1751/1 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Is he who raises his head before the Imam not afraid that Allah may transform his head into that of a donkey or his shape into that of a donkey?” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
1/1751- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidakkah salah seorang kalian takut bila dia mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai, atau Allah menjadikan rupanya seperti rupa keledai?!" (Muttafaq 'Alaih)
1) It is prohibited to move ahead of the Imam in prayer, given the warning issued in this respect. A person led in prayer should follow the Imam and do any move right after him.
1) Haram mendahului imam dalam salat berdasarkan ancaman yang ada dalam hadis terhadap orang yang melakukan hal itu. Oleh karena itu, sikap makmum yang wajib terhadap imam ialah mengikuti salatnya, yaitu melakukan gerakan salat setelah gerakan imam secara langsung.
2) The Prophet’s statement that a person who does so may transform into the shape of a donkey indicates the enormity of this act.
2) Pilihan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bagi orang yang mendahului imam berupa diubah rupanya menjadi rupa keledai mengandung pelajaran yaitu memperlihatkan jeleknya perbuatan itu supaya dihindari.
There are four conditions for a person led in prayer in relation to the Imam:
Dalam salat, makmum bersama imam memiliki empat keadaan:
1) He acts and moves ahead of the Imam. This is prohibited, in light of the stern warning reported in this regard.
1) Mendahului; yaitu dia mendahului imam dalam setiap gerakannya. Ini hukumnya haram berdasarkan ancaman keras yang ada di dalamnya.
2) He lags behind the Imam. If this is due to a valid excuse, there is nothing wrong with it. But if he does so without an excuse, his prayer becomes invalid if the delay occurs in one of the pillars of prayer; this is not permissible just like moving ahead of the Imam.
2) Terlambat; yaitu dia terlambat dari imam. Bila hal itu disebabkan oleh suatu uzur, maka tidak ada masalah. Adapun jika hal itu dilakukan tanpa uzur, bila dia terlambat satu rukun sempurna, maka hukumnya sama seperti mendahului, yaitu tidak diperbolehkan, dan dengan sebab itu salatnya menjadi batal.
3) He acts and moves along with the Imam, which is disliked.
3) Serempak; artinya dia bersamaan dengan imam dalam bacaan-bacaan dan gerakannya. Ini hukumnya makruh.
4) He acts and moves right after the Imam, not along with, ahead of, or well after him. This is the Sunnah and the Prophet’s guidance that should be observed.
4) Mengikuti; artinya makmum segera melakukan gerakan-gerakan salat langsung setelah imamnya melakukannya, dengan tidak sampai serempak ataupun terlambat dan mendahului. Inilah yang sesuai Sunnah dan petunjuk Nabi yang wajib diikuti.