Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

304 - Chapter on the prohibition of taking bad omens

304- BAB LARANGAN TAṬAYYUR

en

This chapter contains the same Hadīths of the previous chapter.

Hadis-hadis yang berkaitan dengan bab ini juga telah disebutkan dalam bab sebelumnya.

en

Benefit:

Faedah:

en

Taking bad omens is to feel pessimistic upon seeing or hearing something or being at a certain time or place. It is called in Arabic Tatayyur, which comes from Tayr that means “bird”. This is because, before Islam, the Arabs used to rely upon the flight direction of birds for deciding whether or not to take a certain course of action. Then, this term came to be used for every kind of pessimism.

Taṭayyur adalah menentukan kesialan dengan sebab sesuatu yang dilihat atau didengar atau dengan sebab waktu atau tempat tertentu. Ia dinamakan taṭayyur karena bangsa Arab di masa jahiliah berpatokan pada burung dalam mengerjakan atau meninggalkan suatu pekerjaan, lalu pemakaian istilah itu menjadi umum pada semua bentuk penentuan kesialan.

en

1674/1 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There is no contagion or evil omens, and I like good omens.” They said: “What is a good omen?” He said: “A good word.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/1674- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada ‘adwā (penyakit menular) dan tidak ada ṭiyarah (penentuan sial). Namun aku menyukai al-fa`l (optimis)." Para sahabat bertanya, "Apakah itu al-fa`l?" Beliau bersabda, "Perkataan yang baik." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Shariah denies the concept of contagion during the pre-Islamic period of ignorance when they believed that a disease can be infectious by itself. However, diseases can transmit from sick to healthy people, by the will of Allah Almighty.

1) Agama menafikan penyakit menular menurut yang dipahami pada masa jahiliah, yaitu penyakit menular sendiri secara alami. Adapun pemahaman bahwa berpindahnya penyakit dari orang yang sakit pada orang yang sehat dengan ketetapan dan kehendak dari Allah -'Azza wa Jalla-, maka ini adalah makna penularan yang benar.

en

2) Pessimism and taking bad omens are prohibited, as they instill lethargy, grief, and distress into people.

2) Larangan taṭayyur dan pesimisme karena hal itu melahirkan sikap malas, sedih, dan gundah pada hamba.

en

1675/2 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There is no contagion or evil omens. If there is evil in anything, it is in the house, the woman, and the horse.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/1675- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada penyakit menular dan tidak ada keyakinan sial. Bila keyakinan sial dibenarkan dengan sebab sesuatu, maka itu ada pada rumah, perempuan, dan kuda." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الشُّؤْمُ (asy-syu`m): keburukan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Pessimism and taking bad omens are prohibited, for this contradicts reliance upon Allah Almighty and trust in His decree and predestination.

1) Larangan taṭayyur dan pesimisme karena bertentangan dengan prinsip tawakal kepada Allah serta husnuzan terhadap ketetapan-Nya.

en

2) Pessimism brings no good. If there were good in it, three things would be more worthy of giving bad omens: the house, the woman, and the mount, as indicated in a Hadīth that reads: “No bad omens. A good omen may lie in three: the woman, the horse, and the house.” [Narrated by Ibn Mājah]

2) Pesimisme tidak akan mendatangkan suatu kebaikan. Seandainya pesimisme mengandung kebaikan, tentulah sesuatu yang paling tepat dengannya ketika itu adalah rumah, perempuan, dan kendaraan berdasarkan satu riwayat yang menerangkan makna ini, "Tidak ada kesialan. Terkadang keberkahan itu ada pada tiga hal; istri, kuda, dan rumah." (HR. Ibnu Majah)

en

1676/3 - Buraydah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) did not take anything to be a bad omen. [Narrated by Abu Dāwūd with an authentic Isnād]

3/1676- Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak pernah meramalkan kesialan. (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is obligatory to follow the Prophet’s example in hating pessimism and taking bad omens.

1) Kewajiban meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hal membenci taṭayyur dan keyakinan sial.

en

2) All comfort, mental and physical wellbeing, and spiritual happiness lie in the Prophet’s guidance. {Respond to Allah and the Messenger when He calls you to what gives you life.}

2) Petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengandung ketenangan, serta kesehatan jiwa dan fisik yang sempurna bagi hamba disertai kebersihan hati dan kebahagiaan ruh; "Penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu." (QS. Al-Anfāl: 24)

en

1677/4 - ‘Urwah ibn ‘Āmir (may Allah be pleased with him) reported: “Bad omen was mentioned in the presence of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), and he said: ‘The best type of omen is the good omen. A Muslim should not refrain from anything because of an omen. If any of you sees anything which he dislikes, he should say: Allāhumma lā ya’tī bil-hasanāti illā anta wa lā yadfa‘u as-sayyi’āti illā anta wa lā hawla wa lā quwwata illā bik (O Allah, You alone bring good things, You alone avert evil things, and there is no power nor strength except in You).’” [Sahīh (authentic)] [Narrated by Abu Dāwūd with an authentic Isnād] [2]

4/1677- 'Urwah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Pernah ṭiyarah disebutkan di hadapan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda, "Yang lebih baik dari ṭiyarah adalah al-fa`l. Ṭiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari niatnya. Bila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang tidak diinginkannya, hendaknya dia berdoa, 'Allāhumma lā ya`tī bil-ḥasanāti illā Anta, walā yadfa'us-sayyi`āt illā Anta, walā ḥaula walā quwwata illā bika' (Ya Allah! Tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau. Tidak ada yang dapat menolak keburukan kecuali Engkau. Tidak ada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu)." (Hadis sahih; HR. Abu Daud dengan sanad sahih) [2]

en
[2] The Hadīth has a weak Isnād.
[2] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Optimism is among the morals a Muslim should assume, as it prompts him to act with resolve and diligence.

1) Optimisme merupakan akhlak seorang muslim yang wajib dia pakai, karena dapat memacunya untuk beramal dengan semangat dan sungguh-sungguh.

en

2) One should turn to Allah Almighty for bringing good and averting evil and not resort to people in such things that only Allah is able to do. {You alone we worship, and You alone we ask for help.}

2) Seorang hamba harus memohon pertolongan kepada Allah -'Azza wa Jalla- dalam mewujudkan kebaikan dan menolak keburukan, serta tidak meminta kepada makhluk pada perkara yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-; "Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fātiḥah: 5)