Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

32. Chapter on the Merit of the Weak, Poor, and Humble Muslims

32- BAB KEUTAMAAN MUSLIM YANG LEMAH DAN MISKIN YANG TIDAK DIKENAL

en

Allah Almighty says: {Be patient with those who call upon their Lord morning and evening, seeking His pleasure. Do not turn your eyes away from them} [Surat al-Kahf: 28]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka." (QS. Al-Kahfi: 28)

en

Guidance from the verse:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Whoever suffers weakness in his body, intellect, property, or any other aspects that people view as weakness is given relief by knowing that he is strong in terms of the reward that Allah Almighty has in store for him.

1) Menghibur orang yang lemah secara fisik, akal, harta, atau lainnya yang dianggap sebagai kelemahan oleh manusia, agar dia merasa kuat dengan adanya pahala dan ganjaran yang ada di sisi Allah -'Azza wa Jalla-.

en

2) The verse shows the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) of dealing with the weak and poor Muslims, as he was always with them, sitting with them and seeking to fulfill their needs.

2) Menjelaskan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama orang-orang lemah dan miskin di kalangan kaum muslimin; yaitu beliau duduk bersama mereka dan memenuhi kebutuhan mereka.

en

252/1- Hārithah ibn Wahb (may Allah be pleased with him) reported that he heard Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Shall I inform you about the people of Paradise? Every weak person who is looked down upon; if he were to make an oath in the Name of Allah, He (Allah) would fulfill it. Shall I inform you about the people of Hellfire? Every cruel, greedy, arrogant person.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/252- Ḥāriṡah bin Wahb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan dipandang lemah, seandainya ia bersumpah kepada Allah niscaya Allah akan mewujudkan untuknya. Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta, serta berlaku sombong." (Muttafaq 'Alaih)

en

-- --

الْعُتُلُّ (al-'utull): orang yang keras dan kasar. الجَوَّاظُ (al-jawwāẓ), dengan memfatahkan "jīm", setelahnya "wāw" bertasydid kemudian "ẓā`", yaitu orang yang rakus dan pelit. Ada juga yang berpendapat, maknanya: orang yang gempal dan sombong dalam cara jalannya. Juga ada yang mengatakan orang yang pendek dan besar perutnya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

متضَعَّف (mutaḍa''af), dengan memfatahkan "'ain" bertasydid, yaitu dianggap lemah dan dihinakan orang.

en

--

لَأَبَرَّهُ (la`abarrahu): maksudnya, bila dia bersumpah mengharapkan kemurahan Allah, niscaya dia akan mendapatkan sesuatu yang disebutkan dalam sumpahnya.

en

--

المُسْتَكْبِرُ (al-mustakbir; sombong): orang yang menggabungkan antara dua sifat tercela; merendahkan orang lain (gamṭun-nās) dan menolak kebenaran (baṭarul-ḥaqq).

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the signs of the people of Paradise is that they do not care when they miss their share of the worldly life. They accept whatever they get and never regret what they miss thereof.

1) Di antara tanda penghuni surga adalah mereka tidak menghiraukan karunia dunia yang tidak mereka dapatkan; bila karunia dunia menghampiri, mereka akan menerimanya, dan kalau karunia dunia itu lepas mereka membiarkannya.

en

2) One of the signs of the people of Hell is that they are arrogant and boastful. So let everyone beware of assuming the qualities of those who will be tortured.

2) Di antara tanda penghuni neraka ialah sombong dan angkuh. Seorang hamba hendaknya waspada jangan sampai memiliki sifat-sifat orang yang disiksa.

en

3) Among the slaves of Allah there are those whom if they take an oath in the Name of Allah, out of trust and hope in Him, Allah will fulfill it for them.

