Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

Book of Miscellaneous Matters

KITAB AL-MANṠŪRĀT DAN AL-MULAḤ

en

370 - Chapter on miscellaneous matters

370- BAB AL-MANṠŪRĀT DAN AL-MULAḤ

en

Benefit:

Faedah:

en

--

المَنْثُوْرَاتُ (al-manṡūrāt): pembahasan-pembahasan ilmu yang beragam.

en

--

المُلَح (al-mulaḥ): sesuatu yang mendatangkan keindahan dan kesegaran ketika dikisahkan dalam kadar yang sedikit.

en

1808/1 - Al-Nawwās ibn Sam‘ān (may Allah be pleased with him) reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) made mention of the Anti-Christ one day in the morning. He sometimes described him to be insignificant and sometimes described him as very significant, that we thought he were in the cluster of the date-palm trees. When we went to him in the evening and he recognized fear on our faces, he said: ‘What is the matter with you?’ We said: ‘O Messenger of Allah, you made mention of the Anti-Christ in the morning, sometimes describing him to be insignificant and sometimes very important, until we began to think he were present in part of the cluster of the date-palm trees.’ Thereupon, he said: ‘I fear for you so many other things besides the Anti-Christ. If he comes forth while I am among you, I shall contend with him on your behalf. But if he comes forth while I am not amongst you, everyone must contend on his own and Allah would take care of every Muslim on my behalf. He would be a young man with twisted and contracted hair, and a blind eye. I compare him to ‘Abd al-‘Uzza ibn Qatan. Whoever amongst you would survive to see him should recite over him the opening verses of Surat al-Kahf. He would appear on the way between Syria and Iraq and would spread mischief everywhere. O servants of Allah, remain steadfast.’ We said: ‘O Messenger of Allah, how long would he stay on earth?’ He said: ‘For forty days, one day like a year and one day like a month and one day like a week, and the rest of the days would be like your days.’ We said: ‘O Messenger of Allah, would one day’s prayer suffice for the prayers of the day equal to one year?’ He said: ‘No, but you must make an estimate of time (and then observe prayer).’ We said: ‘O Messenger of Allah, how quickly would he walk upon earth?’ He said: ‘Like rain followed by the wind. He would come to the people and invite them (to a wrong religion) and they would affirm their faith in him and respond to him. He would then give command to the sky and there would be rainfall upon earth and it would grow crops. Then, in the evening, their pasturing animals would come to them with their humps very high, their udders full of milk, and their flanks stretched. He would then come to another people and invite them. But they would reject him and he would go away from them and there would be drought for them and nothing would be left with them in the form of wealth. He would then walk through the waste land and say to it: “Bring forth your treasures”, and the treasures would come out and follow him like the swarm of bees. He would then call a person brimming with youth and strike him with the sword and cut him into two pieces and (make these pieces lie at a distance which is generally) between the archer and his target. He would then call him, and he will come forward laughing, with his face gleaming, and it would be at this very time that Allah would send ‘Īsa (Jesus), son of Mary, and he would descend at the white minaret in the eastern side of Damascus wearing two garments lightly dyed with saffron and placing his hands on the wings of two angels. When he would lower his head, there would fall beads of perspiration from his head, and when he would raise it up, beads like pearls would scatter from it. No disbeliever would smell his breath except that he would die and his breath would reach as far as his sight reaches. He would then search for him (the Anti-Christ) until he would catch hold of him at the gate of Ludd and kill him. Then, a people whom Allah had protected from the Anti-Christ would come to Jesus, son of Mary, and he would wipe their faces and would inform them of their ranks in Paradise and it would be under such conditions that Allah would reveal to Jesus these words: “I have brought forth from amongst My servants such people against whom none would be able to fight; you take these people safely to Tūr.” And then Allah would send Gog and Magog and they would swarm down from every slope. The first of them would pass the lake of Tiberias and drink out of it. And when the last of them would pass, he would say: “There was once water here.” Jesus and his companions would then be besieged there, until the head of the ox would be dearer to them than one hundred dinars are to you today. The Prophet of Allah, Jesus, and his companions would supplicate Allah, Who would send upon them (Gog and Magog) worms attacking them in their necks and in the morning, they would perish like one single person. The Prophet of Allah, Jesus, and his companions would then come down to the land and they would not find therein as much space as a single span which is not filled with their putrefaction and stench. The Prophet of Allah, Jesus, and his companions would then again beseech Allah, Who would send birds whose necks would be like those of Bactrian camels and they would carry them and throw them where Allah wills. Then, Allah would send rain which no house of clay or camels’ hairs would keep out and it would wash away the land until it would appear to be a mirror. Then, the land would be told to bring forth its fruit and restore its blessing and, as a result thereof, there would grow (such a big) pomegranate that a group of people would be able to eat it, and seek shelter under its skin; and the milch camel would give so much milk that a whole party would be able to drink it. And the milch cow would give so much milk that the whole tribe would be able to drink out of it; and the milch sheep would give so much milk that the whole family would be able to drink out of it. At that point, Allah would send a pleasant wind which would soothe people even under their armpits and take the life of every believer and Muslim; only the wicked would survive, and they would commit adultery like asses; and the Last Hour would come to them.” [Narrated by Muslim]

1/1808- An-Nawās bin Sam'ān -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan, “Di suatu pagi, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengisahkan tentang Dajal. Beliau merendahkan dan meninggikan suaranya ketika menceritakannya, hingga kami mengiranya telah berada dekat di arah kebun kurma (Madinah). Ketika kami kembali pada beliau di sore hari, beliau langsung mengetahui adanya rasa khawatir pada diri kami. Beliau lalu bersabda, “Ada apa dengan kalian?” Kami menjawab, “Wahai Rasulullah! Engkau menceritakan Dajal di pagi ini, engkau merendahkan suara dan meninggikannya hingga kami mengiranya telah berada dekat di arah kebun kurma (Madinah).” Beliau bersabda, “Bukan Dajal yang lebih aku takutkan menimpa kalian. Jika ia keluar saat aku masih hidup di tengah kalian, akulah yang akan melindungi kalian darinya. Jika ia keluar sedang aku tidak lagi hidup di tengah kalian, maka setiap orang menjadi pelindung bagi dirinya sendiri. Dan Allahlah penggantiku dalam melindungi setiap muslim. Dajal itu seorang pemuda berambut keriting, matanya menonjol. Sepertinya aku bisa menyerupakannya dengan Abdul-'Uzzā bin Qaṭan. Maka siapa di antara kalian mendapatinya, hendaknya ia membaca ayat-ayat permulaan surah Al-Kahfi. Ia akan keluar di sebuah jalan antara Syam dan Irak. Ia menebar kerusakan di sepanjang kanan dan kiri (jalan yang ia lewati). Wahai hamba-hamba Allah! Teguhlah kalian!” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah! Berapa lama keberadaannya di bumi?” Beliau menjawab, “Empat puluh hari; ada yang satu harinya seperti satu tahun, satu hari seperti satu bulan, satu hari seperti satu Jumat (pekan), dan hari-hari lainnya seperti hari-hari (biasa) kalian.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah! Tentang hari yang seperti satu tahun itu, apakah pada saat itu kami cukup menunaikan salat satu hari?” Beliau menjawab, “Tidak. Namun perkirakanlah waktu-waktunya.” Kami bertanya lagi, “Wahai Rasulullah! Seberapa cepat ia berbuat kerusakan di bumi?” Beliau menjawab, “Seperti hujan yang disusul oleh angin. Dajal akan datang ke satu kaum dan mengajak mereka (agar menuhankan dirinya) lalu mereka beriman padanya dan memenuhi ajakannya. Ia memerintahkan langit, maka langit pun menurunkan hujan; ia memerintahkan bumi, maka bumi pun menumbuhkan tanaman, sehingga ternak-ternak mereka pulang dari tempat penggembalaan dengan punuk yang paling tinggi, kantung susu yang paling melimpah, dan perut yang paling besar. Kemudian Dajal datang ke kaum yang lain dan mengajak mereka, namun mereka menolak ajakannya. Ia pun pergi meninggalkan mereka, lalu tanah mereka menjadi gersang dan mereka tak lagi memiliki sedikit pun harta. Dajal lalu melewati tanah tak berpenghuni, lalu ia mengatakan pada tanah ini, “Keluarkan harta-harta simpananmu.” Maka harta-harta simpanannya akan mengikutinya seperti lebah-lebah jantan (mengikuti ratu lebah). Kemudian Dajal memanggil seseorang yang kekar dan muda, ia menebas tubuhnya dengan pedang hingga memotongnya menjadi dua bagian, di antara kedua potongan tersebut sejauh tembakan anak panah kepada sasaran. Kemudian ia memanggilnya dan dia datang dengan wajah berbinar dan tertawa. Ketika Dajal dalam kondisi seperti itu, Allah -Ta'ālā- mengirim Almasih Ibnu Maryam -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dia turun di menara putih di bagian timur Damaskus dengan dua pakaian berwarna dan meletakkan kedua tangannya pada sayap-sayap dua malaikat. Apabila dia menundukkan kepalanya, meneteslah air darinya. Dan apabila dia mengangkatnya, berjatuhan darinya butiran-butiran air seperti mutiara. Tidaklah seorang yang kafir mendapatkan angin napasnya kecuali akan mati, sementara napasnya sejauh pandangan matanya. Lalu Isa mencari Dajal sampai menemukannya di gerbang Ludd dan membunuhnya. Kemudian Isa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- didatangi satu kaum yang telah Allah lindungi dari fitnah Dajal. Dia mengusap wajah-wajah mereka dan menyampaikan pada mereka tingkatan-tingkatan mereka di surga. Dalam kondisi seperti ini, Allah -Ta'ālā- mewahyukan pada Isa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, 'Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tak seorang pun mampu melawan mereka. Maka ungsikanlah hamba-hamba-Ku ke bukit Ṭūr.' Allah mengirimkan Yakjuj dan Makjuj; mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Barisan pertama mereka melewati Danau Ṭabariyah (Tiberias) lalu meminum airnya, kemudian barisan akhir mereka lewat dan mengatakan, 'Di tempat ini dahulu pernah ada air.' Nabi Isa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para pengikutnya diembargo hingga kepala sapi milik salah seorang mereka lebih berharga dari seratus dinar milik salah seorang kalian pada hari ini. Lalu Nabi Isa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para pengikutnya berdoa kepada Allah -Ta'ālā-. Maka Allah mengirimkan ulat di leher-lehar Yakjuj dan Makjuj, hingga mereka mati bergelimpangan satu waktu. Kemudian Nabi Isa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para pengikutnya -raḍiyallāhu 'anhum- turun ke bawah, maka mereka tidak menemukan tempat sejengkal pun di bumi kecuali berisi bau mayat mereka. Nabi Isa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para pengikutnya kemudian berdoa kepada Allah. Maka Allah -Ta'ālā- mengirimkan kawanan burung sebesar leher unta yang membawa bangkai mereka dan membuangnya di tempat yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah -'Azzā wa Jallā- menurunkan hujan yang membasahi semua tempat, tidak terhalangi oleh sebuah rumah tanah maupun kemah bulu. Hujan mencuci semua muka bumi hingga meninggalkannya seperti cermin. Kemudian dikatakan pada bumi, 'Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalikan lagi berkahmu.' Maka saat itu, sekelompok orang cukup dengan memakan satu buah delima dan mereka bisa bernaung dengan kulitnya. Susu pun diberkahi, hingga satu unta penghasil susu dapat mencukupi sekelompok manusia, satu sapi penghasil susu dapat mencukupi satu kabilah manusia, dan satu kambing penghasil susu dapat mencukupi satu rumpun keluarga dalam sebuah kabilah. Manakala mereka dalam kondisi seperti ini, Allah -Ta'ālā- mengirimkan angin sejuk yang menyusup kepada mereka melalui bawah ketiak mereka lalu mencabut nyawa setiap mukmin dan setiap muslim. Yang tersisa hanyalah manusia-manusia jahat, yang berbuat zina di atas muka bumi secara terang-terangan seperti perilaku keledai. Pada merekalah kiamat akan terjadi.” (HR. Muslim)

en

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

خلَّةً بَيْنَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ: jalan antara Syam dan Irak. عاثَ ('aṡa), dengan "'ain" dan "ṡā`", berasal dari kata "الْعَيْثُ" (al-'aiṡ), yaitu: kerusakan yang besar. الذُّرَىٰ (aż-żurā), dengan mendamahkan "żāl", artinya: punuk-punuk yang tinggi; yaitu bentuk jamak dari kata "ذُرْوَةٍ" (żurwah), dengan mendamahkan "żāl", dan boleh juga mengkasrahkannya (żirwah). الْيَعَاسِيبُ (al-ya'āsīb)): lebah jantan. جِزْلَتَيْنِ (jizlatain): dua potong, bagian. الْغَرَضُ (al-garaḍ): sasaran yang dipanah dengan anak panah, yaitu: ia melemparnya seperti melempar anak panah. الْمَهْرُودَةُ (al-mahrūdah): dengan "dāl", dan juga boleh dengan "żāl", artinya: pakaian yang diberikan celupan wantek. لاَ يَدَانِ (lā yadān): tidak ada kekuatan. النَّغَفُ (an-nagaf): ulat. فَرْسَىٰ (farsā), bentuk jamak dari kata "فَرِيسٍ" (faris), artinya terbunuh. الزَّلَقَةُ (az-zalaqah), dengan memfatahkan "zāy", "lām", dan "qāf", juga diriwayatkan dengan lafal "الزُّلفَةُ" (az-zulafah), dengan mendamahkan "zāy", kemudian mensukunkan "lām", dan setelahnya huruf "fā`", artinya cermin. الْعِصَابَةُ (al-'iṣābah): sekelompok orang. الرِّسْلُ (ar-risl), dengan mengkasrahkan "rā`", yaitu susu. اللِّقْحَةُ (al-liqḥah): yang sedang memproduksi susu. الْفِئَامُ (al-fi`ām), dengan mengkasrahkan "fā`", setelahnya hamzah yang bermad, artinya: kelompok orang. الْفَخِذُ (al-fakhiż): rumpun di bawah kabilah.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

