Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

250. Chapter on the Virtue of Du‘ā’ (supplication)

250- BAB KEUTAMAAN DOA

en

Allah Almighty says: {Your Lord says, “Call upon Me; I will respond to you...} [Surat Ghāfir: 60] And He says: {Call upon your Lord with humility and in private, for He does not like the transgressors.} [Surat al-A‘rāf: 55] And He says: {When My slaves ask you concerning Me, I am indeed near. I respond to the call of the supplicant when he calls upon Me} [ٍSurat al-Baqarah: 186] And He says: {Is He [not better] Who responds to the distressed when he calls out to Him, and Who relieves suffering} [Surat An-Naml: 62]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'" (QS. Gāfir: 60) Dia juga berfirman, "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-A'rāf: 55) Dia juga berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 186) Dia juga berfirman, "Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan." (QS. An-Naml: 62)

en

Benefit: Invocations are of two categories:

Faedah: Doa terbagi menjadi dua macam:

en

1. Invocation related to worship, where a slave offers worship to his Lord, like praying, fasting, and giving Zakah. This in fact is as if he asks Allah by means of his worship.

1- Doa ibadah; yaitu seorang hamba melaksanakan ibadah kepada Allah -'Azza wa Jalla- seperti salat, zakat, dan puasa. Ini adalah permintaan dengan bahasa perbuatan.

en

2. Invocation related to asking Allah for a need, like asking the Lord verbally by saying, for example, “O Lord, forgive me.”

2- Doa permintaan; yaitu seorang hamba meminta kepada Rabb-nya dengan bahasa ucapan, misalnya dia mengucapkan, "Wahai Rabb-ku! Ampunilah aku."

en

Conditions for having one’s invocation answered:

Di antara syarat-syarat pengabulan doa:

en

1. Invoking Allah Almighty with sincerity.

1- Berdoa dengan ikhlas kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

2- The invocation should not involve transgression or injustice against others.

2- Doa yang dipanjatkan tidak mengandung tindakan melampaui batas dan kezaliman atas orang lain.

en

3. Being sure that Allah, the Exalted, will respond to him.

3- Hendaklah hamba yakin dengan pengabulan dari Allah -'Azza wa Jalla-.

en

4. Avoiding food, drinks, and clothes obtained through unlawful means.

4- Menjauhi makanan, minuman, dan pakaian yang haram serta hal-hal haram lainnya.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Commanding Muslims to supplicate Allah and highlighting the virtue of Du‘ā’ (supplication) being one of the greatest acts of worship by which one draws closer to Allah Almighty.

1) Perintah berdoa dan menjelaskan keutamaannya, yaitu doa termasuk ibadah paling agung yang mendekatkan diri hamba kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

2) Allah Almighty promises to answer the invocation of whoever supplicates Him while fulfilling the conditions of answering the invocation.

2) Siapa yang berdoa kepada Rabb-nya dengan melengkapi syarat-syarat doa, maka Allah -'Azza wa Jalla- telah berjanji akan mengabulkannya.

en

1465/1- Al-Nu‘mān ibn Bashīr (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Du‘ā’ (supplication) is the act of worship.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

1/1465- An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Doa adalah ibadah." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Supplication is the core of worship and, therefore, one must be sincere to his Lord while supplicating Him, and must comply with the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in doing so.

1) Doa adalah inti ibadah. Sebab itu, seorang hamba wajib ikhlas kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan mengikuti petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalam doanya.

en

2) One should display weakness and need to his Lord as he supplicates Him, and be certain that Allah Almighty will respond to him.

2) Seorang hamba harus menampakkan kelemahan dan kebutuhan dirinya kepada Rabb-nya dalam ibadah doa serta harus yakin dengan pengabulan doa dari-Nya.

en

1466/2- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) liked comprehensive supplications and discarded others.” [Narrated by Abu Dāwūd, with a good Isnād]

2/1466- Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyukai doa yang ringkas namun bermakna komprehensif dan meninggalkan yang selainnya." (HR. Abu Daud dengan sanad jayyid).

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Comprehensive supplications: those that encompass all aspects of good in a few words.

الجَوَامِعُ (al-jawāmi'): doa yang komprehensif yang menggabungkan pintu-pintu kebaikan dengan kata-kata yang sedikit.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to choose comprehensive supplications (Jawāmi‘) because they are more comprehensive and general, and more conforming to the Prophetic guidance.

1) Disunahkan bagi seorang hamba ketika berdoa untuk memilih doa yang jāmi' (ringkas namun bermakna luas), karena ia lebih maksimal dalam keumuman dan pencakupan seluruh permintaan serta lebih sesuai dengan petunjuk Nabi.

en

1) All blessings lies in using the supplications of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) that carry all aspects of good in the worldly life and the Hereafter.

2) Keberkahan seluruhnya adalah dalam mengikuti doa-doa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang menggabungkan pintu-pintu kebaikan di dunia dan akhirat.

en

1467/3- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the supplication which the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) recited most was: “Allāhumma ātina fid-dunya hasanah, wa fil-ākhirati hasanah, wa qinā ‘dhāb an-nār (O Allah, give us in this world what is good and in the Hereafter what is good and protect us from the punishment of Hellfire.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/1467- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang paling banyak adalah: "Allāhumma ātinā fiddunyā ḥasanah wa fil-ākhirati ḥasanah wa qinā 'ażāban-nār (Ya Allah! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jagalah kami dari siksa neraka)." (Muttafaq 'Alaih)

en

The wording of Muslim adds: “Whenever Anas wanted to supplicate, he would use this supplication, and he would incorporate it in whatever supplication he used.”

Ditambahkan dalam riwayat Muslim, "Apabila Anas hendak berdoa dengan sebuah doa, maka dia berdoa dengannya. Dan apabila dia hendak berdoa dengan banyak doa, maka dia menyelipkannya di antara doa-doanya itu."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to adhere to reciting this Hadīth, given its conciseness and encompassing of the good related to both the worldly life and the Hereafter.

1) Disunahkan untuk merutinkan doa ini, karena lafalnya sedikit namun meliputi seluruh kebaikan dunia dan akhirat.

en

2) The Companions (may Allah be pleased with them) were so keen on adhering to the Sunnah and acting upon its directives.

2) Kegigihan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk menjaga Sunnah dan mengamalkannya.

en

1468/4- Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allāhumma inni as’aluka al-huda wat-tuqa wal-‘afāfa wal-ghina (O Allah, I ask You for guidance, piety, abstinence, and sufficiency.” [Narrated by Muslim]

4/1468- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī as`alukal-hudā wattuqā wal-'afāfa wal-ginā (Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan)." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to ask Allah for these four things because of the good they bring to the slave both in the worldly life and the Hereafter. This supplication also implies resorting to Allah, and his doing away with what people have.

1) Disunahkan berdoa dengan keempat kata ini karena di dalamnya terkandung kebaikan bagi hamba di dunia dan akhirat disertai adanya doa perlindungan kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan manusia.

en

2) Asking Allah Almighty for guidance, piety, abstinence, and sufficiency is of the best comprehensive supplications.

