahkan kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-Nya ialah seorang hamba mencium aroma surga padahal dia masih di bumi, sedangkan surga di langit.

en

2) Venturing and wading into the ranks of the disbelievers to kill many of them is an act of faith-based heroism and bravery.

2) Masuk dan menerobos ke dalam barisan pasukan orang kafir untuk membunuh mereka termasuk sikap kepahlawanan dan kekuatan iman.

en

3) It shows the merit of the Companions whose belief was sincere and true. This gives a clear indication that Allah Almighty chose for His Prophet the best people in virtue and character after the prophets. There were never and there will be never the likes of the Companions, may Allah be pleased with them.

3) Keutamaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam kejujuran iman mereka, dan hal ini memberi petunjuk jelas bahwa Allah telah memilihkan untuk nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- orang-orang yang paling utama setelah para nabi, dan bahwasanya belum pernah dan tidak akan pernah ada yang semisal dengan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-.

en

1318/34 - Samurah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Last night, two men came to me (in a dream) and made me ascend a tree and then admitted me into a superior house better than which I have never seen. They said: ‘This house is the house of martyrs.’” [Narrated by Al-Bukhāri] This is part of a long Hadīth involving the types of knowledge. It will be cited in its entirety in the chapter on the prohibition of lying, Allah willing.

34/1318- Samurah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tadi malam aku melihat dalam mimpi dua orang laki-laki datang kepadaku lalu membawaku naik pohon, lalu keduanya memasukkanku ke sebuah rumah yang paling indah dan paling bagus, belum pernah sama sekali aku melihat yang lebih bagus darinya. Mereka berdua berkata, 'Adapun rumah ini, ini adalah rumah para syuhada.'" (HR. Bukhari). Ini adalah sebagian dari hadis panjang yang berisikan berbagai macam ilmu, dan akan disebutkan dalam Bab Pengharaman Dusta, Insya Allah.

en

1319/35 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: Um Al-Rubay‘ bint al-Barā’, mother of Hārithah ibn Surāqah, came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “O Messenger of Allah, will you not tell me about Hārithah (who was killed in the battle of Badr)? If he is in Paradise, I shall be patient; otherwise, I shall exert myself weeping over him.” He said: “O mother of Hārithah, there are many ranks in the gardens of Paradise, and your son has attained Al-Firdaws al-A‘la (the highest rank).” [Narrated by Al-Bukhāri]

35/1319- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Ummu Ar-Rubai' binti Al-Barā` -yaitu ibu dari Hāriṡah bin Surāqah- datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Tidakkah engkau menceritakan kepadaku tentang Hāriṡah -yang gugur dalam perang Badar-? Jika ia di surga, aku pasti bersabar. Tetapi jika selain itu, niscaya aku menangisinya sejadi-jadinya." Beliau bersabda, "Wahai Ummu Ḥāriṡah! Sesungguhnya di dalam surga itu ada banyak tingkatan, dan sesungguhnya putramu mendapatkan Surga Firdaus yang paling tinggi." (HR. Bukhari)

en

1320/36 - Jābir ibn ‘Abdillāh (may Allah be pleased with him and his father) reported: “My father’s mutilated body was brought to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and placed in front of him. I went to uncover his face but my people stopped me. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) then said: “The angels continue to shade him with their wings.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

36/1320- Jābir bin Abdillāh -raḍiyallāhu 'anhuma- berkata, "Jenazah ayahku dibawa kepada Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- dalam keadaan telah dimutilasi, dan dia diletakkan di hadapan beliau. Lalu aku hendak membuka wajahnya, tapi kaumku mencegahku. Nabi Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- lalu bersabda, Para malaikat senantiasa menaunginya dengan sayap-sayapnya.'" (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Learning about the various forms of bliss Allah has prepared in Paradise for martyrs makes the grief of the believers over the death of loved ones more tolerable.

1) Mengetahui berbagai macam nikmat yang Allah -Ta'ālā- siapkan dalam surga bagi orang-orang yang mati syahid termasuk sebab yang akan meringankan musibah kematian atas orang-orang beriman.

en

2) There is a special merit for ‘Abdullāh, the father of Jābir, which is that the angels shaded him with their wings.

2) Keutamaan khusus bagi Abdullah, ayah Jābir -raḍiyallāhu 'anhumā-, yaitu bahwa para malaikat menaunginya dengan sayap-sayapnya.

en

3) It is permissible to weep over the death of someone, without wailing or loud crying - only sadness within the heart and tears in the eyes, along with contentment with the fate decreed by Allah Almighty and submission to it.

3) Boleh menangisi jenazah jika tidak disertai ratapan dan mengangkat suara, tetapi hanya berupa kesedihan dalam hati dan tetesan air mata disertai rida dan tunduk kepada ketetapan dan takdir Allah -Ta'ālā-.

en

1321/37 - Sahl ibn Hunayf (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever sincerely asks Allah Almighty for martyrdom, Allah will make him reach the status of martyrs even if he dies on his bed.” [Narrated by Muslim]

37/1321- Sahl bin Ḥunaif -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang meminta kepada Allah agar mati syahid dengan jujur, Allah akan menyampaikannya ke tingkatan syuhada, walaupun dia meninggal di atas tempat tidurnya." (HR. Muslim)

en

1322/38 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever sincerely asks for martyrdom, it will be granted to him, even if he is not killed.” [Narrated by Muslim]

38/1322- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang memohon agar mati syahid dengan jujur, niscaya dia akan diberi (pahala) mati syahid, meskipun dia tidak mendapatkan mati syahid itu." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The sincere intention of a believer entails the same reward for the deed itself – if he is kept from doing it for some reason – as if he actually did that deed.