خفَّضَ فِيْهِ وَرَفَّعَ: beliau merendahkan dan menyepelekannya kemudian mengangkat dan membesar-besarkannya karena besar fitnahnya.

en

--

حَتَّىٰ ظَنَنَّاهُ فِيْ طَائِفَةِ النَّخْلِ: hingga kami mengiranya berada dekat dari perkebunan kurma Madinah.

en

--

قَطَطٌ (qaṭaṭ): berambut sangat keriting.

en

--

عَيْنُهُ طَافِيَةٌ ('ainuhu ṭāfiyah): hilang cahayanya, atau menonjol namun masih memiliki cahaya.

en

--

اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ: setelahnya datang angin lalu mengeringkannya. Maksudnya penjelasan tentang kecepatan daya rusaknya di atas muka bumi.

en

--

فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سارِحَتُهُمْ: yaitu hewan gembalaan mereka seperti unta dan kambing kembali kepada mereka.

en

--

أَسبَغَهُ ضُرُوعاً: paling panjang dikarenakan banyak air susu.

en

--

أَمَدَّهُ خَوَاصِرَ: karena kepenuhan disebabkan kenyang.

en

--

يُصْبِحُونَ مُمْحِلِينَ: hujan menjadi terhenti serta bumi dan rerumputan menjadi kering.

en

--

الخَرِبَةُ (al-kharibah): tempat kosong yang tidak memiliki kebaikan.

en

--

قَطَر (qaṭara): turun air darinya.

en

--

جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ: butiran-butiran perak yang dibuat dengan bentuk mutiara yang besar.

en

--

Maksudnya: air turun darinya seperti jernihnya mutiara.

en

Ludd: a city near Jerusalem in Palestine.

لُدّ (ludd): sebuah negeri dekat dari Baitulmaqdis di Palestina.

en

--

حَرِّزْ (ḥarriz): tempatkan mereka dalam benteng sehingga Yakjuj dan Makjuj tidak sampai kepada mereka.

en

--

حَدَبٍ يَنْسِلُونَ: bagian bumi yang keras dan tinggi, mereka keluar dengan cepat, maksudnya mereka muncul dari semua tempat.

en

--

زَهَمُهُمْ وَنَتَنُهُمْ: bau mereka yang busuk.

en

--

أَعْنَاقِ الْبُخْتِ (a'nāq al-bukht): unta-unta yang berleher panjang.

en

--

مَدَرَ وَلَا وَبَر (madar wa la wabar): rumah yang terbuat dari tanah ataupun kemah dari bulu.

en

--

بِقُحْفِهَا (biquḥfihā): kulitnya.

en

--

يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ: laki-laki menggauli para wanita dengan terang-terangan dan disaksikan banyak orang sebagaimana yang dilakukan oleh keledai, dan mereka tidak memedulikan hal itu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It informs of the trial of the Anti-Christ and points out that it will be the severest trial facing Muslims. That is why the prophets (peace be upon them) warned their nations against it.

1) Besarnya fitnah Dajal dan penjelasan bahwa Dajal adalah fitnah terbesar yang menimpa kaum muslimin. Oleh sebab itu, para nabi mengingatkan umat mereka darinya.

en

2) It shows the vast mercy of Allah towards the believers, as He has given them what protects them against the Anti-Christ, such as:

2) Luasnya rahmat Allah kepada orang-orang mukmin; yaitu Allah memberikan mereka sesuatu yang dapat melindungi mereka dari Dajal, misalnya lewat

en

his description, the believers’ ability to read what is written on his forehead, which will indicate he is a disbeliever, as well as the memorization of the opening verses of Surat al-Kahf, which is a shield against his evil.

menjelaskan ciri-cirinya, juga kemampuan seorang mukmin untuk membaca tulisan di keningnya yang menunjukkan kekafirannya, dan menghafal permulaan surah Al-Kahfi karena dapat melindunginya dari keburukannya.

en

3) It shows how the Companions (may Allah be pleased with them) loved knowledge and used to ask the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) about everything useful and unknown to them, given their keenness to perform acts of obedience.

3) Kecintaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- kepada ilmu; yaitu mereka bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang semua hal yang bermanfaat bagi mereka yang tidak mereka ketahui karena kegigihan mereka pada ketaatan.

en

4) One should believe in matters of the unseen which the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) told us about, in a certain way free from any doubt or criticism. His chief concern regarding trials should be to engage in acts of obedience and prepare for those trials with certitude and steadfastness.

4) Seorang hamba wajib mengimani perkara-perkara gaib yang diberitakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada kita dengan keimanan yang tidak dicampur dengan keraguan ataupun penolakan, dan yang menjadi tujuannya dari berita-berita tentang fitnah ialah mengerjakan ketaatan dan bersiap menghadapinya dengan keyakinan dan keteguhan.

en

5) It tells us that the Hour will come when the most evil people will be the only living people on earth.

5) Menerangkan bahwa kiamat tidak akan terjadi kecuali pada manusia paling buruk.

en

6) Distress and hardship only increase the believer’s insight and adherence to the truth, like the man filled with youth and faith who will be killed by the Anti-Christ and then brought back to life again, as a trial.

6) Kesedihan dan kesulitan hanya akan menambah yakin dan teguh orang beriman di atas kebenaran, seperti keadaan laki-laki tangguh dan beriman yang dibunuh oleh Dajal lalu dihidupkannya lagi sebagai ujian.

en

1809/2 - Rib‘i ibn Hirāsh reported: “I accompanied Abu Mas‘ūd al-Ansāri to Hudhayfah ibn al-Yamān (may Allah be pleased with them). Abu Mas‘ūd said to him: ‘Tell me what you heard from the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) about the Anti-Christ.’ Hudhayfah said: ‘The Anti-Christ will appear, and with him will be water and fire. What people see as water will, in fact, be a burning fire, and what they see as fire will, in fact, be cool and sweet water. Whoever amongst you happens to face him should jump into what he sees as fire, for that will be nice and sweet water.’” Thereupon, Abu Mas‘ūd said: “I too heard this.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/1809- Rib'iy bin Ḥirāsy berkata, Aku pergi bersama Abu Mas'ūd Al-Anṣāriy menuju Ḥużaifah bin Al-Yamān -raḍiyallāhu 'anhum-; Abu Mas'ūd berkata kepadanya, "Sampaikan kepadaku apa yang engkau dengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang Dajal." Ḥużaifah menjawab, "Dajal akan keluar, dia membawa air dan api. Apa yang dilihat orang sebagai air, itu adalah api yang membakar. Sedangkan yang dilihat orang sebagai api, itu adalah air yang dingin dan sejuk. Siapa di antara kalian yang bertemu dengannya, hendaklah dia masuk pada yang dilihatnya sebagai api, karena itu adalah air sejuk yang baik." Abu Mas'ūd berkata, "Aku juga telah mendengarnya (dari Rasulullah)." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Anti-Christ will be given the ability to perform supernatural acts, like no other, as a trial for people, so that the true believer will be distinct from others.

1) Dajal diberikan kemampuan luar biasa yang tidak diberikan kepada yang lain, sebagai ujian bagi manusia, untuk memisahkan antara orang mukmin yang hakiki dari yang lain.

en

2) The occurrence of a supernatural act at the hands of someone does not mean he is righteous; rather, we should judge his overall acts, words, and conditions according to the Shariah scale, i.e. the Qur’an and Sunnah.

2) Terjadinya perkara luar biasa lewat tangan seorang hamba tidak menunjukkan kesalehannya, melainkan perbuatannya, perkataannya, dan semua keadaannya harus ditimbang dengan timbangan agama (Al-Qur`ān dan Sunnah).

en

1810/3 - ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The Anti-Christ will appear in my Ummah and will stay for forty. I do not know whether this will be forty days, months, or years. Allah will then send Jesus, son of Mary. Jesus will pursue him and kill him. Then, people will survive for seven years in such a state that there will be no rancor between two persons. Then, Allah will send a cool breeze from the side of the Levant. None will remain upon the face of earth having an atom’s weight of good or faith in his heart but he will die, so much that even if someone amongst you will enter the innermost part of a mountain, this breeze will reach that place also and will cause him to die. Only wicked people will survive and they will be as fast as birds and as ferocious towards one another as wild beasts. They will never appreciate good, nor condemn evil. Then, Satan will come to them in the form of a man and will say: ‘Will you not obey me?’ They will say: ‘What do you order us to do?’ He will command them to worship idols. They will have abundance of sustenance and will lead comfortable lives. Then, the Trumpet will be blown. Every one hearing it will turn and raise his neck towards it. The first one to hear that Trumpet will be a man who will be busy repairing the basin for his camels. He will become unconscious and so will people. Allah will send rain which will be like dew - or shade - and there will grow out of it the bodies of the people. Then, the second Trumpet will be blown and they will stand up and begin to look around. Then, it will be said: ‘O people, go to your Lord.’ Then, there will be a command: ‘Stop them, for they are to be questioned.’ Then, it will be said: ‘Separate from them the share of the Fire.’ It will be asked: ‘How much?’ It will be said: ‘Nine hundred and ninety-nine out of every thousand.’ That will be the Day which will turn children into gray-haired men (because of its terrors) and that will be the Day when the shin will be uncovered.” [Narrated by Muslim]

3/1810- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dajal akan keluar pada umatku, lalu ia akan tinggal selama empat puluh. Aku tidak tahu, apakah empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun. Lalu Allah -Ta'ālā- mengutus Isa bin Maryam -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan dia mencarinya kemudian membunuhnya. Kemudian manusia akan tenang selama tujuh tahun, tidak ada satu permusuhan pun meskipun antara dua orang. Kemudian Allah -'Azza wa Jalla- mengirim angin yang dingin dari arah Syam, sehingga tidak tersisa di muka bumi seorang yang memiliki kebaikan atau keimanan meskipun seberat zarah dalam hatinya kecuali akan diwafatkan. Bahkan, sekiranya salah seorang kalian masuk ke dalam jantung gunung, niscaya angin tersebut akan masuk kepadanya hingga mencabut nyawanya. Lalu yang tersisa adalah manusia-manusia jahat dengan keringanan burung dan kemauan binatang buas. Mereka tidak mengenal sebuah kebaikan dan tidak mengingkari sebuah keburukan. Setan kemudian menampakkan diri kepada mereka seraya berkata, 'Maukan kalian mengikuti perintahku?' Mereka menjawab, 'Apa yang engkau perintahkan kepada kami?' Setan memerintahkan mereka untuk menyembah berhala, padahal rezeki mereka mengalir, hidup mereka makmur. Kemudian sangkakala ditiup. Tidak seorang pun yang mendengarnya melainkan dia akan menurunkan satu sisi lehernya dan mengangkat sisi yang lain. Orang pertama yang mendengarnya adalah seorang laki-laki yang sedang memperbaiki tempat minum untanya, seketika dia mati, dan manusia seluruhnya pun mati. Kemudian Allah mengirim -atau beliau mengatakan: Allah menurunkan- hujan seperti gerimis atau bayangan lalu dengannya tubuh-tubuh manusia tumbuh. Kemudian ditiuplah sangkakala yang kedua kali, dan seketika manusia berdiri menunggu (putusan masing-masing). Kemudian dikatakan, 'Wahai sekalian manusia! Kemarilah menuju Tuhan kalian; berdirikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan ditanya.' Kemudian dikatakan, 'Keluarkanlah rombongan neraka!' Ada yang bertanya, 'Berapa perberapa?' Dijawab, 'Sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang perseribu.' Itulah hari yang menjadikan anak-anak beruban. Itulah hari ketika betis disingkap." (HR. Muslim)

en

--

اللِّيتُ (al-līt): sisi leher. Maksudnya, dia merebahkan satu sisi lehernya dan menegakkan sisi yang lain.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

They will be as fast as birds and as ferocious towards one another as wild beasts: They will be as fast as birds in proceeding towards evil and as ferocious as wild animals in oppression and aggression.