3) Di antara hamba Allah ada orang yang apabila bersumpah (berdoa) kepada Allah maka Allah pasti mewujudkan untuknya disebabkan karena dia yakin dan mengharapkan apa yang ada di sisi Allah -'Azza wa Jalla-.

en

253/2- Abu al-‘Abbās Sahl ibn Sa‘d al-Sā‘idi (may Allah be pleased with him) reported that a man passed by the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) so he said to a man who was sitting with him: “What do you say about this man?” He replied: “He is one of the noblest of people. By Allah, if he proposes marriage, his proposal deserves to be accepted, and if he intercedes, his intercession deserves to be accepted.” The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) remained silent. Then another man passed by. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “What do you think about this man?” He replied: “O Messenger of Allah, this is one of the poor Muslims. If he proposes marriage, his proposal does not deserve to be accepted, and if he intercedes, his intercession does not deserve to be accepted, and if he speaks, he does not deserve to be listened to.” Then the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “This one (the second) is better than an earth full of the other (the first).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/253- Abul-'Abbās Sahal bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Seorang pria melintas di depan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bertanya kepada seseorang yang duduk bersama beliau, "Apa pendapatmu tentang orang ini?" Orang itu menjawab, "Dia termasuk orang terhormat. Demi Allah! Jika ia melamar maka layak untuk dinikahkan. Jika ia memberi syafaat, maka ia layak diterima syafaatnya." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diam. Kemudian melintas pria lain, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya lagi kepadanya, "Apa pendapatmu tentang orang ini?" Dia menjawab, "Wahai Rasulullah! Ini adalah orang fakir di antara kaum muslimin. Jika orang ini melamar, ia pantas ditolak. Jika ia memberi syafaat, maka syafaatnya akan ditolak. Jika ia berucap, maka ucapannya tidak didengar." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang ini lebih baik dari sepenuh bumi orang seperti tadi." (Muttafaq ‘Alaih)

en

-- --

Ucapannya: "حَرِيٌّ" (ḥariyyun), dengan memfatahkan "ḥā`", setelahnya "rā`" yang kasrah, kemudian "yā`" bertasydid, artinya: layak, pantas. Sedangkan "شَفَعَ" (syafa'a), dengan memfatahkan "fā`".

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يُنكح (yunkaḥu): dinikahkan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A man with a high standing in the worldly life may be of no value in the sight of Allah Almighty.

1) Seseorang kadang memiliki kedudukan yang tinggi di dunia, tetapi tidak memiliki kedudukan di sisi Allah -Ta'ālā-.

en

2) It is the nature of deeds and the faith of the heart that count, not the looks and appearances.

2) Yang menjadi ukuran adalah hakikat amal serta iman yang ada dalam hati, bukan potret fisik.

en

254/3- Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Paradise and Hell disputed. Hell said: ‘The tyrants and the arrogant are in me.’ Paradise said: ‘The weak and the poor are in me.’ So Allah judged between them and said to Paradise: ‘You are My Mercy. I show mercy through you to whom I will.’ And He said to Hell: ‘You are My Punishment, I punish through you whom I will. And I guarantee to fill both of you completely.’” [Narrated by Muslim]

3/254- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Surga dan neraka saling mengadu. Neraka berkata, 'Penghuniku adalah orang-orang yang angkuh dan sombong.' Surga berkata, 'Penghuniku adalah orang-orang lemah dan miskin.' Lalu Allah memutuskan di antara keduanya, 'Sesungguhnya engkau, wahai Surga, adalah rahmat-Ku. Denganmu Aku merahmati siapa yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya engkau, wahai Neraka, adalah azab-Ku. Denganmu Aku mengazab siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing (dari) kalian berdua, menjadi wewenang-Ku untuk memenuhinya (dengan penghuninya).'” (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

احْتَجَّتِ الجَنَّةُ وَالنَّارُ: surga dan neraka saling mengadu.

en

‘You are My Mercy’: It means that it is the abode that is created out of the mercy of Allah. As for Allah’s Mercy which is one of His Attributes, it is not created.

"Sesungguhnya engkau, wahai surga, adalah nikmat-Ku", maksudnya bahwa surga adalah negeri yang diciptakan dari rahmat Allah. Adapun rahmat Allah -Ta'ālā- yang merupakan sifat-Nya, maka bukan makhluk.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Believing in such matters of the unseen is an obligation, even though they are unperceived by the minds. A believer submissively accepts the command of Allah Almighty and the command of His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him).