1) Niat jujur seorang mukmin akan menggantikan amal -jika ia dihalangi oleh suatu penghalang dari mengamalkannya- seakan-akan dia melaksanakan ketaatan tersebut.

en

2) One of the commendable supplications to be made by a believer is to sincerely ask Allah Almighty for martyrdom.

2) Permohonan mati syahid dengan jujur dari seorang hamba termasuk doa yang mustajab dalam kehidupan orang beriman.

en

1323/39 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The martyr feels nothing from the agony of death except as one of you feels from the sting of an ant.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

39/1323- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seorang syahid itu tidak merasakan sakitnya kematian kecuali seperti salah seorang kalian yang merasakan gigitan semut." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) To honor the martyr and give him prompt glad tidings, Allah Almighty makes it easy for him to endure killing.

1) Allah -Ta'ālā- memudahkan proses kematian bagi orang yang mati syahid, dan ini termasuk karunia Allah kepadanya serta kabar gembira yang disegerakan.

en

2) As the soul of a martyr receives glad tidings of the pleasure of Allah, it becomes easy for it to depart his body.

2) Ruh orang yang syahid keluar dengan mudah ketika diberikan kabar gembira berupa rida dari Allah -'Azza wa Jalla-.

en

1324/40 - ‘Abdullāh ibn Awfa (may Allah be pleased with him) reported: On one occasion as the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) was in a battle against the enemy, he waited till the sun declined, then he stood up to address the people and said: “O people, do not wish to encounter the enemy. Pray to Allah to grant you safety; but when you encounter them, show patience, and know that Paradise lies under the shades of the swords.” Then, he said: “O Allah, Revealer of the Book, Disperser of the clouds, Defeater of the Confederates, defeat them and support us against them!” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

40/1324- Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di beberapa kesempatan ketika bertemu musuh, beliau menunggu (tidak menyerang), hingga ketika matahari telah condong beliau berdiri di tengah-tengah sahabat seraya berpidato, "Wahai sekalian manusia! Janganlah kalian berharap bertemu musuh. Mohonlah kepada Allah keselamatan. Lalu, bila kalian telah bertemu musuh, maka bersabarlah. Ketahuilah, bahwa surga di bawah bayang-bayang pedang." Kemudian beliau berdoa, "Ya Allah! Rabb Yang menurunkan kitab, Yang menjalankan awan, Yang mengalahkan sekutu kaum musyrikin. Kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Paradise lies under the shades of the swords. The shortcut to Paradise is to obtain martyrdom with sincere intention.

1) Surga di bawah bayangan pedang dan jalan pintas surga adalah meraih mati syahid disertai niat yang benar.

en

2) Asking for safety and steadfastness at the time of death is among the best supplications a person can make to His Lord.

2) Memohon afiat dan keteguhan ketika menjelang kematian adalah permohonan terbaik yang dipanjatkan hamba kepada Rabb-nya.

en

3) Turning to Allah with supplication at the time of distress is proof of a person’s sound religious knowledge and his adherence to the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

3) Kembali kepada Allah -Ta'ālā- dengan berdoa pada kondisi-kondisi darurat adalah tanda kedalaman pemahaman agama seorang hamba serta komitmennya dalam mengikuti petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

1325/41 - Sahl ibn Sa‘d (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Two supplications are never rejected, or are rarely rejected: supplication made upon hearing the Adhān and during battle when the two armies are heavily engaged in fighting.” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

41/1325- Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dua doa yang tidak akan ditolak atau sedikit sekali ditolak: doa ketika azan dan ketika perang berkecamuk." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

النِّدَاءِ (an-nidā`): azan.

en

--

البَأْسُ (al-ba` s): perang.

en

--

يُلْحِمُ بعضُهُمْ بَعْضًا (yulḥimu ba'ḍuhum ba'ḍan): ketika perang sengit sampai barisan pasukan saling bertemu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Among the situations in which supplications are readily answered are during battle and when the call to prayer is made.

1) Di antara waktu mustajab untuk berdoa adalah ketika perang dan ketika ada panggilan salat.

en

2) It points out that some times and situations are better than others in terms of answering supplications. These include the time of distress and the time of intense fighting.

2) Menjelaskan adanya perbedaan keutamaan waktu dan kondisi dalam hal pengabulan doa, di antaranya ketika kondisi darurat dan perang berkecamuk.

en

1326/42 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: Whenever the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) went to battle, he would say: “Allahumma anta ‘adudi wa nasīri, bika ahūl, wa bika asūl, wa bika uqātil (O Allah, You are my Supporter and my Helper. With Your help I get strength, and with Your help I pounce upon the enemy, and with Your help I fight).” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan (sound)]

42/1326- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bila berperang, beliau biasa membaca doa, “Allāhumma anta 'aḍudī wa naṣīrī, bika aḥūlu, wa bika aṣūlu, wa bika uqātilu (artinya: Ya Allah! Engkaulah tempatku bertumpu dan penolongku. Dengan pertolongan-Mu aku bergerak, dengan pertolongan-Mu aku menyerang, dan dengan pertolongan-Mu aku berperang).” (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan")

en

1327/43 - Abu Mūsa (may Allah be pleased with him) reported that whenever the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) feared any people, he would say: “Allahumma innā naj‘aluka fī nuhūrihim wa na‘ūdhu bika min shurūrihim (O Allah, we ask You to ward them off (from their throats), and we seek Your protection against their evil.” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