خِفَّةِ الطَّيْرِ، وَأَحْلامِ السّبَاعِ (dengan keringanan burung dan kemauan binatang buas): yaitu mereka seperti burung dalam hal kecepatan menuju keburukan, dan seperti binatang buas dalam hal berbuat kejahatan dan kezaliman.

en

--

أَصْغَى (aṣgā): mengarahkan pendengarannya.

en

--

يَلُوطُ حَوْضَ إبلِهِ: menembok dan memperbaiki tempat minum untanya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Prophet Jesus (peace be upon him) will not bring a new Shariah; rather, he will come as a follower of Prophet Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him) and will rule by his Shariah.

1) Nabi Isa -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- tidak turun membawa agama yang baru, namun Nabi Isa akan turun sebagai pengikut Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta memutuskan hukum berdasarkan syariat beliau.

en

2) Faith removes rancor and animosity from the hearts of the believers. So, we should be keen to have true faith.

2) Iman akan mencabut kedengkian dan permusuhan dari dada orang-orang beriman; oleh karena itu, hendaklah kaum mukminin bergiat untuk meluruskan iman mereka.

en

3) Satan seeks to drag us into disbelief in Allah Almighty and associating partners with Him in terms of worship and supplication. So, let us be on our guard against his schemes.

3) Tujuan terbesar setan pada manusia adalah agar dia kafir dan berbuat syirik kepada Allah dengan beribadah dan berdoa kepada selain-Nya. Maka, waspadalah jangan sekali-kali kita jatuh dalam perangkapnya!

en

1811/4 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There will be no land which will not be trampled by the Anti-Christ, except for Makkah and Madinah; and there will be no passage leading to them which will not be guarded by the angels, arranged in rows. The Anti-Christ will appear in a barren place adjacent to Madinah and the city will be shaken three times; thereupon, Allah will expel from it every disbeliever and hypocrite.” [Narrated by Muslim]

4/1811- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada satu negeri pun melainkan akan dimasuki oleh Dajal, kecuali Mekah dan Madinah. Tidak ada satu jalan masuk pun di antara jalan-jalannya kecuali dijaga oleh malaikat, mereka berbaris menjaga keduanya. Dajal datang ke tanah gersang di dekat Madinah, maka Madinah berguncang tiga kali; Allah mengeluarkan dari Madinah setiap orang kafir dan munafik." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

السَّبَخَةِ (as-sabakhah): tanah yang bergaram, tidak menumbuhkan tumbuhan. Tempat ini berada di luar Tanah Suci Madinah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the merit of Makkah and Madinah, one aspect of which is that angels will guard these two cities from the Anti-Christ.

1) Menjelaskan keutamaan Mekah dan Madinah, di antaranya dijaga oleh para malaikat dari Dajal.

en

2) The followers of the Anti-Christ will mostly come from the disbelievers and hypocrites.

2) Kebanyakan pengikut Dajal dari kalangan orang kafir dan munafik.

en

1812/5 - He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The Anti-Christ will be followed by seventy thousand Jews of Isfahan wearing Persian shawls.” [Narrated by Muslim]

5/1812- Juga dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dajal akan diikuti oleh tujuh puluh ribu orang-orang Yahudi Aṣbahān, mereka mengenakan ṭayālisah." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Shawl: a large piece of unsewn cloth worn over the shoulders and wrapped around the body.

الطَّيَالِسَةُ (ṭayālisah), bentuk jamak dari kata "ṭailasān", yaitu pakaian yang diletakkan di atas pundak menutupi semua badan, tidak memiliki pecahan dan jahitan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Followers of the Anti-Christ will be the Jews, which points out their cunning and maliciousness and that they always follow every corruptor.

1) Pengikut Dajal ialah orang-orang Yahudi. Hal ini mengandung peringatan dari makar dan kekejian mereka, dan bahwa mereka adalah pengikut semua perusak.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) warned his Ummah against trials and their people. He even outlined certain characteristics of the followers of falsehood so that the believers can be on guard against them.

2) Peringatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya tentang fitnah-fitnah dan para pengikutnya, yaitu tatkala beliau menyebutkan tanda-tanda khusus bagi para pengikut kebatilan supaya diwaspadai oleh orang-orang beriman.

en

1813/6 - Umm Sharīk (may Allah be pleased with her) reported that she heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “People will flee from the Anti-Christ into mountains.” [Narrated by Muslim]

6/1813- Ummu Syarīk -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa dia telah mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hendaklah manusia lari dari Dajal ke gunung-gunung." (HR. Muslim)

en

1814/7 - ‘Imrān ibn Husayn (may Allah be pleased with him and his father) reported that he heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Between the creation of Adam and the advent of the Hour no matter is graver than the Anti-Christ.” [Narrated by Muslim]

7/1814- 'Imrān bin Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sejak Adam diciptakan hingga hari Kiamat, tidak ada perkara yang lebih besar daripada Dajal." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The trial of the Anti-Christ is grave, and it is more grievous than any other trial created by Allah Almighty.

1) Menjelaskan besarnya fitnah Dajal; bahwa fitnah Dajal adalah fitnah paling besar yang Allah -Ta'ālā- ciptakan.

en

2) It is obligatory to flee and run away from places of trials. That is the proper conduct of wise and fortunate believers; they keep themselves and those under their care away from the places of trials.

2) Kewajiban lari dan menjauh dari tempat-tempat fitnah; beginilah seharusnya keadaan orang beriman yang mendapat taufik di antara hamba-hamba Allah, yaitu dia menjauhkan dirinya dan orang-orang yang ada di bawah penjagaannya dari tempat-tempat fitnah.

en

1815/8 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The Anti-Christ will come forth and a man from amongst the believers will go towards him and the armed watchmen of the Anti-Christ will meet him and they will say to him: ‘Where do you intend to go?’ He will say: ‘I intend to go to this one who has appeared.’ They will say to him: ‘Do you not believe in our lord (meaning the Anti-Christ)?’ He will say: ‘There is nothing hidden about our Lord.’ Some of them will say: ‘Let us kill him.’ But some others will say: ‘Has your lord (the Anti-Christ) not forbidden you to kill anyone without his consent?’ So, they will take him to the Anti-Christ. When the believer will see him, he will say: ‘O people, this is the Anti-Christ whom the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) mentioned.’ The Anti-Christ will then order that he be stretched on his abdomen and then he would say: ‘Catch hold of him and break his head.’ He will be struck even on his back and on his stomach. Then, the Anti-Christ will ask him: ‘Do you not believe in me?’ He will say: ‘You are the false Messiah.’ He will then order that he be torn into two pieces with a saw from the parting of his hair down to his legs. After that, the Anti-Christ will walk between the two pieces. He will then say to him: ‘Stand,’ and he will stand upright. He will then say to him: ‘Do you not believe in me?’ The man will say: ‘It has only added to my insight concerning you,’ and will add: ‘O people, he will not behave like this with anyone amongst people after me.’ The Anti-Christ will try to catch hold of him so as to slaughter him. The space between his neck and collarbone will be turned into copper and he will find no means to kill him. So, he will catch hold of him by his hands and feet and throw him and the people will think as if he had been thrown into Hellfire whereas he will be thrown into Paradise.” Thereupon, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “This (man) will be the greatest amongst people in terms of martyrdom in the sight of the Lord of the worlds.” [Narrated by Muslim; partially narrated by Al-Bukhāri]

8/1815- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Dajal keluar, lalu seorang laki-laki dari kalangan orang beriman pergi menemuinya, maka dia dicegat oleh pasukan pengintai bersenjata, yaitu pasukan pengintai milik Dajal. Mereka berkata, 'Kamu mau ke mana?' Dia menjawab, 'Aku mau bertemu orang yang keluar itu.' Mereka berkata, 'Tidakkah kamu mengimani tuhan kami?' Dia menjawab, 'Tuhan kami tidaklah samar.' Mereka berkata, 'Bunuh dia!' Sebagian mereka berkata kepada yang lain, 'Bukankah tuhan kita telah melarang kalian membunuh seseorang tanpa sepengetahuannya?!' Mereka kemudian membawanya kepada Dajal. Pada saat laki-laki beriman itu melihatnya, dia berkata, 'Wahai sekalian manusia! Inilah Dajal yang telah disebutkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.' Lalu Dajal memerintahkan agar laki-laki itu dibentangkan di atas perutnya. Ia berkata, 'Pegang dia dengan kuat dan pukul kepalanya.' Maka punggung dan perutnya dipenuhi pukulan. Lalu Dajal berkata, 'Apakah kamu masih tidak beriman kepadaku?' Laki-laki beriman itu menjawab, 'Kamu adalah Almasih yang pendusta!' Dajal kemudian memerintahkan agar dia dipotong. Dia dipotong dengan gergaji dari bagian tengah kepalanya hingga terpisah antara kedua kakinya. Setelah itu Dajal berjalan di antara kedua potongan tubuhnya, lalu berkata, 'Berdirilah.' Maka dia pun berdiri sempurna. Selanjutnya Dajal berkata padanya, 'Apakah kamu beriman padaku?' Dia menjawab, 'Justru aku semakin yakin pada (kedustaan)mu.' Laki-laki itu kemudian berkata, 'Wahai sekalian manusia! Sungguh ia tidak akan mampu melakukannya lagi kepada seorang pun setelahku.' Lalu Dajal mengambilnya untuk disembelih, namun Allah membuat bagian antara leher dan tulang selangkanya menjadi tembaga sehingga Dajal tidak mampu menyembelihnya. Maka Dajal mengambil kedua tangan dan kedua kaki laki-laki itu dan melemparkannya. Orang-orang mengira bahwa Dajal melemparkannya ke neraka, padahal sebenarnya dia dilemparkan ke surga." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Laki-laki ini adalah orang yang paling tinggi mati syahidnya di sisi Rabbul-'Ālamīn." (HR. Muslim, sebagiannya diriwayatkan oleh Bukhari secara makna)

en

--

المَسَالحُ (al-masāliḥ): pasukan penjaga, pengintai.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يُشبَّح (yusyabbaḥ): dibentangkan di atas perutnya.

en

--

يُؤْشَ (yu`syar): ia dipotong.

en

--

مَفْرِقِهِ (mafriqihi): bagian tengah kepala.

en

--

تَرْقُوَتِهِ (tarquwatihi): tulang yang terletak antara tenggorokan dan pundak.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The attributes of Allah Almighty are attributes of perfection and majesty that befit Him only; whereas the characteristics of the Anti-Christ denote deficiency and inability.

1) Sifat-sifat Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi adalah sifat-sifat kesempurnaan dan kemuliaan yang pantas dengan-Nya, sedangkan sifat-sifat Dajal menunjukkan kekurangan dan ketidakmampuan.

en

2) They show the great reward to be obtained by the believer who will stand firm before the Anti-Christ and not leave his religion; rather, the affliction will increase him in insight, faith, and steadfastness.

2) Menjelaskan besarnya pahala mukmin yang teguh di hadapan Dajal dan tidak murtad dari agamanya, bahkan ujian itu menambah keyakinan, keimanan, dan keteguhannya.

en

3) The Prophet’s Sunnah is sound and will remain preserved till the end of time; that is why the believing man will recognize the Anti-Christ based on the Sunnah. “This is the Anti-Christ whom the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) mentioned.” This is bounty and mercy from Allah Almighty towards His servants, as He preserves His Shariah for them and preserves and protects them through it.

3) Sunnah Nabi yang sahih akan terpelihara hingga akhir masa, karena laki-laki mukmin ini mengenal Dajal lewat Sunnah Nabi; "Inilah Dajal yang telah disebutkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Ini merupakan bagian dari karunia dan rahmat Allah kepada para hamba-Nya dalam menjaga agama-Nya bagi mereka serta menjaga dan melindungi mereka dengan agama-Nya.

en

1816/9 - Al-Mughīrah ibn Shu‘bah (may Allah be pleased with him) reported: “No one asked the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) about the Anti-Christ more than I did. He said to me: ‘What is the matter with you?’ I said: ‘They say he will have with him a mountain of bread and a river.’ He said: ‘He is more insignificant in the sight of Allah than this.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

9/1816- Al-Mugīrah bin Syu'bah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Tidak ada seorang pun yang lebih banyak bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang Dajal seperti pertanyaanku kepada beliau. Sungguh beliau telah berkata kepadaku, "Apa yang akan mencelakakanmu?" Aku berkata, "Karena mereka mengatakan bahwa Dajal memiliki gunung roti dan sungai air!" Beliau bersabda, "Dia itu lebih sepele bagi Allah dari hal itu." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should learn about evil so as to avoid it.