1) Kewajiban mengimani perkara-perkara gaib ini, walaupun tidak masuk akal, sebab orang beriman akan tunduk kepada perintah Allah -Ta'ālā- dan perintah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) The favor and mercy of Allah Almighty are broader than His anger. He makes it incumbent upon Himself to fill Paradise and Hell, but His mercy precedes His anger.

2) Karunia dan rahmat Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih luas dari murka-Nya. Allah -'Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada diri-Nya untuk mengisi surga dan neraka, tetapi rahmat-Nya mendahului murka-Nya.

en

3) The poor and the weak are the people of Paradise, because they mostly follow the truth with submission, whereas tyrants are the people of Hell because they are too arrogant to submit to the truth.

3) Orang fakir dan lemah adalah penduduk surga; karena umumnya merekalah yang tunduk kepada kebenaran. Sedangkan orang-orang jahat, mereka angkuh dari kebenaran dan tidak tunduk kepada-Nya.

en

255/4- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Verily, the huge fat man will come on the Day of Judgment weighing less in the sight of Allah than the wing of a mosquito.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/255- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya kelak hari Kiamat akan datang seseorang yang sangat besar dan gemuk, akan tetapi berat timbangannya di sisi Allah tidak menyamai sayap nyamuk sekalipun" (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth establishes that weighing will take place on the Day of Judgment; it will be entirely just and involves no injustice.

1) Menetapkan adanya mizan atau timbangan amalan pada hari Kiamat, yaitu timbangan adil yang tidak mengandung kezaliman.

en

2) Warning against being focused on physical comfort alone, while everyone is obligated to take care of providing his heart with knowledge and faith which are the source of its comfort. In fact, when the heart finds comfort, the body finds it as well.

2) Peringatan agar seseorang tidak hanya memperhatikan kebahagiaan fisiknya, tetapi seorang hamba berkewajiban untuk memperhatikan kebahagiaan hatinya dengan ilmu dan iman. Bila hati bahagia, fisik pun akan bahagia.

en

Note:

Peringatan:

en

The reason this Hadīth is included under the Chapter on "Merit of the Weak, Poor, and Humble Muslims" is that obesity mostly results from overeating, which is sometimes an indicator of wealthiness and richness, arrogance and insolence, ingratitude to blessings and forgetting about the weak Muslims.

Sebab disebutkannya hadis ini di dalam Bab Keutamaan Muslim yang Lemah dan Miskin yang Tidak Dikenal, karena kegemukan umumnya disebabkan karena banyak makan, sedangkan banyak makan kadang menunjukkan banyak harta dan keadaan sombong, kufur nikmat, dan lupa terhadap kaum muslimin yang lemah.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

What is weighed in the balance?

Apa yang ditimbang pada mizan atau timbangan?

en

The apparent meaning of the Hadīth suggests that what is weighed is man, and that he is light or heavy based upon his deeds. Some scholars said that what is weighed is the scrolls of deeds as supported by the Hadīth of the Card: “Then a card will be brought out on which is written ‘I bear witness that none has the right to be worshiped but Allah and that Muhammad is His slave and Messenger’ and it will be placed in one pan of the scale...” Others said that what is weighed are the deeds, given the saying of Allah Almighty: {We will place the scales of justice on the Day of Resurrection...} The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Two words weigh heavily in the Scale...”, which means that what will be weighed are the deeds. There is no contradiction, however, between these views, because it is possible that all that is mentioned will be subject to weighing, i.e. the doers, the scrolls, and the deeds; and Allah knows best.