43/1327- Abu Mūsā -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa apabila Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- takut terhadap suatu kaum, beliau berdoa, "Allāhumma innā naj'aluka fī nuḥūrihim, wa na'ūżu bika min syurūrihim (artinya: Ya Allah! Sesungguhnya kami menjadikan-Mu di leher mereka dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka)." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

عَضُدِيْ ('aḍudī), berasal dari kata "al-'aḍud", yaitu tempat kekuatan manusia, maksudnya: Engkau adalah penolongku.

en

--

أَحُولُ (aḥūlu), berasal dari kata "al-ḥaul", artinya: berpindah, atau berubah. Maksudnya: aku tidak memiliki kemampuan untuk bergerak kecuali dengan pertolongan-Mu.

en

--

أَصُولُ (aṣūlu), bila dikatakan, "ṣāla 'alaih", artinya: ia menyerangnya.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is part of the Prophet’s guidance to persistently implore Allah and seek His refuge, both at good and hard times.

1) Mengulang-ulang permintaan kepada Allah -Ta'ālā- ketika berdoa dan berlindung kepada-Nya merupakan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang terus-menerus, baik dalam keadaan lapang ataupun ketika diuji.

en

2) It is a great means of salvation to entrust all affairs to Allah Almighty. Indeed, He never disappoints a servant Who turns to Him and relies upon Him.

2) Menyerahkan urusan kepada Allah adalah fakktor besar untuk keselamatan, karena Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- tidak akan menyia-nyiakan hamba yang kembali dan menyerahkan urusannya kepada-Nya.

en

1328/44 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Goodness is tied to the forelocks of horses until the Day of Resurrection.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

44/1328- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kuda itu, di ubun-ubunnya terikat kebaikan sampai hari Kiamat." (Muttafaq 'Alaih)

en

1329/45 - ‘Urwah al-Bāriqi (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Goodness is tied to the forelocks of horses until the Day of Resurrection: reward and attainment.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

45/1329- 'Urwah Al-Bāriqiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kuda itu, di ubun-ubunnya terikat kebaikan hingga hari Kiamat, yaitu berupa pahala dan ganimah." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

نَوَاصِيْهَا (nawāṣīhā), ia jamak "an-nāṣiyah": bagian depan kepala, ubun-ubun.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Goodness lies in horses as a whole and in the horses used for Jihad in particular until the Hour comes.

1) Banyak kebaikan yang ada pada kuda, termasuk kuda yang disiapkan untuk jihad, karena Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menjadikan padanya kebaikan hingga hari Kiamat.

en

2) Jihad will continue till the Day of Judgment, given that the goodness that stems from it, which is reward and attainment, is not achievable except with Jihad in the cause of Allah.

2) Jihad tetap disyariatkan hingga hari Kiamat, karena kebaikan yang ada dalam jihad yang berupa pahala dan ganimah tidak akan terwujud kecuali dengan berjihad fi sabilillah.

en

3) They give glad tidings to the believers that the glory and great status of this religion will endure till the Day of Judgment.

3) Kabar gembira bagi orang beriman berupa kekalnya kejayaan dan kemuliaan agama ini hingga hari Kiamat.

en

1330/46 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever keeps a horse solely in the cause of Allah, out of faith in Allah and believing in His promise, then its food, water, droppings, and urine will be added to his scale on the Day of Resurrection.” [Narrated by Al-Bukhāri]

46/1330- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang mewakafkan seekor kuda di jalan Allah karena beriman kepada Allah dan membenarkan janji-Nya, maka makanan dan minumannya, serta kotoran dan kencingnya akan dimasukkan dalam timbangan amalnya pada hari Kiamat." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

احتَبَسَ (iḥtabasa): ia menjadikannya sebagai wakaf untuk jihad fi sabilillah.

en

--

رِيَّهُ (riyyahu), ar-rīy ialah minum hingga kenyang.

en

--

رَوْثَهُ (rauṡahu): kotorannya yang keluar.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It highlights the great reward given to those who keep horses for the sole purpose of Jihad in the cause of Allah Almighty.

1) Menerangkan adanya pahala besar bagi orang yang mewakafkan kuda untuk jihad fi sabilillah.

en

2) A well-intentioned believer is rewarded for his pious acts and the good effects and consequences resulting therefrom.

2) Orang beriman yang memiliki niat benar dan tulus akan diberi pahala pada amal salehnya dan pada dampak positif yang dilahirkan oleh amalnya itu.

en

1331/47 - Abu Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: A man brought a bridled she-camel to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “This is for the sake of Allah.” So the Prophet said: “You will receive seven hundred she-camels in return for it on the Day of Resurrection, all bridled.” [Narrated by Muslim]

47/1331- Abu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan membawa seekor unta yang telah diberi kekang, dia berkata, "Unta ini sedekah di jalan Allah." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dengan unta ini, kelak pada hari Kiamat engkau akan mendapatkan tujuh ratus ekor unta, semuanya bertali kekang." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مَخطُومَةٌ (makhṭūmah): kepalanya telah diberi tali kekang, yaitu tali yang digunakan untuk mengendalikan unta.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Allah multiplies the reward for good deeds to seven hundred fold. That is a favor from Him which He gives to whomever He wills.

1) Pelipatgandaan pahala hingga tujuh ratus kali lipat adalah karunia dari Allah -Ta'ālā- yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

en

2) Recompense is of the same type of the deed. So, Allah multiplies the reward for spending on Jihad because of its great benefit for the Ummah.

2) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan; Allah melipatgandakan pahala infak dalam jihad karena besarnya kadar manfaatnya terhadap umat.

en

1332/48 - ‘Uqbah ibn ‘Āmir al-Juhani (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say while he was on the pulpit: “Prepare for them as much strength as you can. Verily, strength is in shooting (arrows); verily, strength is in shooting; verily, strength is in shooting.” [Narrated by Muslim]

48/1332- Abu Ḥammād -juga dikatakan: Abu Su'ād, atau Abu Asad, atau Abu 'Āmir, atau Abu 'Amr, atau Abul-Aswad, atau Abu 'Abs- 'Uqbah bin 'Āmir Al-Juhaniy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berpidato dari atas mimbar, "'Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu mampui.' (QS. Al-Anfāl: 60). Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Shooting arrows (archery) is one of the means of strength the believers are required to prepare for the purpose of intimidating the disbelievers and oppressors. This is a basic rule in Jihad education.

1) Memanah adalah salah satu jenis kekuatan yang wajib disiapkan oleh orang beriman untuk menggetarkan orang-orang kafir dan zalim, dan memanah termasuk pokok pendidikan jihad.

en

2) Shooting differs from time to time. Today, we should keep up with the advanced modern means of shooting. We are thus instructed by the noble Qur’an, according to the age and place we live in.

2) Jenis panahan berbeda-beda sesuai perkembangan zaman, maka yang diwajibkan hari ini ialah menghadapi serangan teknologi modern dengan yang semisalnya, dan ini termasuk bimbingan Al-Qur`ān yang mengikuti perkembangan masa dan tempat.

en

1333/49 - He also reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Lands will be laid open for you, and Allah will spare you the fight. So, let none of you fail to play with his arrows.” [Narrated by Muslim]

49/1333- Juga dari 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Akan ditaklukkan untuk kalian banyak (belahan) bumi dan Allah akan mencukupkan kalian. Maka, janganlah salah seorang kalian malas untuk memainkan anak panahnya!" (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Jihad in the cause of Allah is one of the best means by which the believers can be self-sufficient in terms of their livelihood and provisions, for the sustenance of this Ummah is laid down under the shades of spears. When the Ummah failed to conduct Jihad, Allah Almighty subjected them to humiliation and poverty. Would Muslims today understand why they are constantly living in financial straits?

1) Jihad fi sabilillah termasuk sebab terbesar dalam memberikan kecukupan hidup dan kelapangan rezeki kaum mukimin, karena rezeki umat ini ditempatkan di bawah bayangan tombak. Kemudian ketika umat ini meninggalkan jihad, maka Allah -Ta'ālā- akan menghinakan mereka dan menimpakan kepada mereka kefakiran. Maka, apakah umat Islam hari ini paham kenapa mereka ditimpa kesulitan ekonomi?!

en

2) Islam urges its followers to be constantly equipped and prepared. Even after victory, we should not lay down our arms and indulge in our worldly life.

2) Islam mendorong orang-orang beriman supaya terus-menerus mempersiapkan diri serta bersiap-siap untuk berjihad, sekalipun setelah meraih kemenangan dan menunaikan kewajiban, sehingga mereka tidak meletakkan senjata dan cenderung kepada kehidupan dunia.

en

1334/50 - He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever was taught shooting and then abandoned it does not belong to us - or has disobeyed.” [Narrated by Muslim]

50/1334- Juga dari 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang telah diberi ilmu memanah lalu dia meninggalkannya, maka dia bukan bagian dari kami -atau dia telah bermaksiat-." (HR. Muslim)

en

1335/51 - And he reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Indeed, Allah admits three people into Paradise on account of one arrow; its maker who has a good motive in making it, the one who shoots it, and the one who hands it over for shooting. So shoot and ride, but I prefer your shooting over your riding. He who gives up shooting after becoming adept in it for lack of interest, neglects this blessing.” Or he said: “is ungrateful for this blessing.” [Narrated by Abu Dāwūd] [4]

51/1335- Juga dari Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh dengan satu anak panah Allah memasukkan tiga orang ke surga: pembuatnya yang mengharapkan pahala dalam membuatnya, orang yang memanahkannya, dan orang yang menyiapkannya. Berlatihlah memanah dan mengendarai (kuda), dan kalian berlatih memanah lebih aku sukai daripada kalian mengendarai kuda. Siapa yang meninggalkan latihan memanah setelah dia diberikan ilmunya karena tidak suka padanya, maka sesungguhnya itu kenikmatan yang dia tinggalkan." Atau beliau bersabda, "... yang dia tidak syukuri." (HR. Abu Daud) [4].

en
[4] The Hadīth has a weak Isnād.
[4] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مُنْبِلَهُ (munbilahu): orang yang menyiapkan anak panah kepada pemanah; yaitu disebutkan dalam sebuah riwayat Ibnu Majah, "Pembuatnya, pemanahnya, dan yang menyiapkannya."

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are instructed to learn the arts of fighting and marksmanship, which are very effective means of strength we are required to possess against the disbelievers.

1) Motivasi untuk mempelajari semua keterampilan berperang dan memanah karena hal ini termasuk jenis kekuatan paling besar yang diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir.

en

2) Abandoning marksmanship is a sin, for it constitutes slackness and weakness.

2) Berhenti memanah termasuk maksiat yang dengannya seorang hamba jatuh dalam dosa karena perbuatan tersebut bagian dari kelalaian dan kelemahan.

en

3) The believers are encouraged to cooperate in piety and righteousness. One single arrow may cause three persons to enter Paradise.