2) Di antara doa komprehensif terbaik yang dipanjatkan oleh seorang hamba ialah meminta hidayah, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan.

en

1469/5- Tāriq ibn Ashyam (may Allah be pleased with him) reported: “When someone embraced Islam, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) would teach him how to pray, then order him to supplicate Allah by these words: Allāhumma ighfir li, warhamni, wahdini, wa‘āfini, warzuqni (O Allah, forgive me, have mercy on me, guide me, bestow wellness on me, and give me provision).” [Narrated by Muslim]

5/1469- Ṭāriq bin Usyaim -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Apabila seseorang masuk Islam, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengajarkannya salat kemudian memerintahkannya untuk berdoa dengan doa, Allāhummagfir lī warḥamnī wahdinī wa 'āfinī warzuqnī (Ya Allah! Ampunilah aku, rahmatilah aku, berikanlah aku petunjuk, berikanlah aku keafiatan, dan karuniakanlah rezeki kepadaku).'" (HR. Muslim)

en

In another narration by Muslim, Tāriq reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say when a man came to him and said: “O Messenger of Allah, what should I say when I supplicate my Lord?”: “Say: Allāhumma ighfir li warhamni wa‘āfini warzuqni (O Allah, forgive me, have mercy on me, bestow wellness on me, and give me provision), for these (words) gather for you (all good in) your worldly life and your afterlife.”

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Ṭāriq bin Usyaim -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa dia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau didatangi oleh seorang laki-laki; dia berkata, "Wahai Rasulullah! Doa apa yang harus aku panjatkan ketika meminta kepada Rabb-ku?" Beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Allāhummagfir lī warḥamnī wahdinī wa 'āfinī warzuqnī (Ya Allah! Ampunilah aku, rahmatilah aku, berikanlah aku keafiatan, dan karuniakanlah rezeki kepadaku).' Sesungguhnya doa ini menggabungkan untukmu kebaikan duniamu dan akhiratmu."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The importance of prayer is highlighted, as it is the backbone of the religion, the mainstay of Islam, and its greatest pillar after the Testimony of Tawhīd.

1) Urgensi salat karena salat adalah tiang agama, pilar Islam, dan rukun paling agung setelah syahadat tauhid (Lā ilāha illallāh).

en

2) A Muslim should learn how to supplicate his Lord since knowledge is more important than worship.

2) Sepatutnya bagi hamba agar mempelajari tata cara berdoa kepada Rabb-nya karena ilmu lebih didahulukan atas ibadah.

en

3) Asking Allah Almighty for wellness include wellness of the body, i.e. safety from illness and harm, and also wellness of the heart which means its safety from diseases caused by doubts like polytheism and hypocrisy, and diseases caused by lusts like committing sins.

3) Memohon afiat mencakup afiat badan dari penyakit dan keburukan dan juga mencakup afiat hati dari penyakit syubhat seperti kesyirikan dan kemunafikan atau penyakit syahwat seperti terjerumus ke dalam perbuatan haram.

en

1470/6- ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allāhumma musarrif al-qulūb, sarrif qulūbana ‘ala tā‘atik (O Allah, Controller of hearts, make our hearts obedient to You).” [Narrated by Muslim]

6/1470- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa, "Allāhumma muṣarrifal-qulūb ṣarrif qulūbanā 'alā ṭā'atika (Ya Allah! Zat yang membolak-balikkan hati, arahkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu)." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Part of the believer’s creed is that he should know that the hearts of the slaves are between two Fingers of the Most Merciful, and He turns them as He wills.

1) Di antara akidah mukmin ialah meyakini bahwa seluruh hati hamba berada di antara dua jari di antara jemari Ar-Raḥmān, Dia membolak-balikkannya sebagaimana yang Dia kehendaki.

en

2) One should not rely on his deeds alone and be deceived by them. Rather, he must ask Allah Almighty for guidance and firmness on the right path.

2) Seorang hamba seharusnya tidak boleh mengandalkan ilmunya dan tidak teperdaya dengannya, tetapi hendaklah dia senantiasa meminta petunjuk, keistikamahan, dan hidayah kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

3) Believing that Allah Almighty is the one Who controls the hearts, inspires awe of Him in both secret and public, for the last deeds are those that count.

3) Keyakinan hamba bahwa pembolak-balikan hati ada di tangan Allah -'Azza wa Jalla- akan memberikannya rasa takut kepada-Nya ketika sendiri dan di hadapan umum karena amal perbuatan tergantung kesudahannya.

en

1471/7- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Seek refuge with Allah from arduous trials, degrading misfortune, preordained evils, and the gloating of enemies.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

7/1471- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Mintalah perlindungan kepada Allah dari beratnya cobaan, tertimpa kesengsaraan, takdir yang jelek, dan kegembiraan musuh (atas musibah yang menimpa)." (Muttafaq 'Alaih)

en

According to another narration, Sufyān (a sub-narrator) said: “I doubt that I have added one of them.”

Dalam riwayat lain, Sufyān berkata, "Aku ragu bila aku telah menambahkan salah satunya."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

جَهْدِ الْبَلَاءِ (jahdil-balā`): kesulitan dalam ujian.

en

--

دَرَكِ الشَّقَاءِ (darak asy-syaqā`): tertimpa kesulitan dan kesengsaraan.

en

--

الشَّمَاتَةُ (asy-syamātah): kebahagiaan atas kesedihan orang lain.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One has to obey the command of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) regarding seeking Allah’s refuge from these four matters.

1) Seorang hamba seharusnya melaksanakan perintah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hal memohon perlindungan dari keempat perkara ini.

en

2) One of the greatest fruits of seeking refuge with Allah and supplicating Him is to display one’s need to His Lord and implore Him. This actually is a manifestation of one’s perfect application of the oneness of worship to Allah Almighty.

2) Di antara manfaat paling besar dari istiazah dan doa ialah menampakkan kebutuhan dan tadaruk hamba kepada Rabb-nya. Ini merupakan kesempurnaan tauhid ibadah kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

1472/8- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say: “Allāhumma aslih li dīni alladhi huwa ‘ismatu amri, wa aslih li dunyāya allati fīhā ma‘āshi, wa aslih li ākhirati allati fīha ma‘ādi, waj‘al al-hayāta ziyādatan li fi kulli khayr, waj‘al al-mawta rāhatan lī min kulli sharr (O Allah, rectify for me my religion which is the safeguard of my affairs, and rectify for me the affairs of this world wherein is my sustenance, and rectify for me my afterlife to which is my return, and make life an increase for me in every good, and make death a relief for me from every evil).” [Narrated by Muslim]

8/1472- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma aṣliḥ lī dīnī al-lażī huwa 'iṣmatu amrī, wa aṣliḥ lī dunyāya al-latī fīhā ma'āsyī, wa aṣliḥ lī ākhiratī al-latī fihā ma'ādī, wa-j'alil-ḥayāta ziyādatan lī fī kulli khair, wa-j'alil-mauta rāḥatan lī min kulli syarr (Ya Allah! Perbaikilah agamaku yang merupakan benteng urusanku, perbaikilah duniaku yang menjadi tempat hidupku, dan perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, jadikanlah kelangsungan hidup sebagai penambah segala kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematian sebagai pemutus dari segala keburukan bagiku)." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

عِصْمَةُ أَمْرِيْ ('iṣmatu amrī): sesuatu yang aku jadikan sebagai tempat berlindung dalam urusanku.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Islam is a shield for a person against falling into deviation and error, and safeguards him from misguiding inclination and temptation.