Makna lahir hadis ini menunjukkan bahwa yang ditimbang pada mizan adalah manusia, dan berat dan ringannya tergantung amal perbuatannya. Sebagian ulama berpendapat, yang ditimbang adalah catatan amal, berdasarkan hadis biṭāqah: "Lalu dikeluarkan sebuah biṭāqah (kartu) yang di dalamnya tercatat: 'Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah serta Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.' Lalu kartu tersebut diletakkan di satu mata timbangan." Ulama lain berpendapat, bahwa yang ditimbang adalah amalan, berdasarkan firman Allah: "Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat ..." (QS. Al-Anbiyā`: 47) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga bersabda, "Ada dua kalimat yang berat di timbangan ..." Dalam ayat dan hadis ini, yang ditimbang adalah amalan. Tetapi, tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat ini, karena bisa dikatakan, yang ditimbang adalah semuanya. Yaitu, yang ditimbang adalah pelaku, catatan amal, dan amal perbuatan. Wallāhu a'lam.

en

256/5- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) also narrated that a black woman (or a young man in another narration) used to sweep the mosque. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) did not find her, so he asked about her, and was informed that she had died. Thereupon, he said: “Why did you not tell me?” It seemed that they undermined her status. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Tell me where her grave is.” They told him. He offered the funeral prayer for her then said: “Indeed, these graves are full of darkness, and Allah Almighty illuminates them by my prayer for them.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/256- Masih dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang wanita hitam -atau seorang pemuda- yang biasa menyapu masjid. Tiba-tiba Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak mendapatkannya sehingga beliau menanyakannya. Para sahabat menjelaskan, "Dia telah meninggal." Beliau bersabda, "Mengapa kalian tidak memberitahuku?" Sepertinya mereka meremehkannya. Maka beliau bersabda, "Tunjuki aku tempat kuburnya." Lantas mereka menunjukkannya dan beliau menyalatinya. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi oleh kegelapan terhadap para penghuninya, dan Allah -Ta'ālā- memberinya cahaya dengan salatku kepada mereka." (Muttafaq ‘Alaih)

en

-- -- --

Perkataan: "تَقُمُّ" (taqummu), dengan memfatahkan "tā`", dan mendamahkan "qāf", artinya: menyapu. Al-Qumāmah artinya sampah. آذَنْتُموني (āżantumūnī), dengan mad pada "hamzah", artinya: kalian memberitahuku.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The believers’ value varies according to their deeds, so whoever does good is regarded as good.

1) Tingginya kedudukan orang beriman berdasarkan amal perbuatan mereka; semua orang yang mengerjakan kebaikan, maka dia berada di atas kebaikan.

en

2) Cleaning mosques and removing trash from them is recommended without adorning and decorating them in a way that distracts the worshipers.

2) Anjuran membersihkan dan menyingkirkan sampah dari masjid, juga tanpa diberikan hiasan dan lukisan-lukisan yang akan mengganggu dan menyibukkan pikiran orang yang salat.

en

3) The Hadīth underlines that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) did not know the unseen, that is why he said: “Tell me where her grave is.” He was unaware of such tangible things that were close to him, so he was unaware of matters of the unseen with greater reason!

3) Menjelaskan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak mengetahui perkara gaib; oleh sebab itu beliau bersabda, "Tunjuki aku tempat kuburnya." Bila beliau tidak mengetahui sesuatu yang nyata padahal dekat, maka sesuatu yang gaib beliau lebih pantas tidak ketahui!

en

4) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) cared well for his Companions; he used to check on them and ask about their conditions.

4) Perhatian yang sangat bagus oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada para sahabatnya; yaitu beliau mencari dan menanyakan mereka.

en

257/6- He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Perhaps a person who is disheveled, dusty, and driven away from doors (is so close to Allah that), if he takes an oath by Allah (about something), He will definitely fulfill it for him.” [Narrated by Muslim]

6/257- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak sedikit orang dengan rambut berantakan, warna berubah dan ditolak di pintu-pintu, seandainya ia bersumpah (berdoa) kepada Allah, niscaya Allah mewujudkan untuknya." (HR. Muslim)

en

258/1- Usāmah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “I stood at the gate of Paradise, and (I saw) that the majority of those who entered it are the poor, and the wealthy were kept confined. The inmates of the Fire had been ordered to enter the Fire, and I stood at the gate of the Fire and saw that the majority of its inmates are women.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

7/258- Usāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang kaya tertahan. Namun penghuni neraka telah diperintahkan untuk masuk ke neraka. Aku berdiri di pintu neraka, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah wanita." (Muttafaq 'Alaih)

en

-- Kept confined: not yet given permission to enter Paradise.