1) Hendaklah seorang hamba mengenal keburukan supaya bisa menghindarinya.

en

2) Trials and hardships only increase the believers in steadfastness and certitude.

2) Ujian dan kesulitan hanya akan menambah keteguhan dan keyakinan orang-orang mukmin.

en

1817/10 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “No prophet was sent but that he warned his people against the one-eyed liar. Beware! He is blind in one eye, and your Almighty Lord is not. Between his eyes, the letters ‘k’, ‘f’, and ‘r’ are written (in Arabic).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

10/1817- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun melainkan telah memperingatkan umatnya dari si pemilik mata satu yang pendusta. Ingatlah, Dajal itu buta sebelah, sedangkan Tuhan kalian tidak buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya: ك ف ر (kāf fā` rā`)." (Muttafaq 'Alaih)

en

1818/11 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Shall I tell you something about the Anti-Christ that no prophet has ever told his people? Verily, he is one-eyed and will bring with him something like Paradise and Hellfire. What he says is Paradise will actually be Hellfire.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

11/1818- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah kalian aku beritahukan ciri-ciri Dajal yang tidak pernah disampaikan oleh seorang nabi pun kepada umatnya? Sunggu Dajal itu buta sebelah, ia membawa semacam surga dan neraka. Apa yang ia sebut sebagai surga, pada hakikatnya adalah neraka." (Muttafaq 'Alaih)

en

1819/12 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) mentioned the Anti-Christ among people and said: “Indeed, Allah is not one-eyed, while the Anti-Christ will be blind in the right eye and his eye will look like a bulging out grape.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

12/1819- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah menceritakan Dajal di tengah-tengah para sahabat; beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah itu tidak buta sebelah. Ketahuilah! Sesungguhnya Almasih Dajal itu buta mata sebelah kanan. Matanya seperti anggur yang mengapung." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The approach followed by the prophets in calling people to Allah is to show people the way of the criminals so that they beware of it. The story of the Anti-Christ was known to the prophets and they all warned their people against his trial.

1) Metode para nabi dalam berdakwah kepada Allah adalah menerangkan kepada manusia jalan para pendosa untuk diwaspadai. Berita tentang si buta sebelah, Dajal adalah perkara yang diketahui di kalangan para nabi, dan masing-masing mereka telah mengingatkan umatnya dari fitnahnya.

en

2) Allah Almighty has two eyes, in a way that befits His majesty, as established by the Prophet’s statement: “Indeed, your Lord is not one-eyed.”

2) Menetapkan sifat adanya dua mata bagi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menurut yang pantas dengan keagungan-Nya, berdasarkan sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Sungguh Tuhan kalian tidak buta sebelah."

en

A valuable benefit:

Faedah Penting:

en

In his treatise Al-Sab‘īniyyah, Shaykh al-Islam Ibn Taymiyyah (may Allah have mercy upon him) said:

Syaikhul-Islām Ibnu Taimiyah -raḥimahullāh- telah berkata dalam kitabnya, As-Sab'īniyyah,

en

“The trial of the Anti-Christ is not restricted to those who will exist at his time. Rather, his trial is actually about the falsehood that runs counter to the Shariah and is associated with supernatural acts. Whoever acknowledges something contradicting the Shariah on account of a supernatural incident has been touched by part of this trial. This commonly happens in every age and place. However, this specific trial of the Anti-Christ is the greatest of all. So, he whom Allah protects from this trial, whether he will live at its time or not, will be protected from lesser trials.”

"Fitnahnya -yaitu Dajal- tidak khusus hanya pada orang-orang yang ada di masanya. Karena hakikat fitnah Dajal ialah kebatilan dan penyimpangan syariat yang disertai dengan peristiwa luar biasa. Maka siapa yang membenarkan perkara yang menyelisihi syariat karena sebuah kejadian luar biasa, dia telah ditimpa oleh sebagian fitnah ini. Ini banyak terdapat di setiap masa dan tempat. Tetapi yang disebutkan ini -yakni Dajal- fitnahnya adalah fitnah yang paling besar. Bila Allah melindungi seorang hamba-Nya dari fitnah ini, baik dia mendapatkannya ataupun tidak, maka dia akan dijaga dari fitnah yang lebih kecil darinya."

en

1820/13 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The Hour will not come until the Muslims fight against the Jews, until a Jew will hide behind a stone or a tree, and the stone or the tree will say: ‘O Muslim, there is a Jew behind me. Come and kill him.’ An exception is the Gharqad tree, for it is from the trees of the Jews.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

13/1820- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kiamat tidak akan terjadi hingga umat Islam memerangi orang-orang Yahudi, sampai seorang yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon tersebut berkata, 'Wahai muslim! Ini ada seorang yahudi bersembunyi di belakangku. Kemari dan bunuhlah ia.' Kecuali pohon garqad, karena ia adalah pohon yahudi." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The Gharqad: a type of thorn trees, which used to grow in the cemetery of Baqī‘.

الْغَرْقَدَ (al-garqad): salah satu jenis pohon perdu, dulu banyak tumbuh di kuburan Baqī'.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It gives glad tidings that Islam will endure till the end of time, when Muslims will remain the followers of the true religion.

1) Kabar gembira tentang kekalnya agama Islam hingga akhir zaman, dan umat Islam di akhir zaman adalah pengikut agama yang hak.

en

2) It is the promise of Allah Almighty to this Ummah that they will achieve victory over the Jews, if they prepare for this victory through faith and good deeds. Indeed, fulfillment of the relevant conditions leads to fulfillment of the promise. {Allah has promised those among you who believe and do righteous deeds that He will make them successors in the land.}

2) Kemenangan atas orang-orang Yahudi adalah janji Allah -Ta'ālā- bagi umat ini bila mereka menyiapkan bekal untuk kemenangan tersebut berupa iman dan amal saleh, karena menunaikan syarat ini adalah jalan untuk mewujudkan janji tersebut; "Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh di antara kamu, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi." (QS. An-Nūr: 55)

en

1821/14 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “By the One in Whose Hand my soul is, this world will not come to an end until a man passes by a grave, rolls over it and says: ‘I wish I were in the place of the dweller of this grave,’ not due to religious reasons but due to (worldly) affliction.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

14/1821- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demi Zat yang jiwaku berada di Tangan-Nya! Dunia tidak akan berakhir sampai seseorang melewati kubur lalu ia berguling-guling di atasnya dan berkata, 'Seandainya aku yang berada di tempat pemilik kubur ini.' Bukan karena agama dia melakukannya, melainkan dia melakukannya karena beratnya ujian dunia." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يَتَمَرَّغَ (yatamarrag): berguling-guling para rugām, yaitu tanah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) People would wish to die due to the severity of trials and afflictions at the end of time.

1) Seseorang akan berharap mati disebabkan beratnya ujian dan musibah akhir zaman.

en

2) Informing us of what will happen at the end of time does not denote approval of it, nor does this mean that it is permissible to wish to die.

2) Menerangkan peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman tidak menunjukkan sebagai pembenaran terhadap tindakan yang ada dalam peristiwa tersebut, juga hadis tersebut tidak menunjukkan bolehnya mengharapkan kematian.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

If trials become severe and life gets harder and harder for the believers and they love to meet their Lord, they should say as the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) taught us: “Allāhumma ahyinī mā ‘alimta al-hayāta khayran lī wa tawaffani mā ‘alimta al-wafāta khayran lī (O Allah, keep me alive as long as You know that life is better for me, and cause me to die when You know that death is better for me).” [Narrated by Al-Bukhāri]

Bila fitnah sangat berat dan dunia menjadi sempit atas hamba yang mukmin, dan dia lebih memilih bertemu dengan Allah -Ta'ālā-, hendaklah dia membaca doa sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada kita, "Ya Allah! Panjangkanlah hidupku selama Engkau mengetahui kehidupan itu yang lebih baik bagiku. Dan wafatkanlah aku selama Engkau mengetahui kematian itu yang lebih baik bagiku." (HR. Bukhari)

en

1822/15 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The Hour will not come before the River Euphrates dries up to unveil a mountain of gold, over which people will fight. Ninety-nine out of each one hundred will die (in the fighting) and every man amongst them will say: ‘Perhaps I am the only one to remain alive.’”

15/1821- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kiamat tidak akan terjadi hingga sungai Eufrat mengering lalu menyingkapkan gunung emas yang akan diperebutkan oleh manusia dengan perang, lalu dari setiap seratus orang akan terbunuh 99 orang. Setiap orang dari mereka berkata, 'Semoga akulah yang selamat.'"

en

Another narration reads: “River Euphrates is about to dry up and unveil a treasure of gold. Whoever will be alive at that time should not take anything of it.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Dalam riwayat lain disebutkan, "Telah dekat masanya ketika sungai Eufrat mengungkap simpanan emas. Siapa yang menjumpai masa itu, maka janganlah dia mengambilnya sedikit pun." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يَحْسِرَ (yaḥsir): ia menyingkap, memperlihatkan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the signs of the Hour is when the River Euphrates dries up and uncovers a mountain of gold. This is a matter of the unseen and the future, which we should believe in and take as it is, without adding weird interpretations.

1) Di antara tanda-tanda kiamat adalah ketika Sungai Eufrat memperlihatkan sebuah gunung emas; ini adalah perkara gaib, namun kita mengimaninya bahwa hal ini bersifat hakiki sesuai makna lahirnya, tanpa memaksakan makna-makna yang asing dalam menafsirkannya.

en

2) Vying over worldly vanities and adornments leads to aggression and fighting.

2) Berlomba-lomba pada kenikmatan dan perhiasan dunia mengantarkan pada kezaliman dan peperangan.

en

1823/16 - He also reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “People will desert Madinah in spite of its being in a better condition. Only wild beasts and birds will come to it. The last upon whom the Hour will come to pass are two shepherds of the tribe of Muzaynah. They will enter Madinah driving their sheep but will find it full of wild beasts and would turn away. When they will arrive at Thaniyyat al-Wadā‘, they will fall upon their faces.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

16/1823- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kelak orang-orang akan meninggalkan Kota Madinah ketika keadaannya sangat baik. Tidak ada yang datang selain yang ingin mencari makan -maksudnya binatang buas dan burung-burung pencari makan-. Orang paling akhir yang akan dikumpulkan di padang mahsyar adalah dua penggembala dari kabilah Muzainah yang datang menuju Madinah sambil meneriaki kambingnya (menggiringnya), namun keduanya mendapati Kota Madinah dalam kondisi kosong hanya ada binatang liar. Ketika sampai di Ṡaniyyatul-Wadā', keduanya tersungkur meninggal dunia." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لاَ يَغْشَاهَا (lā yagsyāhā): tidak datang ke sana. يَنْعِقَانِ (yan'aqāni): meneriaki.

en

Thaniyyat al-Wadā‘: a road outside Madinah in the direction of the Levant.

Ṡaniyyatul-Wadā': sebuah jalan di luar Kota Madinah, di arah orang yang pergi menuju Syam.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Madinah, the Prophet’s venerable city, will be deserted by its people. Only animals will remain in it. This will happen because of the severe trials at the end of time.

1) Madinah Nabawiyah -semoga Allah menambahkan kemuliaan dan keagungannya- akan ditinggalkan oleh penghuninya dan tidak tersisa di sana kecuali binatang, hal ini disebabkan besarnya fitnah akhir zaman.

en

2) One of the signs of the Prophet’s true pophethood is that he informed about the last people to die and who would be living at the end of time and described their condition.

2) Di antara tanda kenabian ialah berita tentang dua orang yang akan dibangkitkan paling akhir serta menjelaskan keadaan mereka.

en

1824/17 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “From among your caliphs there will be a caliph, at the end of time, who will distribute money without counting it.” [Narrated by Muslim]

17/1824- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Akan ada di akhir zaman salah seorang dari khalifah kalian membagikan harta dengan kedua tangannya dan tidak menghitungnya." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يَحْثُو (yaḥṡū): ia mengambil dengan kedua tangannya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It gives glad tidings at the end of time about the return of the caliphate in accordance with the Prophet’s way.

1) Kabar gembira berupa berita tentang kembalinya kekhalifahan mengikuti manhaj Nabi di akhir zaman.

en

2) It informs about the return of Jihad, given the abundance of money and booty. This Ummah cannot enjoy pride or glory except through Jihad in the cause of Allah.