1) Islam adalah benteng bagi hamba agar tidak terjerumus ke dalam penyimpangan dan kesesatan serta penjaga dirinya dari perangkap hawa nafsu dan fitnah.

en

2) A Muslim’s attitude is that he works for his worldly life as if he will live forever, and he works for his afterlife as if he will die tomorrow.

2) Seorang muslim beramal untuk dunianya seakan dia akan hidup selamanya dan beramal untuk akhiratnya seakan dia akan mati besok.

en

3) One of the best supplications is for a slave to ask Allah to amend for him the affairs of the worldly life so that he uses it as provision for doing acts of obedience and increasing his good deeds.

3) Di antara doa yang paling bagus ialah permintaan hamba agar diperbaiki urusan dunianya untuk dia jadikan sebagai bekal dalam melakukan ketaatan dan menambah amal saleh.

en

1473/9- ‘Ali (may Allah be pleased with him) reported that Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to him: “Say: Allāhumma ihdini wa-sadidni (O Allah, guide me and keep me steadfast on the right path).”

9/1473- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadaku, "Ucapkanlah, 'Allāhummahdinī wa saddidnī (Ya Allah! Berilah aku petunjuk dan bimbinglah aku kepada kebenaran).'"

en

According to another narration: “Allāhumma inni as’aluk al-huda was-sadād (O Allah, I ask you for guidance and adherence to what is right.” [Narrated by Muslim]

Dalam riwayat lain disebutkan, "Allāhumma innī as`alukal-hudā was-sadād (Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu petunjuk dan kebenaran)." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Sadād: Uprightness and correctness of all affairs. What is meant by the Hadīth is that one asks Allah for guidance and correctness in all his affairs.

السَّدادَ (as-sadād): keistikamahan dan kebenaran dalam urusan, dan maksudnya dalam hadis ini: bimbinglah aku dan jadikanlah aku benar dalam semua urusanku.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should be keen to improve and rectify his deeds by following the Sunnah and having a sincere intention.

1) Hamba harus bersungguh-sungguh dalam memperbaiki amalan dan meluruskannya, yaitu dengan mengikuti Sunnah dan mengikhlaskan niat.

en

2) The Prophet’s guidance is the means to uprightness and protection from error, so it behooves a believer to follow the way of the infallible Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

2) Petunjuk Nabi adalah jalan untuk meraih kebenaran dan penjagaan Allah; oleh karena itu, hendaklah seorang mukmin gigih untuk mengikuti Nabi yang maksum -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

1474/10- Anas (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say: “Allāhumma innī a‘ūdhu bika min al-‘ajzi wal-kasali wal-jubni wal-harami wal-bukhl, wa a‘ūdhu bika min ‘adhāb al-qabr, wa a‘ūdhu bika min fitnat al-mahya wal-mamāt (O Allah, I seek refuge with You from incapacity, laziness, cowardice, senility, and miserliness. And I seek refuge with You from the torment of the grave. And I seek refuge with You from the trials of life and death).”

10/1474- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal-'ajzi wal-kasali wal-jubni wal-harami wal-bukhli, wa a'ūżu bika min 'ażābil-qabri, wa a'ūżu bika min fitnatil-maḥyā wal-mamāti (Ya Allah! Seungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari ketidakberdayaan, kemalasan, rasa takut (sifat pengecut), kepikunan, dan kebakhilan. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur serta aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati)."

en

According to another narration: “wa dala‘ ad-dayn wa ghalabat ar-rijāl (and from being heavily in debt and from being overpowered by men).” [Narrated by Muslim]

Dalam riwayat lain ditambahkan, "... wa ḍala'id-daini wa galabatir-rijāl (dan dari lilitan utang dan tekanan orang lain)." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الهَرَمِ (al-haram): usia tua renta.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Muslims are encouraged to always seek refuge with Allah from these matters because they are the cause of the failure of their deeds in the worldly life and the Hereafter.

1) Menganjurkan hamba agar senantiasa memohon perlindungan dari perkara-perkara ini karena merupakan sebab kegagalan amalnya di dunia dan akhirat.

en

2) Muslims are urged to seek refuge with Allah from the torment of the grave because the grave could be either one of the ditches of Hell or one of the gardens of Paradise. Seeking refuge with Allah is to be done both verbally and physically. In other words, it is to be done in the form of words uttered by the tongue and by performing the commands of Shariah and shunning what is prohibited and forbidden.

2) Anjuran untuk memohon perlindungan dari azab kubur, karena kubur itu antara menjadi lubang di antara lubang api neraka atau taman di antara taman surga. Istiazah (permohonan perlindungan), yang berupa ucapan maupun perbuatan, dilakukan dengan lisan dan dengan melaksanakan perintah-perintah agama serta menjauhi larangan-larangan yang diharamkan.

en

3) One cannot achieve true Tawhīd unless he resorts to Allah Almighty at times of trials and adversity. He should seek refuge with Him alone apart from all other creatures that neither ward off harm nor bring benefit.

3) Tauhid hamba tidak akan terwujud kecuali dengan kembali kepada Allah -'Azza wa Jalla- ketika fitnah dan musibah menimpa, serta berlindung kepada-Nya, bukan kepada yang lain dari kalangan makhluk yang tidak dapat menolak satu keburukan ataupun mendatangkan satu kebaikan.

en

1475/11- Abu Bakr al-Siddīq (may Allah be pleased with him) reported that he said to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him): “Teach me a supplication to recite in my prayer.” He (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Say: Allāhumma inni zhalamtu nafsi zhulman kathīran wa la yaghfiru adh-dhunūba illa anta faghfir li maghfiratan min ‘indik war-hamni, innka anta Al-Ghafūr Ar-Rahīm (O Allah, I have wronged myself too much, and none forgives sins but You. So, forgive me with forgiveness from You, and have mercy on me. Indeed, You are the Oft-Forgiving, The Most Merciful).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

11/1475- Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa dia pernah berkata kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Ajarkan kepadaku sebuah doa yang aku panjatkan dalam salatku." Beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Allāhumma innī ẓalamtu nafsī ẓulman kaṡīran, wa lā yagfiruż-żunūba illā anta, fa-gfir lī magfiratan min 'indika, wa-rḥamnī, innaka antal-gafūrur-raḥīm (Ya Allah! Sungguh aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, maka berilah aku ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).'" (Muttafaq 'Alaih)

en

According to another narration, Abu Bakr said: “in my prayer and in my house”, and “zhulman kabīran” (I wronged myself enormously) instead of “zhulman kathīran”, so both words should be used by saying: “zhulman kathīran kabīran”.