3) Anjuran untuk saling tolong-menolong di antara kaum mukminin pada kebajikan dan ketakwaan, yaitu dengan satu anah panah tiga orang yang saling bekerjasama melepaskannya dijanjikan akan dimasukkan ke dalam surga.

en

1336/52 - Salamah ibn al-Akwa‘ (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) once passed by a group of people who were having a shooting match, so he said: “Shoot, O children of Ismā‘īl (Ishmael), for your father was an archer.” [Narrated by Al-Bukhāri]

52/1336- Salamah bin Al-Akwa' -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melewati beberapa orang yang sedang berlomba panahan, lalu beliau bersabda, “Memanahlah, wahai Bani Ismail, karena leluhur kalian dahulunya adalah ahli memanah!" (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يَنْتَضلُونَ (yantaḍilūna): mereka berlomba memanah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) urged the group of Companions to learn target shooting and praised them for that, given the strength it involves.

1) Motivasi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada sekelompok sahabat untuk belajar memanah serta memuji mereka dengan dasar itu karena di dalamnya tersimpan sumber kekuatan.

en

2) It is recommended to emulate the good traits in our forefathers.

2) Anjuran mengikuti serta mengamalkan perangai nenek moyang yang terpuji.

en

1337/53 - ‘Amr ibn ‘Abasah (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Whoever shoots an arrow in the cause of Allah will receive the same reward of freeing a slave.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

53/1337- 'Amr bin 'Abasah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menembakkan satu anak panah di jalan Allah, maka pahalanya sebanding dengan membebaskan hamba sahaya." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")

en

1338/54 - Abu Yahya Khuraym ibn Fātik (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever spends something in the cause of Allah, it will be recorded for him as much as seven hundred times.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

54/1338- Abu Yahya Khuraim bin Fātik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menginfakkan suatu nafkah di jalan Allah, maka ditulis baginya pahala tujuh ratus kali lipat." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

عَدْلُ مُحَرَّرةٍ ('adl muḥarrarah): sebanding dengan orang yang memerdekakan seorang budak.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The reward for Jihad in the cause of Allah is diversified and multiplied, which is a great motive for the believers.

1) Adanya pengagungan terhadap pahala jihad fi sabilillah serta banyaknya jenis pahala di dalamnya; agar jiwa bersemangat melakukannya.

en

2) Spending in the cause of Jihad gets multiplied up to seven hundred fold.

2) Infak di jalan jihad dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat.

en

1339/55 - Abu Sa‘īd (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever fasts a day in the cause of Allah, Allah will certainly keep his face away from Hellfire by virtue of that day for seventy years.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

55/1339- Abu Sa'īd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali dengan hari itu Allah akan jauhkan wajahnya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun." (Muttafaq 'Alaih)

en

1340/56 - Abu Umāmah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever fasts a day in the cause of Allah, Allah will place between him and Hellfire a trench as wide as the distance between the heavens and earth.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

56/1340- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, pasti Allah menjadikan antara dirinya dan api neraka satu parit (sebagai penghalang) yang luasnya seperti jarak langit dan bumi." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

خَرِيْفًا (kharīfan): al-kharīf ialah salah satu musim dalam setahun, maksudnya dalam hadis ini adalah tahun.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A person who fasts a day during Jihad shall attain a great reward, provided this does not undermine his physical strength and vigor in fighting.

1) Pahala besar bagi orang yang berpuasa satu hari ketika berjihad, dengan syarat puasanya itu tidak berpengaruh terhadap kekuatan badannya serta semangatnya dalam berperang.

en

2) Performing acts of piety at times of hardship and psychological stress is a cause for multiplication of reward and distancing from Hellfire.

2) Mengerjakan amal saleh pada masa sulit dan perlawanan jiwa adalah sebab pelipatgandaan pahala dan dijauhkan dari api neraka.

en

1341/57 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever dies without having fought or having thought of going out to fight will die while having one of the qualities of hypocrisy.” [Narrated by Muslim]

57/1341- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang meninggal dunia dalam keadaan tidak pernah berperang (di jalan Allah), dan tidak pernah berniat untuk berperang, maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) When a person abandons Jihad in all its different forms and does not think of undertaking it, this causes the disease of hypocrisy within his heart and leads him to a bad end.

1) Meninggalkan jihad dengan berbagai tingkatannya dan tidak meniatkannya adalah sebab adanya penyakit kemunafikan dalam hati dan sū`ul-khātimah.

en

2) The sincere intention of a believer suffices in place of action, in case of inability.

2) Niat yang jujur dari seorang mukmin akan menggantikan amal ketika ia tidak mampu melakukannya.

en

1342/58 - Jābir (may Allah be pleased with him) reported: We were with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) on a military expedition, and he said: “Verily, there are men in Madīnah who are with you whenever you cover a distance or cross a valley; they have been detained by illness.”

58/1342- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Kami pernah bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah peperangan, beliau lalu bersabda, "Sungguh di Madinah terdapat beberapa laki-laki, tidaklah kalian menempuh suatu perjalanan atau melewati sebuah lembah melainkan mereka menyertai kalian (dalam hal pahala); karena mereka tertahan oleh sakit."

en

In another version: “They have been detained by some excuse.” And in another version: “They will share the reward with you.” [Narrated by Al-Bukhāri as reported by Anas, and by Muslim as reported by Jābir. This is the wording of Muslim’s narration]

Dalam riwayat lain disebutkan, "... karena mereka tertahan oleh uzur." Dalam riwayat lainnya lagi, "... melainkan mereka menyertai kalian dalam pahala." (HR. Bukhari dari riwayat Anas dan Muslim dari riwayat Jābir, dan redaksi ini miliknya).