الجَدُّ (al-jadd), dengan memfatahkan "jīm", artinya: kekayaan. Sabda beliau: مَحْبُوسُونَ (maḥbūsūna), maksudnya: mereka belum diperkenankan masuk surga.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Disheveled: with uncombed hair, not having anything to improve his hair therewith.

أَشْعَث (asy'aṡ): rambut berantakan; dia tidak memiliki apa yang bisa digunakan membaguskan rambutnya.

en

--

أَغْبَر (agbar): warnanya berubah, karena sangat miskin.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Piety is the criterion; the more pious a person is, the more honorable he is in the sight of Allah Almighty.

1) Takwa kepada Allah adalah ukuran kemuliaan hamba, siapa yang paling bertakwa kepada Allah maka dialah yang paling mulia di sisi Allah.

en

2) Most of the people of Hell are women because they are given to Fitnah, except those protected by Allah Almighty through piety.

2) Mayoritas penghuni neraka dari kalangan perempuan karena banyak di antara mereka yang membuat fitnah, kecuali perempuan yang dijaga oleh Allah -Ta'ālā-.

en

3) A slave has to guard against the trial of wealth. In fact, wealth may lead one to be tyrannical, and it could lead to his ruin and corruption. Therefore, a slave is enjoined to remain patient in poverty and in richness alike.

3) Seorang hamba harus menjaga diri dari fitnah kekayaan, karena kekayaan dapat mendatangkan perilaku zalim dan dapat mengantarkan pelakunya kepada kebinasaan dan kerusakan. Sebab itu, sikap sabar dituntut pada seorang hamba ketika miskin dan kaya.

en

259/8- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “None spoke in the cradle but only three (persons), ‘Isa (Jesus) son of Maryam (Mary), the second one was the baby in the story of Jurayj. Jurayj was a devoted worshiper who took a hermitage for worship and confined himself in it. His mother came to him as he was busy in prayer and she called, ‘Jurayj.’ He said, ‘My Lord, my mother (is calling me while I am engaged in) my prayer.’ He continued with the prayer. She left and she came on the next day and he was (still) busy in prayer. She called, ‘Jurayj.’ He said: ‘My Lord, my mother (is calling me while I am engaged in) my prayer, and he continued with the prayer,’ and she left. On the next day she again came while he was busy in prayer and called, ‘Jurayj.’ He said, ‘My Lord, my mother (is calling me while I am engaged in) my prayer.’ He continued with the prayer, so she said, ‘O Allah, do not let him die until he has seen the faces of prostitutes.’ The story of Jurayj and his devotion to worship spread amongst the Children of Israel. There was a prostitute who was regarded as the standard of beauty. She said (to the people): ‘If you wish, I can seduce him.’ She presented herself to him but he paid no heed to her. She came to a shepherd who took shelter in the hermitage and she offered herself to him. He (the shepherd) had sexual intercourse with her and so she became pregnant. When she gave birth to a baby she said, ‘He is Jurayj’s baby.’ So they came and took Jurayj down from his hermitage, tore it down, and started beating him. He asked them what the matter was. They said, ‘You have committed fornication with this prostitute and she has given birth to your baby.’ He said: ‘Where is the baby?’ They brought him (the baby) and Jurayj said, ‘Let me pray.’ He performed prayer and when he finished, he poked the baby in his belly and asked him, ‘O boy, who is your father?’ The baby answered, ‘It is so-and-so, the shepherd.’ The people turned towards Jurayj, kissing him and touching him (seeking blessing) and said, ‘We will build your hermitage with gold.’ He said, ‘No just rebuild it with mud as it was,’ and they did. And while a baby was suckling from his mother’s breast, a man passed by who was dressed in fine garments and riding a fancy mount. His mother said, ‘O Allah, make my child like this one.’ He (the baby) left stopped suckling and looked at the man and said, ‘O Allah, do not make me like him.’ He then returned to the breast and resumed suckling. It still remember the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) as he illustrated his suckling with his index finger in his mouth and sucking that. He (the Messenger of Allah) continued: ‘They (the baby and its mother) happened to pass by a slave girl who was being beaten and those beating her were saying, ‘You have committed fornication and theft.’ She was saying, ‘Sufficient for me is Allah and excellent is He as Protector (indicating that she is innocent).’ So his mother said, ‘O Allah, do not make my son like her.’ He stopped suckling, looked at her and said: ‘O Allah! Make me like her.’ This was followed by a conversation between the mother and the child. She said, ‘A good looking man happened to pass by and I said, “O Allah, make my son like him,” and you said, “O Allah, do not make me like him,” and there passed a girl while they were beating her and saying, “You committed fornication and theft,” and I said, “O Allah, do not make my son like her,” and you said, “O Allah, make me like her.” The baby said, ‘That man was a tyrant, and I said, “O Allah, do not make me like him,” and they were saying about the girl, “You committed fornication,” whereas she had not committed that and they were saying, “You committed theft,” whereas she had not committed theft, so I said, “O Allah, make me like her.”’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