Dalam riwayat lain disebutkan, "wa fī baitī (dan di rumahku)." Pada sebagian riwayat, "ẓulman kaṡīran (dengan kezaliman yang banyak)" dan pada riwayat lain, "ẓulman kabīran (dengan kezaliman yang besar)"; yaitu dengan "ṡā`" dan "bā`", sehingga sepatutnya agar digabungkan dengan mengatakan, "kaṡīran kabīran (kezaliman yang banyak dan besar)."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim is required to admit his wrongdoing and sins and display humility before his Lord because this constitutes one of the greatest reasons for having his supplication answered.

1) Manusia wajib mengakui kezaliman dan dosa-dosanya serta menghinakan diri di hadapan Tuhannya, karena ini termasuk sebab paling besar untuk pengabulan doanya.

en

2) Supplicating Allah Almighty by His Names and Attributes is one of the reasons of having the supplication answered, like when the supplicant says: “O Oft-Forgiving, forgive me!” or “O All-Provider, give me provision!” and so on.

2) Bertawasul kepada Allah -'Azza wa Jalla- dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya termasuk di antara sebab pengabulan doa; misalnya orang yang berdoa mengatakan: Wahai Zat Yang Maha Pengampun! Ampunilah aku... Wahai Zat Yang Maha Pemberi rezeki! Anugerahkanlah rezeki kepadaku... dan seterusnya.

en

3) The Hadīth highlights the error and foolishness of those who call upon other creatures apart from Allah Almighty, and ask them for needs that Allah alone can fulfill, like asking for forgiveness, intercession, provision, and help from the dead.

3) Menjelaskan kesesatan dan kebodohan orang-orang yang berdoa kepada makhluk-makhluk selain Allah -'Azza wa Jalla- dalam meminta sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh-Nya; seperti meminta ampunan, syafaat, rezeki, dan pertolongan kepada orang yang sudah mati.

en

4) Al-Siddīq, who is one of those who were given glad tidings of entering Paradise, says: “O Allah! I have wronged myself too much”, despite occupying such a sublime rank, so what would be the case of those who are negligent?!

4) Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhu- sosok yang telah dijamin surga masih berdoa, "Ya Allah! Sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak" padahal dia memiliki kedudukan yang tinggi, lalu bagaimana dengan orang selainnya dari kalangan orang-orang yang lalai?!

en

1476/12- Abu Mūsa (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say the following in his supplication: “Allāhumma ighfir li khatī’ati wa jahli wa isrāfi fī amrī wa mā anta a‘lamu bihi minnī. Allāhumma ighfir lī hazli wa jiddi wa khata’i wa ‘amdi wa kullu dhālika ‘indi. Allāhumma ighfir lī mā qaddamtu wa mā akhkhartu wa mā asrartu wa mā a‘lantu wa mā anta a‘lamu bihi minnī. Anta al-muqaddimu wa anta al-mu’akhkhiru, wa anta ‘ala kulli shay’in qadīr. (O Allah, forgive my sins, my ignorance, my excess in my affairs, and whatever You are better aware of than me. O Allah, forgive my sins which I committed humorously, seriously, mistakenly, or deliberately, and all of them I have committed. O Allah, forgive my sins of the past and the future, those which I committed secretly or openly, and those which You are better aware of than me. You alone can make someone progress or lag behind, and You alone have the absolute power over everything).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

12/1476- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau biasa berdoa dengan doa ini, "Allāhummagfir lī khaṭī`atī wa jahlī, wa isrāfī fī amrī, wa mā anta a'lamu bihi minnī. Allāhumagfir lī jaddī wa hazlī, wa khaṭa`ī wa 'amdī, wa kullu żālika 'indī. Allāhummagfir lī mā qaddamtu wa mā akhkhartu, wa mā asrartu wa mā a'lantu, wa mā anta a'lamu bihi minnī, antal-muqaddimu wa antal-mu`akhkhiru, wa anta 'alā kulli syai`in qadīr (Ya Allah! Ampunilah bagiku dosa-dosaku, kejahilanku, dan sikap berlebihanku dalam urusanku serta apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah! Ampunilah dosaku yang aku lakukan dengan serius dan bercanda, yang tidak kusengaja dan yang kusengaja; semuanya itu ada padaku. Ya Allah! Ampunilah aku pada dosa yang telah aku lakukan dan yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkau pula yang mengakhirkan, dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu)." (Muttafaq 'Alaih)

en

1477/13- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say in his supplication: “Allāhumma inni a‘ūdhu bika min sharri mā ‘amiltu wa min sharri mā lam a‘mal (O Allah, I seek refuge with You from the evil of what I have done and the evil of what I have not done).” [Narrated by Muslim]

13/1477- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa memanjatkan dalam doanya, "Allāhumma innī a'ūżu bika min syarri mā 'amiltu wa min syarri mā lam a'mal (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku amalkan dan dari keburukan yang belum aku amalkan)." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Using elaboration in supplication is recommended because it reminds one of all the deeds that he did, whether in secret or in public, and even what he did not do. Thus, he grows more attached to Allah Almighty in terms of love, fear, and hope.

1) Merincikan doa adalah perkara yang diperintahkan karena yang demikian itu mengingatkan hamba pada semua yang dia kerjakan, baik yang disembunyikan maupun yang ditampakkan, serta mencakup semua yang belum dia kerjakan, sehingga dengan demikian dia bertambah terikat dengan Allah -'Azza wa Jalla-; bertambah cinta, takut, dan harap kepada-Nya.

en

2) Asking Allah to forgive one’s sins is one of the most significant needs a slave should ask for, because sins cause the slaves to be debarred from their Lord and for being punished in the worldly life and the Hereafter.

2) Di antara permintaan paling penting yang diminta hamba kepada Rabb-nya ialah ampunan dosa karena dosa adalah sebab terhalanginya hamba dari rahmat dan sebab adanya siksa di dunia dan akhirat.

en

1478/14- Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said in his supplication: “Allāhumma inni a‘ūdhu bika min zawāli ni‘matik, wa tahawwuli ‘āfiyatik, wa fujā’ati niqmatik, wa jamī‘i sakhatik (O Allah, I seek refuge with You from the removal of Your blessings, the transformation of Your safety, Your sudden punishment, and from all that displeases You).” [Narrated by Muslim]

14/1478- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Di antara doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah: "Allāhumma innī a'ūżu bika min zawāli ni'matika wa taḥawwuli 'āfiyatika wa fujā`ata niqmatika wa jamī'i sakhaṭika (Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, berubahnya keselamatan dari-Mu, siksa-Mu yang tiba-tiba, dan semua murka-Mu)." (HR. Muslim)

en

1479/15- Zayd ibn Arqam (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say: “Allāhumma innī a‘ūdhu bika min al-‘ajzi wal-kasal, wal-bukhli wal-haram, wa ‘adhāb al-qabr. Allāhumma āti nafsi taqwāha, wa zakkiha anta khayru man zakkāha, anta waliyyuha wa mawlāha. Allāhumma innī a‘ūdhu bika min ‘ilmin la yanfa‘, wa min qalbin la yakhsha‘, wa min nafsin la tashba‘, wa min da‘watin la yustajābu laha (O Allah, I seek refuge with You from inability, indolence, miserliness, decrepitude, and torment of the grave. O Allah, grant me the sense of piety and purify my soul as You are the Best to purify it. You are its Guardian and its Protecting Ally. O Allah, I seek refuge with You from knowledge that is not beneficial, from a heart that does not fear (You), from a soul that is not satisfied, and from a supplication that is not answered).” [Narrated by Muslim]