2) Informasi tentang akan kembalinya jihad karena melimpahnya harta dan ganimah; karena umat ini tidak akan meraih kejayaan dan kemuliaan kecuali dengan jihad di jalan Allah.

en

1825/18 - Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A time will come when a man will go about with charity from his gold and not find anyone to receive it, and when one man will be seen followed by forty women dependent upon him on account of the scarcity of men and the large number of women.” [Narrated by Muslim]

18/1825- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh akan datang pada manusia satu masa yang saat itu seseorang berkeliling membawa sedekah emas namun ia tidak menemukan seorang pun yang mau mengambilnya, dan satu orang laki-laki terlihat diikuti empat puluh wanita yang berlindung padanya, karena sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah perempuan." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يَلُذْنَ بِهِ (yalużna bihi): berlindung padanya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It tells us something amazing; money will be so abundant that it will not be possible to find a person accepting charity.

1) Menerangkan sebuah perkara menakjubkan, yaitu melimpahnya harta di hadapan manusia sampai tidak ditemukan orang yang mau menerima sedekah.

en

2) It informs about the wars and trials at the end of time, in which many men will be killed and thus women will become far greater in number than men.

2) Informasi tentang peperangan dan fitnah-fitnah di akhir zaman yang mengakibatkan terbunuhnya banyak laki-laki, sehingga perempuan menjadi banyak sementara laki-laki menjadi sedikit.

en

1826/19 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A man bought a piece of land from another man, and the one who bought the land found in his land a jar containing gold. The one who bought the land said to the other: ‘Take your gold. I only bought the land; I did not buy the gold.’ The one who owned the land said: ‘I sold you the land along with everything in it.’ So, they turned to a man seeking his judgment. The person they sought his judgment said to both of them: ‘Do you have any children?’ One of them said: ‘I have a son.’ The other said: ‘I have a daughter.’ He said: ‘Marry the girl to the boy and spend it on their living expenses, and give charity.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

19/1826- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Seorang laki-laki membeli tanah dari seseorang. Laki-laki yang membeli tanah tersebut menemukan gentong berisi emas di tanah yang dibelinya itu. Laki-laki yang membeli tanah tersebut berkata padanya (penjual), 'Ambillah emasmu, karena aku hanya membeli tanah dan tidak membeli emas.' Pemilik tanah mengatakan, 'Sesungguhnya aku menjual tanah itu berikut isinya.' Maka keduanya pergi meminta keputusan pada seseorang, lalu orang yang dimintai keputusan ini mengatakan, 'Apakah kalian berdua punya anak?' Salah satunya menjawab, 'Aku punya anak laki-laki.' Yang lain menjawab, 'Aku punya anak perempuan.' Dia berkata, 'Nikahkanlah anak laki-laki dengan anak perempuan tersebut lalu berikan mereka nafkah dari emas itu serta bersedekahlah!" (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out the merit of religious prudence and abandonment of suspicious wealth, as well as the duty of returning things to those to whom they are due.

1) Menjelaskan keutamaan sikap warak dan meninggalkan harta yang mengandung syubhat, serta kewajiban mengembalikan hak kepada pemiliknya.

en

2) It urges us to be honest in dealing with others and to give charity in the way of Allah.

2) Motivasi untuk berperilaku jujur dalam muamalah dan mendorong untuk bersedekah dan berinfak di jalan Allah.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Whatever one buries in a land, like gold or anything else, does not go to the ownership of someone who buys the land; rather, it still belongs to the seller. By contrast, metals naturally existing in the ground are attached to the land itself.

Harta yang disimpan di bawah tanah oleh seseorang seperti emas dan lainnya tidak berpindah kepemilikan dengan cara memiliki tanah tersebut, melainkan tetap menjadi milik penjual. Berbeda dengan barang tambang yang Allah -Ta'ālā- simpan di dalamnya maka ia mengikuti kepemilikan tanah.

en

1827/20 - He also reported that he heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “There were two women, each of whom had her son with her. A wolf came and took away the son of one of them. One of them said to the other: ‘The wolf took your son.’ The other said: ‘No, it took your son.’ Both of them referred the dispute to Dāwūd (David) (peace be upon him), who judged that the boy belonged to the older of them. Then, they went to Sulaymān (Solomon), David’s son, and told him the story. Solomon (peace be upon him) said: ‘Give me a knife so I may cut the child into two halves and give a half to each of them.’ Thereupon, the younger woman said: ‘Do not do it, may Allah show mercy to you. The child is hers.’ Upon that, he settled the dispute in favor of the younger woman.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

20/1827- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Ada dua orang wanita bersama dua orang anaknya. Seekor serigala datang lalu mengambil salah satu dari anak keduanya, lantas dia berkata kepada temannya, 'Serigala itu pergi dengan membawa anakmu.' Yang lain berkata, 'Serigala itu pergi dengan membawa anakmu.' Lalu keduanya pergi mengadukan hal tersebut kepada Nabi Daud -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian beliau memutuskan bahwa anak tersebut milik wanita yang lebih tua. Lalu keduanya menemui Sulaiman bin Daud -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menyampaikan kejadian tersebut kepadanya. Sulaiman berkata, “Berikanlah kepadaku sebilah pisau. Aku akan membagi dua anak ini di antara mereka berdua.' Maka wanita yang muda berkata, 'Jangan engkau lakukan! Semoga Allah merahmatimu. Dia adalah anaknya (wanita yang lebih tua).' Kemudian beliau pun memutuskan bahwa anak tersebut adalah anak wanita yang lebih muda." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is permissible for the judge to give his ruling according to evidences, if they are strong enough.

1) Seorang hakim boleh menetapkan keputusan berdasarkan indikasi bila indikasi tersebut kuat.

en

2) It is recommended to seek the truth by means of tricks so as to give rights to those to whom they are due.

2) Disunahkan mencari kebenaran dengan menggunakan taktik untuk mengambil hak yang dirampas.

en

3) Shrewdness and good understanding are favors from Allah Almighty. They do not depend on age, old or young.

3) Kecerdasan dan pemahaman adalah nikmat dari Allah, tidak terkait dengan usia tua ataupun muda.

en

1828/21 - Mirdās al-Aslami (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Righteous people will pass away one after another. Meanwhile, the dregs of people, like the waste of barley or date, will remain. Allah will not raise them in esteem.” [Narrated by Al-Bukhāri]

21/1828- Mirdās Al-Aslamiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang-orang saleh satu per satu meninggal dunia dan tersisa orang-orang buruk seperti sisa gandum atau kurma yang jelek. Allah tidak memedulikan mereka sama sekali." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

حُثالَةٌ (ḥuṡālah): sesuatu yang buruk.

en

--

لا يُبَاليهمُ اللهُ بالةً: Allah tidak mengangkat urusan mereka dan tidak juga mempertimbangkan mereka.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The death of scholars and righteous people is one of signs of the Hour. Only ignorant and mean people will remain at the end of time.

1) Kematian orang-orang berilmu dan saleh termasuk tanda kiamat, lalu tidak tersisa di akhir zaman kecuali orang-orang jahil dan hina.

en

2) One should beware of being lowly and should be keen to hold fast to the religion of Allah, even if most people become corrupt. “Indeed, the true Jamā‘ah (group) is those who adhere to the truth, even if it consists of one person.”

2) Hendaklah seseorang waspada jangan sampai menjadi sampah manusia, dan hendaklah dia gigih untuk istikamah di atas perintah Allah -Ta'ālā- sekalipun kebanyakan manusia telah rusak, karena "Al-Jamā'ah ialah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau seorang diri."

en

1829/22 - Rifā‘ah ibn Rāfi‘ al-Zurqi (may Allah be pleased with him) reported: Gabriel came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “What do you consider the people of the Battle of Badr amongst you?” He said: “Among the best Muslims.” Or he said something similar. He said: “The same holds true for those angels who witnessed the Battle of Badr.” [Narrated by Al-Bukhāri]

22/1829- Rifā'ah bin Rāfi' Az-Zuraqiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Jibril datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, "Apa kedudukan Ahli Badar pada kalian?" Nabi menjawab, "Mereka adalah kaum muslimin yang paling utama" -atau kalimat lain yang semakna-. Lantas Jibril berkata, "Demikian juga para malaikat yang mengikuti perang Badar." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the merit of those Companions who took part in the Battle of Badr. They were considered to be among the best Companions. Likewise, the angels who joined this battle are among the best angels.

1) Keutamaan para sahabat mulia -raḍiyallāhu 'anhum- yang mengikuti perang Badar; yaitu mereka adalah sahabat-sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang paling utama. Demikian halnya para malaikat yang mengikuti perang Badar, mereka merupakan malaikat-malaikat paling utama.

en

2) It tells us that angels fight along with the believers and help them remain firm as they fight the enemies of Allah.

2) Penjelasan bahwa para malaikat ikut berperang dan menguatkan kaki orang-orang beriman dalam peperangan mereka melawan musuh-musuh Allah.

en

1830/23 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When Allah wants to punish a people, the punishment befalls whoever is among them, and then they will be resurrected according to their deeds.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

23/1830- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika Allah hendak menimpakan azab kepada satu kaum, maka azab itu menimpa semua orang yang ada di tengah-tengah mereka. Setelah itu mereka dibangkitkan sesuai amalannya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It urges us to reform our intentions and deeds, for they will be the core of the reckoning.

1) Motivasi untuk memperbaiki niat dan amalan karena fondasi hisab amalan dibangun di atasnya.

en

2) A good end for a person is among matters of the unseen that are only known to Allah Almighty.

2) Husnulkhatimah (kesudahan yang baik) termasuk perkara gaib yang tidak diketahui kecuali oleh Allah -Ta'ālā-.

en

1831/24 - Jābir (may Allah be pleased with him) reported: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to stand by a trunk of a date-palm tree - while delivering the sermon. When the pulpit was placed in the mosque, we heard the trunk crying out like a pregnant she-camel until the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) came down from the pulpit and placed his hand over it and it became quiet.”

24/1831- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ada sebatang pohon kurma yang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdiri di dekatnya, yaitu ketika berkhotbah. Setelah mimbar dibuat, kami mendengar suara dari batang pohon kurma tersebut seperti suara unta yang bunting sepuluh bulan, sampai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- turun lalu meletakkan tangannya padanya, maka ia pun diam."

en

Another narration reads: “When it was Friday, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) sat on the pulpit. Thereupon, the date-palm tree at which he used to give sermons cried until it almost cracked.”

Dalam riwayat lain disebutkan, "Ketika tiba hari Jumat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di atas mimbar, maka batang kurma yang sebelumnya beliau biasa berkhotbah di dekatnya berteriak hingga hampir terbelah."

en

In yet another narration: “It cried like a child. Thereupon, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) went down and embraced it while it continued moaning like a child being quietened. He said: ‘It was crying for the Dhikr (remembrance of Allah) it used to hear.’” [Narrated by Al-Bukhāri]

Dalam riwayat lainnya lagi disebutkan, "Batang kurma itu berteriak seperti teriakan anak kecil. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- turun lalu memegangnya dan memeluknya. Setelah itu, mulailah batang kurma itu mengerang seperti erangan anak kecil yang sedang diredakan (tangisannya) sampai ia terdiam. Beliau bersabda, "(Batang kurma) itu menangis karena biasa mendengar nasihat (di dekatnya)." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الْعِشَارِ (al-'isyār), bentuk jamak dari kata "عُشَراء" ('usyarā`), yaitu unta yang usia kehamilannya sampai sepuluh bulan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the Prophet’s miraculous signs was the yearning of inanimate objects for him, for the Dhikr they used to hear from him.

1) Di antara tanda-tanda kenabian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ialah tangisan benda mati kepadanya disebabkan nasihat yang didengarnya.

en

2) It shows the Prophet’s kindness and compassion towards inanimate objects. Indeed, he is a mercy for the entire world.

2) Memperlihatkan kelembutan dan kasih sayang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap benda mati karena beliau adalah rahmat bagi alam semesta.

en

3) Hearts feel tranquil upon hearing mention of Allah. Even all creatures are naturally disposed to feel such tranquility. {Woe to those whose hearts are hardened upon hearing the reminder of Allah.}

3) Hati hamba akan tenteram dengan mengingat Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-, bahkan semua makhluk difitrahkan di atas ketentraman ini; "Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah." (Az-Zumar: 22).

en

1832/25 - Abu Tha‘labah al-Khushani Jurthūm ibn Nāshir (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah Almighty has laid down certain obligations; so do not neglect them. He has laid down certain limits; so do not transgress them. And He has laid down certain prohibitions; so do not violate them. Also, He has remained silent about certain things, not out of forgetfulness; so do not ask about them.” [Narrated by Al-Dāraqutni and others; Hasan (sound)] [5]

25/1832- Abu Ṡa'labah Al-Khusyaniy Jurṡūm bin Nāsyir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah menetapkan kewajiban-kewajiban, maka janganlah kalian menyia-nyiakannya. Allah telah menetapkan batasan-batasan, maka janganlah kalian menerjangnya. Allah telah mengharamkan beberapa perkara, maka janganlah kalian melanggarnya. Dan Allah telah mendiamkan (tidak memberi ketetapan pasti dalam) beberapa hal, sebagai bentuk rahmat-Nya bagi kalian, bukan karena lupa, maka janganlah kalian mencari-carinya." (Hadis hasan; HR. Ad-Dāraquṭniy dan lainnya). [5]

en
[5] The Hadīth has a weak Isnād.
[5] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is prohibited to exceed the limits set by Allah or to violate His prohibitions. Rather, they must be avoided out of exaltation of the commands of Allah Almighty.