8/259- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidak ada anak yang berbicara ketika masih dalam buaian kecuali tiga orang. (Pertama), Isa bin Maryam. (Kedua), seorang anak dalam kisah Juraij. Juraij adalah orang yang taat beribadah. Dia membangun tempat ibadah dan selalu ada di dalamnya. Suatu saat, ibunya datang menemuinya ketika dia sedang salat. Ibunya memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia meneruskan salatnya, sementara sang ibu akhirnya pulang. Keesokan harinya, sang ibu datang lagi sementara Juraij sedang salat. Dia memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia memilih meneruskan salatnya. Keesokan harinya lagi, sang ibu datang lagi sementara Juraij sedang salat. Dia memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia memilih meneruskan salatnya. Maka berkatalah sang ibu, 'Ya Allah! Jangan matikan dia sebelum melihat wajah pelacur.' Ketika orang-orang Bani Israil berbincang-bincang tentang Juraij dan ibadahnya, ada seorang wanita pelacur yang terkenal cantik, dia berkata, 'Kalau kalian mau, aku akan menggodanya.' Lantas dia menggodanya, namun Juraij tak mempedulikannya. Maka wanita pelacur itu mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di bawah rumah ibadah itu, lalu menggodanya untuk berbuat zina. Terjadilah perzinaan di antara mereka. Kemudian wanita itu hamil. Ketika telah melahirkan, dia berkata, 'Ini anak dari Juraij.' Masyarakat pun mendatangi Juraij dan memaksanya turun lalu rumah ibadahnya dirobohkan. Mereka memukulinya. Juraij bertanya, 'Ada apa dengan kalian ini?' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan wanita pelacur ini sehingga dia melahirkan anak darimu.' Juraij berkata, 'Mana anaknya?' Mereka kemudian membawakan bayi tersebut. Juraij berkata, 'Biarkan aku salat dulu!' Kemudian Juraij salat. Setelah selesai salat dia mendatangi anak bayi tersebut dan menekan perutnya seraya berkata, 'Wahai anak kecil, siapa bapakmu?' Anak itu menjawab, 'Fulan si penggembala.' Maka orang-orang mengerumuni Juraij, mencium dan mengusap-usapnya. Mereka berkata, 'Kami akan bangun ulang rumah ibadahmu dengan bahan emas.' Dia menjawab, 'Tidak, bangunlah kembali dengan tanah liat seperti semula!' Lantas mereka mengerjakannya. (Ketiga), ketika seorang bayi sedang menyusu pada ibunya, lalu lewat seorang penunggang kendaraan yang tampak mewah dan berpenampilan bagus. Sang ibu berkata, 'Ya Allah! Jadikanlah anakku seperti orang itu.' Sang bayi melepas tetek ibunya lalu menoleh dan memandang orang itu seraya berkata, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti orang itu!' Kemudian dia kembali ke teteknya dan menyusu kembali." Abu Hurairah bercerita: Seakan aku masih melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mencontohkannya menyusu dengan jari telunjuk beliau ke mulut dan mengisapnya. Beliau lanjut bersabda, "Kemudian mereka melewati seorang budak wanita yang sedang dipukuli. Mereka berkata, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Sedangkan wanita tersebut hanya berkata, 'Ḥasbiyallāhu wa ni'mal wakīl.' Maka sang ibu berkata, 'Ya Allah! Jangan jadikan anakku seperti dia.' Anak itu melepas teteknya dan memandang wanita tersebut, kemudian dia berkata, 'Ya Allah! Jadikanlah aku seperti dia.' Ketika itu terjadilah dialog antara ibu dan anak. Sang ibu berkata, 'Ketika ada orang yang berpenampilan bagus, aku berdoa, 'Ya Allah! Jadikan putraku seperti dia.' Engkau mengatakan, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti dia.' Lalu ketika ada seorang budak wanita dipukuli sambil dikatakan, engkau telah berzina dan mencuri, aku berdoa, 'Ya Allah! Jangan jadikan putraku seperti dia.' Engkau berkata, 'Ya Allah! Jadikan aku seperti dia?!' Anak itu berkata, 'Laki-laki itu adalah orang yang zalim, maka aku berdoa, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti dia.' Sedangkan terhadap wanita yang kalian katakan: engkau telah berzina dan mencuri, dia tidak pernah berzina dan tak pula mencuri. Maka aku berdoa, 'Ya Allah! Jadikan aku seperti dia.'" (Muttafaq ‘Alaih)