15/1479- Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal'ajzi walkasali, walbukhli wal-harami, wa 'ażābilqabri. Allāhumma āti nafsī taqwāhā, wa zakkihā anta khairu man zakkāhā, anta waliyyuhā wa maulāhā. Allāhumma innī a'ūżu bika min 'ilmin lā yanfa' wa min qalbin lā yakhsya' wa min nafsin lā tasyba' wa min da'watin lā yustajābu lahā (Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, dari sifat bakhil dan pikun, dan dari azab kubur. Ya Allah! Berilah jiwaku ketakwaan serta sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang menyucikannya. Engkaulah pelindung dan penolongnya. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari nafsu yang tidak bisa puas, dan dari doa yang tidak terkabul)." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

فُجاءَة نقْمتِكَ (fujā`ata niqmatika): turunnya siksaan Allah -Ta'ālā- kepada pelaku maksiat secara tiba-tiba.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A slave has to make good use of the blessing of wellness by observing acts of obedience constantly and abundantly.

1) Seorang hamba harus memanfaatkan nikmat kesehatan yang Allah -'Azza wa Jalla- berikan, yaitu dengan mengerjakan ketaatan dan memperbanyaknya.

en

2) The removal of blessings and being afflicted by illness along with incurring the displeasure of Allah Almighty is one of the most serious reasons for loss and deprivation in the worldly life and the Hereafter. So, a slave should seek refuge with Allah from that.

2) Hilangnya nikmat dan turunnya berbagai penyakit kepada hamba disertai murka Allah -Ta'ālā- termasuk kerugian dan kesengsaraan paling besar di dunia dan akhirat; oleh karena itu, seorang hamba harus memohon perlindungan darinya kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

3) A Muslim is encouraged to do all that purifies his soul.

3) Memotivasi hamba agar mengerjakan semua amalan yang menyucikan dan membersihkan jiwanya.

en

4) A Muslim should be keen on learning beneficial knowledge which inspires awe in the heart. This is definitely the knowledge related to the Qur’an and the Sunnah which is communicated by the one who taught people all what is good, Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him).

4) Gigih menuntut ilmu yang bermanfaat yang akan melahirkan rasa takut kepada Allah dalam hati, yaitu ilmu Al-Qur`ān dan Sunnah yang bersumber dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Sang Guru kebaikan bagi umat manusia.

en

1480/16- Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say: “Allāhumma laka aslamt, wa bika āmant, wa ‘alayka tawakkalt, wa ilayka anabt, wa bika khāsamt, wa ilayka hākamt, faghfir li mā qaddamtu wa mā akhkhart, wa mā asrartu wa mā a‘lant, anta al-muqaddimu wa anta al-mu’akhkhiru, lā ilāha illa ant (O Allah, to You I submit, in You I believe, upon You I rely, by Your help I contend with my foes, and to You I refer for judgment, so forgive for me the sins I committed in the past and those I may commit in the future, those I did secretly and those I did openly, You alone can make someone progress or lag behind. There is none worthy of worship except You).” Some narrators of the Hadīth narrated the following addition: “wa lā hawla wa lā quwwata illa billāh” (and there is neither might nor power except with Allah). [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

16/1480- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma laka aslamtu, wa bika āmantu, wa 'alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khāṣamtu, wa ilaika ḥākamtu. Fa-gfir lī mā qaddamtu wa mā akhkhartu, wa mā asrartu wa mā a'lantu, antal-muqaddimu wa antal-mu`akhkhiru, lā ilāha illā anta (Ya Allah! Hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku kembali, hanya dengan pertolongan-Mu aku melawan, dan hanya kepada-Mu aku berhakim. Maka ampunilah dosa-dosaku; dosa yang telah aku lakukan dan dosa amalan yang aku lalaikan, dosa yang aku rahasiakan dan yang aku tampakkan. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkau pula yang mengakhirkan. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau)." Sebagian perawi menambahkan, "Wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh (Tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Anabt: returned to in my affairs.

أنَبْتُ (anabtu): aku kembali dalam urusanku.

en

Bika khāsamt: by You alone I sought help against my foes.

بكَ خَاصَمْتُ (bika khāṣamtu): dengan pertolongan-Mu, ya Allah, bukan yang lainnya, aku bertumpu ketika melawan.

en

Ilayka hākamt: I referred judgment to Your revealed legislation only.

إليكَ حاكَمْتُ (ilaika ḥākamtu): kepada agama yang Engkau turunkan -bukan yang lain- aku berhakim.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is obligatory to rely upon Allah Almighty and be sincere to Him in all one’s statements, deeds, and states.

1) Kewajiban bertawakal kepada Allah -'Azza wa Jalla- serta ikhlas kepada-Nya dalam semua ucapan, perbuatan, dan seluruh tindakan.

en

2) Muslims are encouraged to follow the example of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) with regard to using comprehensive supplications, as they combine the good of the worldly life and the Hereafter.

2) Anjuran untuk meneladani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam doa-doa yang jāmi' (ringkas dan kemprehensif) karena doa-doa tersebut meliputi kebaikan dunia dan akhirat.

en

3) It is recommended to implore Allah Almighty by expressing humility and need to Him before asking Him for forgiveness.

3) Anjuran kembali kepada Allah -Ta'ālā- dengan merendahkan dan menghinakan diri di hadapan-Nya sebelum meminta ampunan kepada-Nya.

en

1481/17- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to supplicate with the following words: “Allāhumma innī a‘ūdhu bika min fitnat an-nār, wa ‘adhāb an-nār, wa min sharri al-ghina wal-faqr (O Allah, verily I seek refuge in You from the trial of the Fire, the torment of the Fire, and from the evil of affluence and poverty).” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan (sound). This is the version narrated by Abu Dāwūd]

17/1481- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dahulu biasa memanjatkan doa, "Allāhumma innī a'ūżu bika min fitnatil-qabri, wa 'ażābil-qabri, wa min syarril-ginā wal-faqr (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan azab neraka, juga dari keburukan kekayaan dan kefakiran)." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih", dan ini adalah redaksi riwayat Abu Daud)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Seeking refuge with Allah from the Fire entails keeping away from all what displeases Allah Almighty, along with constant asking for Allah’s forgiveness, repenting to Him, and imploring to Him in humility.

1) Memohon perlindungan kepada Allah dari neraka berkonsekuensi menjauhi semua yang dimurkai oleh-Nya disertai senantiasa beristigfar, bertobat, dan bertadaruk kepada-Nya.

en

2) A believer is required to show gratefulness to Allah in richness and show patience in poverty.