1) Larangan menyia-nyiakan batasan-batasan (hukum) Allah ataupun melanggarnya, melainkan yang wajib ialah tidak melanggarnya demi mengagungkan agama Allah -Ta'ālā-.

en

2) It shows how vast Allah’s mercy and kindness towards His servants are. The Shariah has remained silent about certain matters by way of facilitating things for the Ummah. {Your Lord is never forgetful.}

2) Luasnya rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya; yaitu apa yang didiamkan oleh agama, itu adalah kebaikan bagi umat; "Dan Tuhanmu tidaklah lupa." (QS. Maryam: 64)

en

1833/26 - ‘Abdullah ibn Abu Awfa (may Allah be pleased with him and his father) reported: “We took part in seven battles along with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) during which we ate locusts.”

26/1833- Abdullah bin Abi Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, “Kami pernah berperang bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebanyak tujuh peperangan yang di dalamnya kami makan belalang."

en

Another narration reads: “We ate locusts along with him.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Dalam riwayat lain disebutkan, "Kami makan belalang bersama beliau." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It highlights the patience displayed by the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and his Companions (may Allah be pleased with them) with austere and rough living conditions for the sake of elevating the word of Allah Almighty.

1) Menjelaskan kesabaran Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan sahabat-sahabat beliau -raḍiyallāhu 'anhum- menghadapi kondisi hidup yang serba sulit dan sengsara dalam rangka menegakkan kalimat Allah -Ta'ālā-.

en

2) It is permissible to eat locusts, whatever way they die, as the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Two dead animals and two types of blood are made lawful for us. The two dead animals are fish and locusts.” [Narrated by Ahmad]

2) Boleh memakan belalang walau bagaimanapun caranya mati, berdasarkan sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Dihalalkan bagi kita dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai itu, yaitu ikan dan belalang." (HR. Ahmad)

en

1834/27 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The believer should not be stung twice from the same hole.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

27/1834- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak sepatutnya seorang mukmin disengat (hewan berbisa) dua kali di lubang yang sama." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The believer should be smart and cautious, which is an aspect of complete faith.

1) Seorang mukmin itu sepatutnya selalu siaga dan hati-hati karena hal ini bagian dari kesempurnaan iman.

en

2) The Shariah calls upon the believers to be completely cautious and alert. Indeed, these are among the elements and means of their strength and victory. {O you who believe, take your precautions.}

2) Agama Islam mengajak orang beriman untuk selalu berhati-hati dan waspada secara penuh karena hal ini termasuk faktor kemenangan dan sebab kekuatan mereka; "Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap-siagalah kamu." (An-Nisā`: 71)

en

1835/28 - He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There are three (types of) people with whom Allah will neither speak on the Day of Judgment nor purify them, and there will be a painful punishment for them: A person who has superfluous water in a desert and he refuses to give it to the traveler; a person who sells a commodity to another person after the ‘Asr prayer and swears by Allah that he has bought it at such-and-such price, and the buyer pays him accordingly though in reality it was not true; and a person who pledges allegiance to a ruler just for some worldly benefit, and then if the ruler bestows on him (something out of that), he fulfills his pledge; yet if does not give him, he does not fulfill it.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

28/1835- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak akan dilihat, tidak akan dipuji, dan bagi mereka azab yang pedih: (1) seorang laki-laki yang memiliki kelebihan air di tengah tanah gersang lalu dia tidak memberikannya kepada seorang yang kehabisan bekal; (2) seorang laki-laki yang berjual beli suatu barang dengan seseorang setelah waktu asar lalu dia bersumpah dengan nama Allah bahwa dia membelinya seharga sekian dan sekian, lalu orang itu membenarkannya padahal tidak seperti itu; (3) dan seorang laki-laki yang berbaiat kepada seorang imam hanya karena kepentingan dunia, dia akan menunaikan baiatnya bila dia diberikan dan tidak menunaikannya bila tidak diberikan." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

فَضْلِ مَاءٍ (faḍl mā`): air yang lebih dari kebutuhannya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the best forms of charity is giving water. It is not permissible to withhold superfluous water from those who need it.

1) Di antara sedekah yang paling utama ialah memberi air minum, dan tidak boleh menahan kelebihan air.

en

2) Cheating, treachery, and stinginess are prohibited. They are major sins.

2) Pengharaman perbuatan curang, ingkar janji, dan pelit karena semua ini termasuk dosa besar.

en

3) It affirms the attribute of speech for Allah Almighty. He speaks whatever and however He wills.

3) Menetapkan sifat kalām (berbicara) bagi Allah -'Azza wa Jalla-; yaitu Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- berbicara dengan apa yang Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia kehendaki.

en

4) It gives a stern warning against violating one’s pledge of allegiance and revolting against the Muslim ruler, for this causes disunity and weakness among Muslims.

4) Larangan keras dari perbuatan membatalkan baiat dan menentang imam kaum muslimin, karena dapat memecah-belah kalimat dan melemahkan kekuatan umat.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

With regard to the attribute of looking established for Allah Almighty in the Hadīths, this has two meanings:

Apa yang disebutkan dalam berbagai hadis berupa menetapkan sifat penglihatan bagi Allah -Ta'ālā- maka maksudnya ada dua makna:

en

1. General looking: Indeed, nothing escapes Allah’s sight, be it small or great.

Pertama: penglihatan yang bersifat umum; yaitu tidak ada sesuatu pun yang samar dari pandangan Allah -Jalla wa 'Alā-.

en

2. Special looking: That is the looking of mercy, which is the meaning intended in the above Hadīth. Indeed, Allah will not look at those people with mercy. So, we affirm for Allah Almighty the attribute of general looking as well as special looking, which is included therein.

Kedua: penglihatan yang bersifat khusus; yaitu jenis penglihatan yang mengandung rahmat. Makna inilah yang diinginkan dalam hadis ini, yaitu Allah tidak akan melihat mereka dengan pandangan rahmat. Maka kita menetapkan bagi Allah -Ta'ālā- sifat penglihatan yang bersifat umum dan kandungan maknanya, yaitu penglihatan yang bersifat khusus.

en

1836/29 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There will be forty between the two times of blowing the Trumpet.” They said: “O Abu Hurayrah, forty days?” He gave no answer. They said: “Forty years?” He gave no answer. So, they said: “Forty months?” He gave no answer. “Everything of the human body will perish except the coccyx bone, and from that bone Allah will reconstruct the whole body. Then, Allah will send down water from the sky and people will grow like vegetation grows.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

29/1836- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, “Jarak antara dua tiupan sangkakala itu empat puluh.” Mereka bertanya, "Wahai Abu Hurairah! Apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah menjawab, "Aku enggan memastikan." Lalu mereka bertanya, "Empat puluh tahun?" Dia menjawab, "Aku enggan memastikan." Lalu mereka bertanya, "Empat puluh bulan?" Dia menjawab, "Aku enggan memastikan." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Semua anggota tubuh manusia akan hancur kecuali tulang ekor. Darinya (tulang ekor) manusia akan disusun. Kemudian Allah menurunkan hujan dari langit, lalu mereka tumbuh seperti tumbuhnya tanaman.” (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

أَبَيْتُ (abaitu): aku tidak mau menjawab untuk memastikannya.

en

The coccyx bone: the small bone at the bottom of the spine.

عَجْبَ الذَّنَبِ ('ajb aż-żanab): tulang kecil di bagian paling bawah tulang sulbi, yaitu yang terkenal dengan nama tulang ekor.

en

--

البَقْلُ (al-baql): semua tanaman yang menghijaukan bumi.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the ability of Allah Almighty to repeat the creation and resurrect those in the graves for the Day of Judgment.

1) Menjelaskan kekuasaan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā - untuk menghidupkan kembali manusia serta membangkitkan siapa yang ada dalam kubur pada hari mahsyar.

en

2) It sheds light on the process of repeating the creation, one of the matters of the unseen in which we are required to believe as they are reported, without adding or omitting anything.

2) Menerangkan cara mengembalikan kehidupan makhluk sekali lagi, dan ini termasuk perkara gaib yang wajib kita imani sebagaimana yang ada dalam nas tanpa memaksakan diri merubah maknanya.

en

3) The Companion Abu Hurayrah would not talk about something he had no knowledge about, which indicates his religious prudence and merit - may Allah be pleased with him.

3) Diamnya sahabat Abu Hurairah dari sesuatu yang dia tidak ketahui, dan ini termasuk kesempurnaan sifat warak Abu Hurairah serta ketinggian keutamaannya. Semoga Allah meridainya.

en

1837/30 - He also reported: “While the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was saying something in a gathering, a Bedouin came and asked him: ‘When will the Hour take place?’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) continued his talk. So some people said that the Prophet had heard the question, but did not like what that Bedouin had asked, while some others said that he had not heard it. When the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) finished his speech, he said: ‘Where is the questioner, who inquired about the Hour?’ The Bedouin said: ‘I am here, O Messenger of Allah.’ Then, the Prophet said: ‘When the trust is lost, then wait for the Hour.’ The Bedouin said: ‘How will that be lost?’ The Prophet said: ‘When authority is assigned to those unfit for it, then wait for the Hour.’” [Narrated by Al-Bukhāri]

30/1837- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang dalam suatu majelis berbicara kepada manusia, seorang laki-laki badui datang kepadanya seraya berkata, "Kapan kiamat akan terjadi?" Namun Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tetap melanjutkan pembicaraannya. Sebagian mereka mengatakan, "Beliau mendengar apa yang dikatakannya, namun beliau tidak suka pertanyaannya." Sebagian mengatakan, "Beliau tidak mendengarnya." Sampai ketika beliau telah menyelesaikan pembicaraannya, beliau bertanya, "Mana laki-laki yang bertanya tentang kiamat itu?" Dia menjawab, "Aku di sini, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Bila amanah telah disia-siakan maka tunggulah kiamat terjadi." Dia bertanya, "Bagaimana amanah disia-siakan?" Beliau bersabda, "Bila urusan diserahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah kiamat terjadi." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

َوُسِّد (wussida): disandarkan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Although the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is the leader of all the children of Adam, he did not know the unseen, except for what Allah Almighty revealed to him.

1) Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang merupakan junjungan umat manusia tidak mengetahui perkara gaib kecuali yang diberitahukan oleh Allah -Ta'ālā- kepadanya.

en

2) It warns against neglecting the trust. It also notes that leadership positions should be assigned to those who are qualified for it. This falls under the fulfillment of the trust.

2) Peringatan dari menyia-nyiakan amanah, dan bahwa jabatan harus diserahkan kepada orang yang kapabel dan ini termasuk menjaga amanah.

en

3) It calls the Muslims’ attention to the duty of assigning responsibilities to those qualified to undertake them. This includes taking knowledge and Fatwas from those who possess adequate knowledge and follow the right methodology. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Blessing lies with their seniors.” [Narrated by Al-Hākim]

3) Mengingatkan kaum muslimin tentang kewajiban menyerahkan urusan kepada ahlinya, di antaranya mengambil ilmu dan fatwa dari tokoh-tokoh besar dari kalangan orang berilmu dan bermanhaj benar, karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Keberkahan itu bersama orang-orang senior kaum muslimin." (HR. Al-Ḥākim)

en

1838/31 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “They lead you in prayers. If they do well, you will be rewarded; but if they make mistakes, you will receive the reward and the mistake will be theirs.” [Narrated by Al-Bukhāri]

31/1838- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Mereka (para penguasa) itu mengimami salat kalian. Jika (salat) mereka benar, kalian (dan mereka) mendapatkan pahalanya. Namun jika mereka salah, kalian tetap mendapatkan pahala dan mereka mendapatkan dosa." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Imam is a guarantor, and his mistakes do not affect the validity of the prayer of those he leads in prayer.

1) Seorang imam itu sebagai penjamin, dan kesalahan imam tidak berpengaruh terhadap kesahan salat makmum.

en

2) It urges us to show patience with the Muslim rulers, if they do badly with regard to prayer or do not offer it on time. We are required not to revolt against them, incite people against them, or publicize their faults. Indeed, this would cause corruption and mischief in the land and among people.

2) Motivasi untuk bersabar terhadap para penguasa kaum muslimin bila mereka mengerjakan salat secara tidak benar atau tidak mengerjakan salat pada waktunya. Yang wajib adalah tidak melakukan pemberontakan dan menghasut masyarakat terhadap mereka atau menyebarkan keburukan mereka karena ini adalah sebab kerusakan negara dan kerusakan di tengah-tengah masyarakat.

en

1839/32 - He also reported: “{You are the best nation ever raised for mankind} The best for mankind are those who bring them with chains round their necks till they embrace Islam.”