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) If a person strives to perform a certain good deed and then is kept from doing it due to some valid excuse, Allah will record for him the full reward, by virtue of his sincere intention.

1) Siapa yang bersungguh-sungguh untuk melaksanakan amal saleh kemudian ia tertahan oleh suatu uzur, Allah akan menuliskan untuknya pahala secara sempurna karena kesungguhan niatnya.

en

2) It shows how Allah is merciful towards the believers, as He regards the sincere intention for an action sufficient in place of the action itself.

2) Menjelaskan luasnya rahmat Allah -Ta'ālā- kepada orang beriman; yaitu niat yang baik dijadikan sama dengan amalan bila tidak sanggup dilakukan.

en

1343/59 - Abu Mūsa (may Allah be pleased with him) reported that a Bedouin came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “O Messenger of Allah, one man fights for booty, another fights to win fame, and the third fights for show-off.”

59/1343- Abu Mūsā -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa seorang badui datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Seorang laki-laki berperang untuk mendapatkan ganimah, seorang laki-laki berperang agar dipuji, dan seorang laki-laki berperang agar dilihat kehebatannya?"

en

In another version: “One fights out of bravery, and another fights out of his family pride.”

Dalam riwayat lain, "... berperang untuk menunjukkan keberaniannya dan berperang karena fanatisme."

en

In another version: “and another fights out of anger. Which of them is fighting in the cause of Allah?” The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) replied: “He who fights to make the word of Allah supreme is fighting in the cause of Allah.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Dalam riwayat lain, "... dan berperang karena amarah; siapakah di antara mereka yang berada di jalan Allah?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa saja yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi, maka dialah yang berada di jalan Allah." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Jihad for the purpose of elevating the word of Allah is the legitimate Jihad. Other forms are nothing but fighting for the sake of Satan, personal inclinations, and the affiliations of the time of pre-Islamic ignorance.

1) Jihad fi sabilillah untuk meninggikan kalimat Allah ialah jihad yang disyariatkan, sedangkan yang lainnya ialah jihad di jalan setan, hawa nafsu, dan fanatisme jahiliah.

en

2) A person will not be rewarded for a deed he performs, albeit with great effort, unless he does it sincerely for the sake of Allah Almighty and in accordance with the Prophet’s Sunnah; otherwise, he has tired himself uselessly and there is no reward for him.

2) Seorang hamba tidak akan diberi pahala atas sebuah amal walaupun dia membebani dirinya dan telah mengerjakannya, kecuali jika ia ikhlas melakukannya karena Allah -Ta'ālā- dan sesuai dengan Sunnah Nabi. Siapa yang mengerjakan suatu ketaatan di atas selain itu, maka dia telah melelahkan dirinya dengan amal yang tidak berpahala.

en

1344/60 - ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “No invading group or detachment sets out to fight in the cause of Allah and gets its share of the booty and returns safe and sound except that it has been given two-thirds of its reward in this world. On the other hand, no invading group or detachment returns defeated and injured except that it will receive its full reward in the Hereafter.” [Narrated by Muslim]

60/1344- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah suatu pasukan atau ekspedisi perang berperang lalu ia mendapatkan ganimah dan selamat, melainkan mereka telah menyegerakan dua dari tiga pahalanya. Dan tidaklah suatu pasukan atau ekspedisi perang tidak mendapatkan ganimah dan terkena bencana (mati syahid atau luka-luka), melainkan pahala mereka sempurna." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The booty taken by Mujāhids is part of their reward for Jihad.

1) Ganimah yang didapatkan oleh para mujahid adalah sebagian dari pahala perang mereka, sekalipun ganimah itu halal untuk mereka!

en

2) If a person is wounded in the cause of Allah or returns safe but without booty, he will receive his reward in full.

2) Siapa yang ditimpa bencana di jalan Allah, atau dia selamat tetapi tidak mengambil ganimah sedikit pun, maka pahalanya sempurna.

en

1345/61 - Abu Umāmah (may Allah be pleased with him) reported that a man said: “O Messenger of Allah, allow me to travel in the land.” The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “For my Ummah, traveling in the land is to perform Jihad in the cause of Allah Almighty.” [Narrated by Abu Dāwūd, with a good Isnād]

61/1345- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa ada seorang pria berkata, “Wahai Rasulullah! Izinkan aku untuk berwisata.” Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya wisata umatku adalah berjihad di jalan Allah -'Azza wa Jalla-.” (HR. Abu Daud dengan sanad jayyid)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) If Muslims travel in the land, they should do so in defense of this religion and its sanctuary and to make it dominant over all else.

1) Wisata umat ini adalah berjihad untuk membela agama Allah serta berperang untuk meninggikannya di atas semua agama di semesta alam.

en

2) Islam corrects wrong concepts in people’s lives and prompts them to develop the best habits and manners. Traveling aimlessly in the land is an act of dispraised diversion and play.

2) Islam meluruskan pemahaman-pemahaman yang keliru dalam kehidupan manusia lalu membawa mereka pada kondisi dan kebiasaan yang paling baik. Adapun sekadar keluar melancong di muka bumi tanpa tujuan dan maksud yang disyariatkan, itu adalah perbuatan orang-orang lalai dan penduduk dunia yang hanya bermain-main.

en

1346/62 - ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Returning from battle is like going to battle (in terms of reward).” [Narrated by Abu Dāwūd, with a good Isnād]

62/1346- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Pulang dari perang itu seperti berperang." (HR. Abu Daud dengan sanad jayyid)

en

--

القَفْلَةُ (al-qaflah): pulang. Maksudnya pulang dari perang setelah peperangan selesai; artinya, dia akan diberikan pahala pada perjalanan pulangnya setelah selesai berperang.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) When a person engages in an act of worship, he gets a reward as he sets out and as he returns. This is a favor from Allah towards His believing servants.