2) Kewajiban hamba ketika kaya ialah bersyukur, sedangkan ketika fakir ialah bersabar.

en

1482/18- Ziyād ibn ‘Ilāqah reported from his uncle Qutbah ibn Mālik (may Allah be pleased with him) that he said: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say: “Allāhumma innī a‘ūdhu bika min munkarāti al-akhlāqi wal-a‘māli wal-ahwā’ (O Allah, I seek refuge with You from bad morals, deeds, and desires).” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]

18/1482- Ziyād bin 'Ilāqah meriwayatkan dari pamannya, Quṭbah bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa dia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, Allāhumma innī a'ūżu bika min munkarātil-akhlāq wal-a'māl wal-ahwā` (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari akhlak dan amal perbuatan yang mungkar serta hawa nafsu)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Dispraise of bad morals such as haughtiness and arrogance, and dispraise of bad deeds such as adultery and drinking alcohol.

1) Celaan terhadap akhlak-akhlak yang mungkar seperti ujub dan sombong, dan celaan terhadap perbuatan yang mungkar seperti zina dan minum khamar.

en

2) Dispraise of desires that are inspired by corrupt minds and misleading innovations that are distant from the revealed guidance.

2) Celaan terhadap hawa nafsu yang dibangun di atas logika yang rusak dan bidah yang menyesatkan, yang jauh dari petunjuk yang diturunkan oleh Allah.

en

1483/19- Shakal ibn Humayd (may Allah be pleased with him) reported: I said: “O Messenger of Allah, teach me an invocation.” He said: “Allāhumma innī a‘ūdhu bika min sharri sam‘i, wa min sharri basari, wa min sharri lisāni, wa min sharri qalbi, wa min sharri maniyyī (O Allah, I seek refuge with You from the evil of my hearing, from the evil of my sight, from the evil of my tongue, from the evil of my heart, and from the evil of my semen [i.e. my private parts]).” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan (sound)]

19/1483- Syakal bin Ḥumaid -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku sebuah doa." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ucapkanlah, 'Allāhumma innī a'ūżu bika min syarri sam'ī, wa min syarri baṣarī, wa min syarri lisānī, wa min syarri qalbī, wa min syarri maniyyī (Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaranku, keburukan penglihatanku, keburukan lisanku, keburukan hatiku, dan dari keburukan air maniku (kemaluanku).'" (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

شَرِّ مَنِيِّيْ (syarri maniyyī): keburukan kemaluanku.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Man’s senses and organs are blessings for which he must show gratefulness to Allah by using them for the purpose which they were created for, namely servitude to Allah Almighty and resorting to Him for protection against the evil of those senses, for He is the One Who changes their state and knows their secrets.

1) Seluruh indra dan anggota tubuh seseorang adalah nikmat yang wajib dia syukuri kepada Allah dengan menggunakannya pada tujuan penciptaannya, yaitu berupa ibadah kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan meminta keafiatan kepada-Nya dari keburukan indra-indra tersebut, karena Dialah yang membolak-balik keadaannya dan yang mengetahui rahasianya.

en

2) Asking scholars about what is beneficial to people is encouraged, since scholars are the heirs of prophets.

2) Anjuran untuk bertanya kepada orang berilmu tentang apa yang bermanfaat bagi manusia karena ulama adalah ahli waris para nabi.

en

1484/20- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say: “Allāhumma innī a‘ūdhu bika min al-baras, wal-junūn, wal-judhām, wa sayyi’ al-asqām (O Allah, I seek refuge with You from vitiligo, insanity, leprosy, and evil diseases).” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

20/1484- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal-baraṣ, wal-junūn, wal-jużām, wa sayyi`il-asqām (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari kusta, gila, lepra, dan dari penyakit-penyakit yang buruk)." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Baras: white patches on the skin that give it an unpleasant appearance.

البَرَصِ (al-baraṣ): keputihan pada kulit yang merusak pemandangannya.

en

Judhām: a contagious fatal disease. Asqām: diverse diseases.

الجُذَامِ (al-jużām): sebuah penyakit ganas dan menular. الأَسْقَام (al-asqām): berbagai macam penyakit.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The diseases mentioned in the Hadīth cause deformation of the body, corruption of the character and cause aversion towards the one afflicted with any of them. Thus, one may seek refuge with Allah from them given their harmful consequences.

1) Penyakit-penyakit ini merusak tubuh dan akhlak, serta menyebabkan manusia menjauh dari pengidapnya; sehingga kita dianjurkan untuk berlindung darinya karena adanya dampak buruk yang diakibatkannya.

en

2) Diseases purge the afflicted person’s sins if he shows patience and is not discontented.

2) Penyakit adalah pembersih dari dosa-dosa jika disertai dengan kesabaran dan tidak murka terhadap takdir.

en

1485/21- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say: “Allāhumma innī a‘ūdhu bika min al-jū‘ fa’innahu bi’s ad-dajee‘, wa a‘ūdhu bika min al-khiyānah fa’innaha bi’sat al-bitānah (O Allah, I seek refuge with You from hunger, for it is an evil bed-fellow, and I seek refuge with You from treachery, for it is an evil hidden trait).” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

21/1485- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal-jū', fa innahu bi`saḍ-ḍajī', wa a'ūżu bika minal-khiyānah, fa innahā bi`satil-biṭānah (Artinya: Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari kelaparan karena sesungguhnya ia adalah sejelek-jelek teman tidur, dan aku berlindung kepada-Mu dari khianat karena sesungguhnya ia adalah sejelek-jelek kawan dekat)." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Bitānah: what is inseparably attached to a person.

البِطَانَةُ (al-biṭānah): sesuatu yang dekat dari seseorang dan ia tidak berpisah dengannya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim must seek refuge with Allah from everything that distracts him from worshiping Allah Almighty.

1) Seorang hamba harus memohon perlindungan dari semua yang menyibukkannya dari ibadah.

en

2) The Hadīth encourages discharging of trusts and dispraises betrayal, as it corrupts the person as well as those around him.

2) Anjuran untuk menunaikan amanah dan celaan terhadap khianat karena khianat adalah sebab kerusakan seseorang dan kerusakan orang sekitarnya.

en

1486/22- ‘Ali (may Allah be pleased with him) reported that a slave who had made a contract with his master to pay for his freedom came to him and said: “I am unable to fulfill my payment (to my master, to gain my freedom), so help me.” ‘Ali (may Allah be pleased with him) said to him: “Shall I teach you some words which the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) taught me, then if you have a debt as large as a mountain, Allah will surely pay it off on your behalf? Say: Allāhumma ikfini bihalālika ‘an harāmika wa-ghnini bifadlika ‘amman siwāk (O Allah, suffice me with what You have made lawful against what You have made unlawful, and make me with Your bounty in no need of others).” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]

22/1486- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa seorang budak yang melakukan mukatabah datang kepadanya, lalu berkata, "Aku tidak sanggup melunasi kesepakatan mukatabahku (kemerdekaanku), maka bantulah aku!" Ali berkata, "Maukah engkau kuajarkan beberapa kalimat yang telah diajarkan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- padaku, yang seandainya engkau memiliki utang sebesar gunung pasti Allah melunasinya untukmu? Ucapkanlah, "Allāhummakfinī biḥalālika 'an ḥarāmika, wa a'innī bifaḍlika 'amman siwāka (Ya Allah! Cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu yang halal hingga aku terhindar dari yang Engkau haramkan. Ya Allah! Berilah aku kecukupan dengan karunia-Mu hingga aku tidak minta kepada selain Engkau)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Mukātab: a slave who had made a contract with his master to pay for his freedom.