32/1839- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- menjelaskan tentang firman Allah, "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia" (QS. Āli 'Imrān: 110) Dia berkata, "Yaitu sebaik-baik manusia untuk manusia; mereka menawan manusia dengan rantai di leher mereka hingga mereka masuk Islam."

en

1840/33 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah Almighty wonders at those people who will enter Paradise in chains.” [Narrated by Al-Bukhāri]

33/1840- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, “Allah -'Azza wa Jalla- takjub terhadap suatu kaum yang masuk surga dalam keadaan terbelenggu dengan rantai.” (Keduanya diriwayatkan oleh Bukhari).

en

It means that they are taken captives and put in chains and then they embrace Islam and enter Paradise.

Maksudnya, mereka ditawan dan dibelenggu lalu mereka masuk Islam kemudian masuk surga.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The best of all nations is this moderate Ummah, which brings people out of darkness into light.

1) Umat terbaik adalah umat Islam yang merupakan umat pertengahan, yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.

en

2) They encourage enjoining good and forbidding evil, which serves apparent and hidden interests. This is, indeed, the sign of the superiority of this Ummah.

2) Motivasi untuk melakukan amar makruf dan nahi mungkar karena ia mendatangkan berbagai maslahat yang tampak ataupun yang tersembunyi, dan itu adalah tanda baiknya umat ini.

en

1841/34 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The places that are dearest to Allah are the mosques, and the places that are most hateful to Allah are the markets.” [Narrated by Muslim]

34/1841- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid, dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar." (HR. Muslim)

en

1842/35 - Salmān al-Fārisi (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If you can, do not be the first to enter the market or the last to leave it, for there is the arena of Satan and he raises his standard in it.” [Narrated by Muslim]

35/1842- Salmān Al-Fārisiy -raḍiyyallāhu 'anhu- berkata, "Jika engkau bisa, janganlah menjadi orang yang paling pertama masuk pasar dan jangan menjadi orang yang paling terakhir keluar darinya, karena pasar adalah medan pertempuran setan dan di sanalah ia menancapkan benderanya." (HR. Muslim dengan redaksi seperti ini)

en

In another narration by Al-Barqāni in his Sahīh, Salmān reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not be the first to enter the market or the last to leave it, for Satan reproduces there.”

Juga diriwayatkan oleh Al-Barqāniy dalam Ṣaḥīḥ-nya dari Salmān -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah engkau menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan jangan menjadi yang terakhir keluar, sebab di sanalah setan bertelur dan menetas."

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Mosques are the dearest places to Allah, for there He is remembered and worshiped, and the worldly and religious interests of the Ummah are served.

1) Masjid adalah tempat yang paling disukai oleh Allah karena masjid merupakan tempat berzikir dan beribadah kepada-Nya serta tempat berbagai kepentingan umat lainnya dalam kebaikan agama dan dunia mereka.

en

2) They warn against places where people are usually inattentive, like the markets, for the devils reside there.

2) Peringatan dari tempat-tempat kelalaian seperti pasar karena merupakan tempat tinggal setan.

en

3) The two attributes of love and hate are established for Allah Almighty in the way that befits His perfection. He, exalted be He, loves all that is good and right and hates all that is evil and wrong.

3) Menetapkan sifat cinta dan sifat benci bagi Allah -'Azza wa Jalla- menurut kaifiat yang pantas dengan kesempurnaan-Nya; yaitu Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- cinta pada semua yang mengandung kebaikan dan kesalehan dan benci pada semua yang mengandung keburukan dan kerusakan.

en

1843/36 - ‘Āsim al-Ahwal reported that ‘Abdullah ibn Sarjis (may Allah be pleased with him) reported: “I said to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him): ‘O Messenger of Allah, may Allah forgive you.’ He said: ‘And you.’” ‘Āsim said: “I asked him: ‘Did the Messenger of Allah ask forgiveness for you?’ He said: ‘Yes, and for you’, and he recited this verse: {And seek forgiveness for your sins and for the [the sins of] the believing men and women.} [Surat Muhammad: 19]” [Narrated by Muslim]

36/1843- 'Āṣim Al-Aḥwal meriwayatkan dari Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku berkata kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Wahai Rasulullah! Semoga Allah mengampuni Anda!" Beliau menjawab, "Dan juga mengampunimu." 'Āṣim mengatakan, Maka aku menanyainya, "Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu?" Dia menjawab, "Ya, dan untukmu." Kemudian dia membaca ayat ini, "Dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (QS. Muḥammad: 19) (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) People would ask the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) to ask forgiveness for them when he was alive. After his death, however, it is impermissible to make such a request from him. But we may only implore Allah Almighty to grant us his intercession.

1) Meminta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar dimohonkan ampunan hanya dilakukan di masa hidup beliau. Adapun setelah beliau wafat, tidak boleh bagi siapa pun untuk meminta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar dimohonkan ampunan. Melainkan kita meminta kepada Allah -Ta'ālā- agar dianugerahi syafaat beliau.

en

2) It is a great honor for the believers that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) asked forgiveness for them, as revealed in the Qur’an.

2) Di antara kemuliaan orang-orang beriman ialah bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah memohonkan bagi mereka ampunan, sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Qur`ān.

en

1844/37 - Abu Mas‘ūd al-Ansāri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Some speech of the previous prophets which has reached people is: If you have no sense of shame, then do as you wish.” [Narrated by Al-Bukhāri]

37/1844- Abu Mas'ūd Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di antara ungkapan yang telah dikenal manusia dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah: jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!" (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The previous prophets are reported to have enjoined modesty, which is one of the branches of faith.

1) Ajakan kepada sifat malu datang dari nabi-nabi terdahulu, sebab sifat malu adalah salah satu cabang iman.

en

2) Modesty is a virtuous moral that prompts a person to do what is commendable and shun what is reprehensible.

2) Sifat malu adalah perangai mulia yang mendorong untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan;

en

If you have no sense of shame or fear the consequences,

dan tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.

en

then do whatever you wish.

Bila engkau tak lagi takut kesudahan malam

en

If modesty were to go away,

dan pada dunia ini bila malu telah sirna.

en

nothing good would remain in this world.

Tidak! Demi Allah! Tidak ada kebaikan dalam hidup

en

Modesty acts like a cover

seperti halnya ranting yang terus bertahan selama kulitnya masih melekat.

en

that maintains one’s wellbeing as long as he adopts it.

Seseorang akan hidup indah selama malu masih terpatri

en

1845/38 - Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The first thing to be settled among people on the Day of Judgment will be the cases of bloodshed.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

38/1845- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berakta, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Perkara pertama yang diputuskan di antara manusia di hari Kiamat adalah perkara (penumpahan) darah." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Prayer is the first thing about which one will be questioned on the Day of Judgment with regard to the rights of Allah Almighty. As regards people’s rights, the cases of bloodshed will be the first to be settled.

1) Salat adalah perkara pertama yang akan dihisab pada hamba di antara hak-hak Allah. Adapun dalam hak manusia, maka perkara pertama yang akan diputuskan di antara mereka adalah dalam perkara penumpahan darah.

en

2) The greater evil and the missed benefit, the more serious the sin is. Hence, killing is of great significance, given the severe harm caused, i.e. death and deprivation of life.

2) Besarnya dosa tergantung besarnya kerusakan serta maslahat yang dihilangkannya; oleh karena itu, perkara darah menjadi besar karena keburukan yang terkandung di dalamnya berupa pembunuhan dan menghilangkan maslahat jiwa.

en

1846/39 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Angels were created from light, jinn were created from a smokeless flame of fire, and Adam was created from what is described to you.” [Narrated by Muslim]

39/1846- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

المَارِجُ (al-mārij): campuran dari warna merah, kuning, dan hijau, dan ini dapat dilihat pada api.

en

From what is described to you: from clay, as revealed in the Qur’an.

Makna "Dari apa yang telah diterangkan kepada kalian": yakni dari tanah sebagaimana yang telah diterangkan sifatnya dalam Al-Qur`ān.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It notes the tremendous power of Allah Almighty which nothing can escape. Out of His profound wisdom, He made creatures of divergent origins.

1) Mengingatkan besarnya kekuasaan Allah yang tidak ditaklukkan oleh sesuatu apa pun, dan Allah menjadikan penciptaan makhluk dari asal yang berbeda-beda untuk hikmah yang besar.

en

2) People have different natural dispositions, depending on the soil of the earth. Yet, the believer disciplines himself and refines his morals through faith and good deeds. To this end, he observes the religious commands and prohibitions, which in turn, purifies his soul.

2) Tabiat manusia berbeda-beda mengikuti perbedaan tanah bumi. Akan tetapi, seorang mukmin akan membersihkan jiwanya dan memperbaiki akhlaknya dengan iman dan amal saleh, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan; dengan cara itu jiwa akan menjadi baik.

en

1847/40 - She also reported: “The character of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was the Qur’an.” [Narrated by Muslim] This is part of a long Hadīth.

40/1847- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Akhlak Nabi Allah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah Al-Qur`ān." (HR. Muslim dalam rangkaian hadis yang panjang)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One who wants to assume the Prophet’s morals should assume the morals revealed in the Qur’an.

1) Bila seorang hamba hendak meneladani akhlak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka hendaklah dia meneladani akhlak Al-Qur`ān.

en

2) Good morals enjoy a great status in Islam. They are from the requirements of the good tree of monotheism, which yields righteous deeds and virtuous morals.

2) Tingginya kedudukan akhlak dalam Islam; yaitu akhlak termasuk konsekuensi dari bangunan tauhid yang baik yang membuahkan amal saleh dan akhlak mulia.

en

1848/41 - She also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever loves to meet Allah, Allah loves to meet him; and whoever dislikes to meet Allah, Allah dislikes to meet him.” I said: “O Messenger of Allah, do you mean the dislike of death? We all dislike death.” He said: “This is not the case. But when the believer is given glad tidings about the mercy, pleasure, and Paradise of Allah, he loves to meet Allah, and Allah too loves to meet him; and when the disbeliever is given tidings about the punishment and wrath of Allah, he dislikes to meet Allah, and Allah too dislikes to meet him.” [Narrated by Muslim]

41/1848- Juga dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya." Maka aku berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Beliau menjawab, “Bukan demikian. Namun seorang mukmin ketika diberi kabar gembira berupa rahmat Allah, rida dan surga-Nya, ia akan rindu bertemu dengan Allah, maka Allah pun rindu bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir ketika diberi kabar ancaman berupa azab dan murka Allah, ia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.” (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Love or hate for meeting Allah Almighty occurs at the time of death, as the soul departs the body and one is given tidings about entering Paradise or Hellfire.

1) Rindu bertemu Allah atau benci bertemu dengan-Nya terjadi ketika sekarat dan saat ruh keluar, karena saat itu seorang hamba melihat kabar baik berupa surga atau kabar buruk berupa neraka.

en

2) One is not to blame for the innate hate he feels towards death. This is mercy from Allah Almighty.

2) Seorang hamba tidak dicela lantaran tidak suka pada kematian yang memang difitrahkan padanya, dan ini bagian dari rahmat Allah -Ta'ālā- kepada hamba-Nya.

en

1849/42 - The Mother of the Believers Safiyyah bint Huyayy (may Allah be pleased with her) reported: “I went to visit the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) while he was in I‘tikāf (retirement in the mosque) by night. After having talked to him, I got up to return home and he got up to accompany me. At that moment, two men from the Ansār (Supporters) passed by. When they saw him, they quickened their pace. Thereupon, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to them: ‘Slow down, she is Safiyyah bint Huyayy.’ They said: ‘Glory be to Allah, O Messenger of Allah!’ He added: ‘The devil circulates in the son of Adam like blood. I feared lest he should cast evil thoughts in your hearts.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

42/1849- Ummul-Mu`minīn Ṣafiyyah binti Ḥuyay -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beriktikaf, lalu aku mengunjunginya pada malam hari dan berbicara dengannya. Kemudian aku bangkit untuk pulang, dan beliau pun ikut bangkit bersamaku untuk mengantarku. Lalu ada dua orang laki-laki Ansar melintas. Saat keduanya melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, mereka berjalan lebih cepat. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memanggil mereka, 'Janganlah kalian berjalan tergesa-gesa. Wanita ini adalah Ṣafiyyah binti Ḥuyay.' Keduanya berkata, 'Subḥānallāh, ya Rasulullah!' Beliau bersabda, Sesungguhnya setan itu mengalir pada manusia seperti aliran darah. Aku khawatir setan akan membisikkan ke dalam hati kalian berdua suatu keburukan -atau beliau mengucapkan- sesuatu.'" (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لِأَنْقَلِبَ (li-anqalib): untuk pulang ke rumah.

en

--

عَلَىٰ رِسْلِكُمَا ('alā rislikumā): berjalanlah dengan tenang tanpa tergesa-gesa.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows how the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) dealt gently with his wives, as he used to bid them farewell on leaving.