1) Orang yang keluar untuk sebuah ketaatan, maka dia akan diberi pahala dalam perjalanan pergi dan pulangnya. Ini merupakan karunia Allah -Ta'ālā- kepada hamba-Nya yang beriman.

en

2) Any consequence of a good deed is included in the reward for that deed.

2) Semua yang menjadi konsekuensi amal saleh maka ia masuk dalam pahala amal saleh tersebut.

en

1347/63 - Al-Sā’ib ibn Yazīd (may Allah be pleased with him) reported: “When the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) returned from the battle of Tabūk, the people received him, and I received him along with the children at Thaniyyat al-Wadā‘.” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

63/1347- As-Sā`ib bin Yazīd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Manakala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pulang dari perang Tabuk, maka orang-orang menyambut beliau, dan aku bersama anak-anak menyambut beliau di atas Ṡaniyyatul-Wadā'." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih dengan redaksi ini). [15].

en

Another version by Al-Bukhāri reads: “We went out along with the children to receive the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) at Thaniyyat al-Wadā‘.”

Juga diiriwayatkan oleh Bukhari, dia berkata, "Kami keluar menyambut Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersama anak-anak menuju Ṡaniyyatul-Wadā'."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Thaniyyat al-Wadā‘: a place to the north of Madīnah. It is called 'Wadā‘', which means 'farewell' in Arabic, because when anyone set out to travel north, he would bid farewell there.

Ṡaniyyatul-Wadā': Aṡ-Ṡaniyyah ialah bagian permukaan bumi yang tinggi. Ṡaniyyatul-Wadā' adalah sebuah tempat yang dekat di dalam Kota Madinah, terletak di sebelah utara Madinah menuju arah Syam. Dinamakan Al-Wadā' karena seorang musafir ke arah utara biasa dilepas di tempat itu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to receive the Mujāhids upon their return from Jihad, to honor them and share with them the joy of the victory granted by Allah.

1) Anjuran menyambut para mujahidin ketika mereka pulang dari jihad bentuk memuliakan mereka serta ikut berbahagia dengan pertolongan Allah.

en

2) It describes the faith-based life of the Muslim society during the Prophet’s time. Everyone was chiefly concerned about supporting the religion of Allah and achieving victory for it. Even women and children would rejoice upon hearing the news of Jihad and the victory of Muslims. What are the concerns of our women and children today?

2) Menggambarkan kehidupan iman yang ada dalam kehidupan masyarakat muslim pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu dahulu, cita-cita mereka semua adalah menolong agama Allah, bahkan sampai para wanita dan anak-anak, mereka bergembira dengan jihad dan berita-beritanya. Maka, apakah yang menjadi perhatian dan cita-cita para wanita dan anak-anak kita hari ini?

en

Note:

Peringatan:

en

A particular song became common among people in connection with the Hijrah. It is claimed that when the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) came to Madīnah, women and children went out to meet him, singing and beating the tambourines. The anthem begins with “the full moon has risen above us, from Thaniyyat al-Wadā‘...”.

Tersebar di tengah masyarakat tentang nasyid yang dilantunkan ketika perjalanan hijrah Nabi; bahwa manakala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sampai di Madinah, para wanita dan anak-anak keluar melantunkan syair sambil memukul rebana, "Ṭala'al-badru 'alainā min ṡaniyyatil-wadā' ..."

en

This story, however, has no authentic Isnād (chain of narration) in the books of Sīrah (Prophet’s biography) or Hadīth.

Kisah ini tidak memiliki sanad yang sahih menurut ulama sirah dan hadis.

en

Moreover, it is incorrect from a reality perspective, as the Hadīth at hand refutes it. Thaniyyat al-Wadā‘ lies outside Madīnah in the direction of the Levant. A traveler from Makkah to Madīnah, the route of the Prophet’s Hijrah, would not pass by it except if he took the route to the Levant (which he did not). So, how would the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) have passed it by when he came from the direction of Makkah?!

Kemudian kisah ini juga tidak sahih bila dilihat dari sisi fakta yang ada. Hadis yang sedang kita bahas ini menunjukkan ketidaksahihaannya, karena Ṡaniyyatul-Wadā' adalah batas luar Kota Madinah di arah Syam, sedangkan orang yang datang dari Mekah menuju Madinah -seperti halnya keadaan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau hijrah- tidak akan melewatinya kecuali kalau dia pergi menuju Syam. Maka bagaimana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- akan melewatinya sementara beliau datang dari arah Mekah?

en

1348/64 - Abu Umāmah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If anyone does not fight in the cause of Allah, or equip a warrior in the cause of Allah, or look after a warrior’s family in his absence, Allah shall afflict him with a calamity before the Day of Judgment.” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

64/1348- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Siapa yang tidak pernah berperang, tidak pula pernah menyiapkan keperluan orang yang berperang atau menggantikan orang yang berperang dalam mengurus keluarganya dengan baik, Allah pasti menimpakan kepadanya bencana besar sebelum hari Kiamat." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

A calamity: a disaster; and it may refer to the meaning included in the previous Hadīth: “he will die while having one of the qualities of hypocrisy.”