المُكَاتَبُ (al-mukātab): budak yang telah bersepakat (melakukan mukatabah) dengan tuannya untuk memerdekakannya dengan imbalan yang akan diserahkan oleh si budak kepada tuannya itu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Whoever is in debt and has the intention to repay it, and he sought the help of his Lord, Exalted be He, Allah will definitely help him to pay it off.

1) Siapa yang memiliki tanggungan utang sementara dia bertekad untuk melunasinya sembari memohon pertolongan kepada Rabb-nya -'Azza wa Jalla-, maka Allah akan membantunya untuk melunasi utangnya.

en

2) Little lawful provision is better than abundant unlawful wealth.

2) Rezeki yang halal walaupun sedikit lebih baik daripada harta yang haram walaupun banyak.

en

3) One should expect no help from the creatures in fulfilling what Allah only is able to do.

3) Seorang hamba wajib memutus harapannya kepada makhluk dalam perkara yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.

en

1487/23- ‘Imrān ibn al-Husayn (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) taught his father, Al-Husayn, some words to supplicate Allah therewith: “Allāhumma alhimni rushdi wa a‘idhni min sharri nafsi (O Allah, inspire in me guidance and save me from the evil of myself).” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)] [3]

23/1487- 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengajarkan bapaknya, Ḥuṣain, dua kalimat untuk dipanjatkan dalam doa, "Allāhumma alhimnī rusydī, wa a'iżnī min syarri nafsī (Ya Allah! Ilhamkanlah kepadaku kerasionalanku, dan lindungilah aku dari keburukan diriku)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") [3]

en
[3] The Hadīth has a weak Isnād.
[3] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Rushd: opposite of error.

الرُّشْدُ (ar-rusyd): kebalikan dari ketersesatan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should seek refuge with Allah from the evil of the soul and from bad deeds.

1) Seorang hamba wajib berlindung dari keburukan jiwa dan perbuatan buruk.

en

2) A slave in whom Allah inspires guidance is on a good course because he is protected from the ways of deviation and error.

2) Bila Allah mengilhamkan hamba kerasionalannya, maka dia berada di atas kebaikan, karena dia telah dijaga dari berbagai macam penyimpangan dan kesesatan.

en

1488/24- Abu al-Fadl, Al-‘Abbās ibn ‘Abdul-Muttalib (may Allah be pleased with him) reported: “I said: ‘O Messenger of Allah, teach me something for which I would ask Allah Almighty.’ He said: ‘Ask Allah for Āfiyah (wellness).’ I waited for some days then came to him and said: ‘O Messenger of Allah, teach me something for which I would ask Allah Almighty.’ He said to me: ‘O ‘Abbās, O uncle of the Messenger of Allah, ask Allah for wellness in this life and the Hereafter.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

24/1488- Abul-Faḍl Al-‘Abbās bin ‘Abdul-Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku minta kepada Allah -Ta'ālā-". Beliau menjawab, "Mintalah kepada Allah al-'āfiyah (keselamatan)." Lalu aku tinggal selama beberapa hari, setelah itu aku menemui beliau lagi, aku berkata, "Wahai Rasulullah! Ajarkanlah aku sesuatu yang aku minta kepada Allah -Ta'ālā-." Beliau bersabda kepadaku, "Wahai ‘Abbās! Wahai paman Rasulullah! Mintalah kepada Allah al-'āfiyah (keselamatan) di dunia dan akhirat.” (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Whoever is granted wellness has been given a great deal of good in the worldly life and the Hereafter.

1) Siapa yang diberikan afiat, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat.

en

2) The Companions (may Allah be pleased with them) were keen to obtain much of good and knowledge, which indicates their excellence and wisdom. The prosperous is the one who adheres to their guidance for they were on the straight path.

2) Antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam meminta tambahan kebaikan dan ilmu; hal ini menunjukkan keutamaan dan ilmu mereka. Orang yang bahagia adalah yang mengikuti petunjuk para sahabat, karena mereka berada di atas jalan yang lurus.

en

1489/25- Shahr ibn Hawshab reported: “I asked Um Salamah (may Allah be pleased with her): ‘O Mother of the Believers, what was the supplication that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said most frequently when he was with you?’ She said: ‘The supplication he said most frequently was: “Ya muqallib al-qulūb, thabbit qalbī ‘ala dīnik” (O Turner of the hearts, keep my heart firm upon Your religion).’” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]

25/1489- Syahr bin Ḥausyab berkata, Aku bertanya kepada Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anha-, "Wahai Ummul Mu`minīn! Doa apakah yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau bersamamu?" Ummu Salamah menjawab, "Doa yang paling banyak beliau ucapkan adalah, Yā muqallibal-qulūb, ṡabbit qalbī 'alā dīnika (Wahai Zat yang membolak-balik hati! Teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) What counts in deeds is their last ones. So, one should ask Allah Almighty to make him die as a believer.

1) Menjelaskan bahwa amal perbuatan tergantung pada penutupnya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang hamba memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar diwafatkan di atas keimanan.

en

2) The best gift a slave can ever receive is for him to adhere firmly to Islam.

2) Tidak ada karunia yang diberikan kepada hamba yang lebih utama dari keteguhan di atas Islam.

en

3) The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) who was honored by messengerhood and prophethood, and whom Allah has forgiven his earlier and later sins, asked Allah Almighty to make him adhere firmly to Islam. So, what would be the case for the negligent sinners like us? We must ask Allah Almighty to make us adhere firmly to Islam until death.

3) Bila Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saja, yang merupakan orang yang meraih kemuliaan kerasulan dan kenabian serta Allah telah mengampuni dosa-dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang, senantiasa berdoa kepada Allah -'Azza wa Jalla- meminta keteguhan di atas agama Islam, maka bagaimana dengan orang-orang lalai penuh dosa semisal kita?! Oleh karena itu, kita wajib berdoa kepada Allah -'Azza wa Jalla- untuk meminta keteguhan iman hingga waktu kematian.

en

1490/26- Abu ad-Dardā’ (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Dāwūd (David) (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say in his supplication: O Allah, I ask You for Your love, the love of those who love You, and the deeds that will lead me to attain Your love. O Allah, make Your love dearer to me than myself and my family and than cool water.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)] [4]

26/1490- Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Di antara doa Nabi Daud -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah, 'Allāhumma innī as`aluka ḥubbaka, wa ḥubba man yuḥibbuka, wal-'amalal-lażī yuballigunī ḥubbaka. Allāhumma-j'al ḥubbaka aḥabba ilayya min nafsī wa ahlī, wa minal-mā`il-bārid (Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta kepada orang-orang yang mencintai-Mu serta amalan yang mengantarkanku pada cinta-Mu. Ya Allah! Jadikanlah cinta kepada-Mu lebih aku sukai daripada cintaku kepada diriku, keluargaku, dan kepada air yang dingin).'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") [4].

en
[4] The Hadīth has a weak Isnād.
[4] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim is encouraged to seek to attain the love of Allah Almighty through pursuing the means that entail attaining His love.