en

-- -- -- --

المومِسَاتُ (al-mūmisāt), dengan mendamahkan "mīm" yang pertama, setelahnya "wāw", kemudian mengkasrahkan "mīm" yang kedua, dan setelahnya "sīn", yaitu: para pezina. المُومِسَةُ (al-mūmisah) artinya wanita pezina. دَابَّةٌ فَارِهَةٌ (dābbah fārihah), dengan huruf "fā`", maksudnya: kendaraan yang cerdas dan bagus. الشَّارَةُ (asy-syārah), dengan "syīn", kemudian "rā`" tanpa tasydid, yaitu: keindahan yang tampak pada penampilan dan pakaian. Dan makna (تَرَاجَعَا الحديث), yaitu sang ibu berbicara ke anaknya dan sang anak bicara ke ibunya. Wallāhu a'lam.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Hermitage: a raised structure where monks stay for worship.

الصَّوْمَعَةُ (aṣ-ṣauma'ah): bangunan tinggi di bagian ujungnya lancip, yaitu tempat beribadah para rahib.

en

--

بَغِيٌّ (bagyun): wanita pezina yang melakukan perzinaan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Jurayj was patient before affliction. He did not take revenge for himself, but he was content to remain one of the weak and poor.

1) Kesabaran sang ahli ibadah, Juraij, ketika dia tidak balas dendam, tetapi rida bersikap kanaah dan memilih hidup bersama orang-orang lemah dan miskin.

en

2) When a slave gets close to Allah at times of prosperity, Allah Almighty gets close to him at times of distress. A true believer is not harmed by trials, and it is out of Allah’s mercy that He makes for his devoted worshipers a way out of their affliction. This may be delayed for some time in order for them to be more disciplined and receive greater reward.

2) Seorang hamba bila mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā- pada kondisi lapang, maka Allah akan menolongnya pada kondisi sulit. Orang yang imannya tulus tidak akan celaka oleh berbagai fitnah. Dan termasuk bentuk kasih sayang Allah, Dia memberikan jalan keluar bagi wali-wali-Nya ketika mereka diuji. Kadang hal itu terlambat demi membersihkannya dari dosa serta memberikan tambahan pahala baginya.

en

3) A believer should keenly choose to be one of the common people rather than one of the arrogant tyrants.

3) Tekad seorang hamba agar bergaul dengan keumuman manusia, bukan bersama orang-orang yang sombong dan zalim.

en

4) The Hadīth encourages responding to the mother’s call rather than carrying on with a voluntary prayer.

4) Anjuran untuk mendahulukan panggilan ibu dari salat sunah.

en

5) Resorting to prayer in hard times is a sign of the one’s good understanding of the religion.

5) Merupakan bentuk dalamnya pemahaman seseorang bila dia segera melaksanakan salat ketika terjadi kesulitan.