قَارِعَةٌ (qāri'ah): musibah besar. Dan bisa jadi maksudnya adalah apa yang disebutkan dalam hadis terdahulu, "Dia mati di atas salah satu cabang kemunafikan."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Muslim society collectively cooperates in piety and righteousness. So, those who do not take part in Jihad protect the honor of the families of the Mujāhids. They are all like a well-built structure, whose parts cement one another.

1) Masyarakat muslim saling tolong-menolong secara kolektif dalam kebajikan dan ketakwaan, sehingga orang yang tidak ikut serta dalam jihad harus menjaga kehormatan keluarga yang ditinggal oleh para mujahid, sehingga mereka seperti satu bangunan kukuh, saling menopang satu sama lain.

en

2) It gives a stern warning to the Ummah that they will be hit with a painful punishment if they fail to conduct Jihad. Allah Almighty says: {If you do not go forth, He will punish you with a painful punishment.}

2) Menjelaskan ancaman keras terhadap umat manakala mereka meninggalkan jihad sehingga azab yang keras menimpa mereka, sesuai firman Allah -Ta'ālā-: "Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih." (QS. At-Taubah: 39)

en

1349/65 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Conduct Jihad against the polytheists with your wealth, lives, and tongues.” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

65/1349- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan kalian." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Jihad has a variety of forms: Jihad with wealth, life, and tongue. This stems from Allah’s mercy towards His servants, as He allows each one to conduct Jihad with whatever he can.

1) Beragamnya pintu jihad; dengan harta, jiwa, dan lisan. Ini termasuk keluasan rahmat Allah -Ta'ālā- kepada hamba-Nya, yaitu masing-masing bisa berjihad dengan apa yang dia mampui.

en

2) Defending Islam and supporting the religion, even if only with a truthful word and good opinion, is a type of Jihad in the cause of Allah, especially as many loudmouth people nowadays oppose Islam and its people and fabricate slanderous lies against them.

2) Membela dan menolong agama Islam walaupun hanya dengan kalimat dan pendapat yang benar adalah salah satu jenis jihad di jalan Allah, khususnya pada hari ini ketika banyak orang yang berbicara lancang melawan Islam dan umat Islam serta menuduh mereka dengan tuduhan-tuduhan keji dan gelar-gelar yang menakutkan.

en

3) If a person possesses a proper understanding of Jihad, he will know that conveying the Sunnah to all people is no less than shooting arrows at the combatant disbelievers.

3) Di antara fikih jihad yaitu hendaklah seorang hamba mengetahui bahwa menyampaikan Sunnah Nabi kepada semua manusia tidaklah kalah dari tingkatan menembakkan anak panah kepada orang-orang kafir yang diperangi.

en

1350/66 - Al-Nu‘mān ibn Muqarrin (may Allah be pleased with him) reported: “I witnessed (battles with) the Messenger of Allah, and if he did not start fighting at the early part of the day, he would delay the fighting till the sun passed the meridian and the wind blew, and victory descended.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

66/1350- Abu 'Amr -ada yang mengatakan: Abu Ḥakīm- An-Nu'mān bin Muqarrin -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku menyaksikan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bila beliau tidak menyerang di pagi hari, beliau mengakhirkan serangan hingga matahari tergelincir (setelah waktu zawal) dan angin berhembus, dan kemenangan pun turun." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to choose the appropriate times for fighting, when fighters will be most active and vigorous.

1) Dianjurkan memilih waktu yang tepat untuk berperang supaya jiwa dalam keadaan semangat dan kekuatan yang sempurna.

en

2) It was part of the Prophet’s guidance to fight at the early part of the day, which would make the attack more effective; otherwise, he would delay fighting till the sun had passed the meridian.

2) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ialah berperang di pagi hari karena itu lebih hebat serangannya, atau menunda serangan hingga setelah waktu zawal.

en

1351/67 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not wish to encounter the enemy. Pray to Allah to grant you safety; but when you encounter them, be patient.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

67/1351- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian berharap bertemu musuh. Tetapi, mohonlah kepada Allah keselamatan. Lalu, bila kalian telah bertemu musuh, maka bersabarlah." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The believers are exhorted not to wish to face afflictions; rather, they should ask Allah Almighty for safety.

1) Wasiat kepada orang-orang mukmin supaya tidak mengharapkan adanya musibah, melainkan mereka hendaknya memohon keselamatan kepada Allah.

en

2) If Muslims encounter the enemies of Allah, they are required to show steadfastness, patience, and perseverance.

2) Bila umat Islam bertemu musuh Allah, mereka wajib bertahan, bersabar, dan tabah.

en

3) Safety along with faith is the best thing a person can ever be given.

3) Keselamatan disertai iman adalah anugerah terbaik yang diberikan kepada orang beriman.

en

1352/68 - He and Jābir (may Allah be pleased with both of them) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “War is a stratagem.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

68/1352- Abu Hurairah dan Jābir -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Perang itu muslihat.” (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are advised to deceive the disbelievers during wars, set traps for them, and attack them unexpectedly.

1) Anjuran memperdaya orang-orang kafir ketika perang untuk menaklukkan mereka serta menyerang mereka dengan tiba-tiba atau menjebak mereka dengan bersembunyi dan semisalnya.

en

2) Islam is a religion of tolerance and mercy, and it is also a religion of power and fight. For every situation is the appropriate aspect.

2) Islam adalah agama kedamaian dan kasih sayang, juga agama kekuatan dan perang, dan masing-masing memiliki tempat dan kondisinya yang tepat.