1) Anjuran untuk mengejar cinta Allah -'Azza wa Jalla- dan berusaha untuk meraihnya dengan melakukan sebab-sebab yang dapat mendatangkan cinta-Nya.

en

2) The sweetness of faith means that Allah and His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) are the most beloved to the slave, so he is directed by this love in all his deeds, words, and states.

2) Makna manisnya iman adalah Allah dan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih dicintai oleh hamba dari perkara-perkara yang dicintainya, sehingga perbuatan, ucapan, dan semua tindakannya, baik dalam hal mengerjakan maupun meninggalkan, senantiasa ada di atas rel cinta ini.

en

1491/27- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Recite frequently: Yā dhal-jalāli wal-ikrām (O Possessor of Majesty and Bounty).” [Narrated by At-Tirmidhi. Also narrated by An-Nasā’i on the authority of the Companion Rabī‘ah ibn ‘Āmir. Al-Hākim said: The Isnād of this Hadīdh is authentic]

27/1491- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perbanyaklah mengucapkan, 'Yā Żal-Jalāli wal-Ikrām' (Wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan)." (HR. Tirmizi; juga diriwayatkan oleh An-Nasa`iy dari riwayat Rabī'ah bin 'Āmir. Al-Ḥākim berkata, "Ini adalah hadis yang sanadnya sahih")

en

--

ألظُّوا (aliẓẓū), dengan mengkasrahkan "lām", dan mentasydid "ẓā`", artinya: rutinkanlah dan perbanyaklah membaca doa ini.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth encourages remembering Allah Almighty much and asking Him by His Names and Attributes.

1) Anjuran untuk memperbanyak zikir kepada Allah -'Azza wa Jalla- serta berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

en

2) This great supplication includes perfect laudation of Allah, the Almighty and Exalted.

2) Doa yang agung ini mengandung pujian yang sempurna kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.

en

1492/28- Abu Umāmah (may Allah be pleased with him) reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said a lengthy supplication and we could not memorize anything of it. We said: ‘O Messenger of Allah, you said a lengthy supplication and we could not memorize anything of it.’ Thereupon, he said: “Shall I guide you to what combines all of that? Say: Allāhumma innī as’aluka min khayri ma sa’alaka minhu nabiyyuka Muhammadun sallallahu ‘alayhi wa sallam, wa a‘ūdhu bika min sharri mas-ta‘ādha minhu nabiyyuka Muhammadun sallallahu ‘alayhi wa sallam, wa Anta al-Musta‘anu, wa ‘alayk-al-balāghu, wa la hawla wa la quwwata illa billāh (O Allah, I ask You for the good which Your Prophet Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him) asked You; and I seek refuge in You from the evil from which Your Prophet Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him) sought refuge. You are the One from Whom help is sought, and Yours is the responsibility to communicate (the truth). There is no power nor strength except with Allah.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)] [5]

28/1492- Abu Umāmah -raḍiyallahu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah berdoa dengan doa yang banyak, namun kami tidak menghafal sedikit pun darinya. Kami pun berkata, "Wahai Rasulullah! Engkau telah berdoa dengan doa yang banyak, namun tidak ada sedikit pun yang kami hafal." Maka beliau bersabda, "Maukah kalian aku beritahu doa yang dapat menggabungkan semuanya? Bacalah, 'Allāhumma innī as`aluka min khairi mā sa`alaka minhu nabiyyuka Muḥammadun -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, wa a'ūżu bika min syarri mā ista'āża minhu nabiyyuka Muḥammadun -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wa antal-musta'ān, wa 'alaikal-balāgu, walā ḥaula wa lā quwwata illā billāh (Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh Nabi-Mu Muhammad - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang berlindung darinya Nabi-Mu Muhammad - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Engkaulah tempat meminta pertolongan dan kepada-Mu tempat mengadu, tidak ada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") [5]

en
[5] The Hadīth has a weak Isnād.
[5] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the signs marking one’s good understanding of the religion is his care for reciting comprehensive supplications that combine for him the good of the worldly life and the Hereafter.

1) Di antara tanda kedalaman pemahaman agama seorang hamba ialah perhatiannya kepada doa-doa yang jāmi' (bermakna lengkap), yang menggabungkan untuknya kebaikan dunia dan akhirat.

en

2) The Hadīth encourages adhering to the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in all affairs of the religion, and giving up the newly invented matters people have introduced into it.

2) Motivasi untuk mengamalkan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam semua urusan agama dan meninggalkan perkara-perkara bidah yang diada-adakan oleh manusia, dan doa-doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah sempurna menggabungkan seluruh kebaikan.

en

1493/29- Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say in his supplication: “Allāhumma innī as’aluka mūjibāti rahmatik, wa ‘azā’ima maghfiratik, was-salāmata min kulli ithm, wal-ghanīmata min kulli birr, wal-fawza bil-jannah, wan-najāta min an-nār (O Allah, I ask You for means that bring about Your mercy, determination that brings about Your forgiveness, safety from all sins, benefit from all good, the attainment of Paradise, and salvation from the Hellfire).” [Narrated by Al-Hākim who said that it meets the conditions of authenticity stipulated by Muslim] [6]

29/1493- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu, di antara doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah: "Allāhumma innī as`aluka mūjibāti raḥmatika, wa 'azā`ima magfiratika, was-salāmata min kulli iṡmin, wal-ganīmata min kulli birr, wal-fauza bil-jannah, wan-najāta minan-nār (Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hal-hal yang mendatangkan rahmat-Mu, perkara-perkara yang mendatangkan ampunan-Mu, keselamatan dari semua dosa, keuntungan dari semua kebaikan, memperoleh kemenangan surga, dan keselamatan dari api neraka)." (HR. Al-Ḥākim Abu Abdillah dan dia berkata, "Hadis sahih sesuai syarat Muslim"). [6]

en
[6] The Hadīth has a weak Isnād.
[6] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Mūjibāt rahmatik: what entails your mercy.

مُوْجِبَاتِ رَحْمتِكَ (mūjibāti raḥmatika): apa-apa yang mendatangkan rahmat Allah -Ta'ālā-.

en

‘Azā’im maghfiratik: Confirmed matters that bring about Allah Almighty’s forgiveness.

عزَائمَ مغْفرَتِكَ ('azā`ima magfiratika): perkara-perkara yang ditekankan yang mendatangkan ampunan Allah -Ta'ālā-.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A believer who has good understanding of the religion seeks the help of Allah, the Exalted, for obtaining His mercy and forgiveness by performing obligations and shunning prohibitions.

1) Di antara tanda kedalaman pemahaman agama seorang hamba adalah meminta pertolongan kepada Allah -'Azza wa Jalla- dalam rangka menempuh jalan rahmat dan ampunan dengan mengerjakan kewajiban dan meninggalkan apa yang diharamkan.

en

2) The greatest attainment a slave can ever achieve is attaining Paradise and being saved from Hellfire.

2) Kemenangan paling besar yang diwujudkan oleh seorang hamba adalah sukses meraih surga dan selamat dari neraka.