1) Menerangkan indahnya akhlak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam bermuamalah dengan keluarganya, yaitu beliau mengantar mereka ketika berpisah.

en

2) One should rid his heart of the causes of insinuations by clearing suspicions regarding himself and his family. Clarity blocks the devil’s ways.

2) Hendaklah seorang hamba menghilangkan sebab-sebab yang bisa mendatangkan bisikan setan dari dalam hatinya dengan menepis syubhat yang bisa jadi disebutkan tentang dirinya dan keluarganya, karena penjelasan akan mengusir setan.

en

3) When a person sees something amazing, let him say: Glory be to Allah!

3) Bila seorang hamba mendapatkan sesuatu yang membuatnya heran, hendaklah dia mengucapkan: subḥānallāh.

en

4) It is permissible for a woman to visit her husband while he is in I‘tikāf; and a man in I‘tikāf may engage in permissible things other than worship.

4) Seorang perempuan boleh menjenguk suaminya ketika iktikaf, dan seorang yang beriktikaf boleh untuk menyibukkan diri dengan sesuatu yang mubah.

en

1850/43 - Abu al-Fadl al-‘Abbās ibn ‘Abd al-Muttalib (may Allah be pleased with him) reported: “I witnessed the Battle of Hunayn with the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him). Abu Sufyān ibn al-Hārith ibn ‘Abd al-Muttalib and I stuck with the Messenger of Allah and did not leave him. He was riding on his white mule. When Muslims met the disbelievers on the battlefield, Muslims retreated, but the Messenger of Allah began to spur his mule on towards the disbelievers. I was holding onto the bridle of the Prophet’s mule and restraining it from going very fast. Abu Sufyān was holding the stirrup of the Prophet’s mule. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘O ‘Abbās, call out the people of Samurah.’ I, a loud-voiced man, called out at the top of my voice: ‘Where are the people of Samurah?’ And by Allah, when they heard my voice, they came back as cows come back to their calves and they said: ‘We are here, we are here!’ They began to fight the disbelievers. Then, there was a call to the Ansār: ‘O you people of the Ansār! O people of the Ansār!’ Banu al-Hārith ibn al-Khazraj were the last to be called. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), who was riding on his mule, watched their fight, stretched his neck forward, and said: ‘This is the time when the fight is raging hot.’ Then, he took (some) pebbles and threw them in the faces of the disbelievers and said: ‘By the Lord of Muhammad, they are defeated.’ I went round and saw that the battle was in the same condition that I had seen it. And, by Allah, it remained in that same condition until he threw the pebbles. I continued to watch until I saw that their force had faded and they began to retreat.” [Narrated by Muslim]

43/1850- Abul-Faḍl Al-‘Abbās bin Abdul Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku mengikuti perang Hunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān bin Al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa berada di dekat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan tidak meninggalkan beliau, sedangkan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tetap di atas bagal putih miliknya. Ketika pasukan Islam dan pasukan musyrikin telah bertemu, pasukan Islam terpukul mundur. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menghentakkan kaki memacu bagalnya menuju orang-orang kafir, sedangkan aku memegang kekang bagal Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menahannya agar tidak terlalu kencang, sedangkan Abu Sufyān menahan pijakan kaki Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, ‘Wahai 'Abbās! Panggillah para peserta Baiat Riḍwān di dekat pohon Samurah!’ Al-'Abbās yang bersuara lantang berkata, “Maka aku berteriak dengan sekuat suara, 'Di manakah para peserta Baiat Riḍwān di dekat pohon Samurah?!" Demi Allah! Ketika mendengar suaraku, mereka segera kembali sebagaimana rombongan sapi kembali ketika kehilangan anak-anaknya. Mereka segera berkata, ‘Kami penuhi panggilanmu, kami penuhi panggilanmu.’ Mereka pun bertempur melawan orang-orang kafir. Sementara panggilan untuk kaum Anṣār: ‘Wahai sekalian kaum Anṣār, wahai sekalian kaum Anṣār!’ Kemudian panggilan berakhir pada Bani Al-Ḥāriṡ bin Al-Khazraj. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memandangi dari atas bagalnya peperangan yang sedang berkecamuk itu, beliau bersabda, ‘Inilah waktu berkobarnya api pertempuran!’ Setelah itu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil batu kerikil lalu melemparkannya ke hadapan orang-orang kafir. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, ‘Mereka akan kalah, demi Rabb Muhammad.’ Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang aku lihat. Demi Allah! Tidaklah kekalahan mereka kecuali hanya dengan sebab Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melempari mereka dengan batu kerikil. Aku terus melihat kekuatan mereka (orang-orang kafir) semakin lemah, sampai akhirnya mereka mundur." (HR. Muslim)

en

-- --

الْوَطِيسُ (al-waṭīs): tungku, maksudnya: pertempuran berkobar. حَدَّهُمْ (ḥaddahum), dengan "ḥā`", artinya kekuatan mereka.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لِجَامٌ (lijām): tali yang digunakan untuk mengekang hewan.

en

The people of Samurah are the people who gave the Ridwān pledge of allegiance. Samurah was the tree under which the Companions gave the pledge to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

ِأَصْحَابُ السَّمُرَة (aṣḥāb as-samurah): peserta Baiat Ar-Riḍwān. Samurah adalah pohon yang di bawahnya para sahabat berbaiat ketika itu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

--

صيِّتاً (ṣayyitan): bersuara lantang dan tinggi.

en

--

عطْفَتَهم ('aṭfatahum): mereka datang dan kembali. كليلاً (kailan): lemah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It sheds light on the Prophet’s bravery and firmness during battles, as he headed towards the enemy by himself.

1) Menjelaskan keberanian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk maju dan bertahan dalam peperangan; yakni saat beliau maju sendiri menuju musuh.

en

2) One should not get conceited about his strength, knowledge, or wealth. Rather, he should seek help from Allah Almighty and entrust his affairs to Him.

2) Seorang hamba tidak boleh merasa ujub dengan kekuatannya, atau ilmunya, ataupun hartanya, tetapi hendaklah dia memohon pertolongan kepada Allah -'Azza wa Jalla- serta menyerahkan urusannya kepada-Nya.

en

3) It shows how the Companions (may Allah be pleased with them) returned quickly to the truth when they were reminded of it. That is the proper attitude of the believers.

3) Menjelaskan cepatnya respon para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk kembali kepada kebenaran ketika mereka diingatkan, dan beginilah seharusnya keadaan orang yang diberi taufik di antara orang beriman.

en

4) The disbelieving group may attain victory over the believing group, if the latter engages in religious violations. Indeed, the believers’ adherence to their religion is one of the best means for obtaining victory.

4) Ada kalanya kelompok batil dan kafir menang di atas kelompok orang mukmin bila orang-orang mukmin melakukan pelanggaran agama, sehingga keteguhan orang beriman dengan agamanya merupakan faktor terbesar kemenangan mereka.

en

1851/44 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “O people, indeed, Allah is good and only accepts what is good; and indeed Allah commands the believers with what He commanded the messengers. He says: {O messengers, eat from the lawful things and act righteously.} [Surat al-Mu’minūn: 51] He also says: {O you who believe, eat of the good things We have provided for you.} [Surat al-Baqarah: 172]” Then, he mentioned [the case] of a man who, having journeyed far, disheveled and dusty, who spreads out his hands to the sky saying: “O Lord, O Lord,” while his food is unlawful, his drink is unlawful, his clothing is unlawful, and he has been nourished unlawfully, so how can his supplication be answered? [Narrated by Muslim]

44/1851- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Mahabaik, tidak menerima kecuali perkara yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul. Allah berfirman, Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik, dan kerjakanlah amal saleh.' (QS. Al-Mu`minūn: 51) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.'" (QS. Al-Baqarah: 172) Kemudian beliau menyebutkan, "Ada seorang laki-laki yang mengadakan perjalanan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit (sembari berkata), 'Ya Rabb! ya Rabb!' sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dengan yang haram, lalu bagaimana bisa doanya dikabulkan?!” (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

أَشْعَثَ (asy'aṡ): rambut kepalanya kusut, kesana kemari.

en

--

أَغْبَرَ (agbar): wajahnya berdebu karena kelelahan dan kecapaian.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) All attributes of Allah Almighty are attributes of perfection and free from any deficiency or defect.

1) Sifat-sifat Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- seluruhnya adalah sifat-sifat kesempurnaan dan disucikan dari kekurangan dan cacat.

en

2) It urges us to spend from lawfully-gained money. Only that can be accepted by Allah Almighty.

2) Dorongan untuk berinfak dengan harta yang halal karena infak yang seperti itu yang akan diterima di sisi Allah.

en

3) Ill-gotten money is one of the biggest reasons for not answering supplications.

3) Penghasilan yang haram merupakan penghalang paling besar dari dikabulkannya doa.

en

1852/45 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “On the Day of Judgment, there will be three types of people whom Allah will not speak to, purify, or look at, and they will receive a painful punishment. These are: an old man who commits adultery, a king who often lies, and a poor person who is arrogant.” [Narrated by Muslim] --

45/1852- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tiga golongan yang Allah tidak mengajak mereka bicara pada hari Kiamat, Dia tidak memuji mereka, dan tidak mau melihat mereka, serta bagi mereka azab yang pedih; orang tua yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong." (HR. Muslim) العَائِلُ (al-'ā`il): orang fakir.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Adultery by an old man indicates his corrupt disposition, as old age usually prevents people from going after their desires.

1) Perzinaan yang dilakukan oleh orang yang sepuh merupakan bukti kerusakan batinnya karena umur tua seharusnya menghalangi seseorang dari mengikuti hawa nafsu.

en

2) The power of authority should preclude lying. So, when a person tends to lie while he is in authority, this shows that he is corrupt and his authority is weak.

2) Kekuatan penguasa akan mencegahnya dari berdusta, sehingga bila seorang penguasa menggabungkan antara kekuasaan dan kebohongan, maka hal itu menunjukkan lemah dan rusaknya kekuasaan tersebut.

en

3) A poor person has no reason to treat people arrogantly. So, if he acts like this, this points to his maliciousness and well-ingrained arrogance.

3) Orang yang miskin tidak memiliki alasan untuk berlaku sombong pada manusia, sehingga bilamana dia berlaku sombong maka hal itu menunjukkan keburukannya dan bahwa dia adalah orang yang memiliki tabiat sombong.

en

1853/46 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Oxus, Jaxartes, the Euphrates, and the Nile are all from the rivers of Paradise.” [Narrated by Muslim]

46/1853- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Saihan, Jaihan, Eufrat, dan Nil semuanya berasal dari sungai-sungai surga." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It highlights the great bounty of Allah Almighty towards His servants, as He shows them in this world what makes them rejoice at the bliss of Paradise and motivates them to seek it.

1) Besarnya karunia Allah pada hamba-Nya manakala Allah memperlihatkan kepada mereka sebagian dunia yang mengingatkan mereka pada kenikmatan akhirat serta memacu semangat mereka untuk beramal untuknya.

en

2) Paradise has been created and it does exist, along with the bliss therein. Likewise, Hellfire has been created and exists, along with its painful punishment.

2) Surga telah diciptakan dan telah ada lengkap dengan kenikmatan yang ada di dalamnya, demikian juga neraka beserta azab pedih yang ada di dalamnya.

en

1854/47 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) took him by the hand and said: “Allah Almighty created the earth on Saturday, the mountains on Sunday, the trees on Monday, the things entailing labor on Tuesday, light on Wednesday, and He spread out animals of all kinds on Thursday, and created Adam in the afternoon on Friday, and it was the last hour of Friday, between the afternoon and the night.” [Narrated by Muslim]

47/1854- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang tanganku seraya bersabda, "Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu. Allah kemudian menciptakan padanya gunung-gunung pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang dibenci pada hari Selasa, dan menciptakan cahaya pada hari Rabu. Allah kemudian menebarkan padanya hewan-hewan pada hari Kamis, dan menciptakan Adam -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- setelah Asar pada hari Jumat pada akhir penciptaan, yaitu pada akhir waktu siang antara Asar hingga malam." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to act deliberately, without haste. Indeed, Allah Almighty is able to create all these with one word. Yet, for a profoundly wise reason, He created them gradually.

1) Anjuran untuk tenang dan tidak terburu-buru dalam berbagai urusan, karena Allah -'Azza wa Jalla- Mahakuasa untuk menciptakan semua makhluk ini dengan satu kata, tetapi atas dasar hikmah yang besar Allah menciptakannya dengan bertahap.

en

2) Allah Almighty honored Adam (peace be upon him) by creating him on the best day and at the best time.

2) Pemuliaan Nabi Adam -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- karena Allah menciptakannya pada hari yang paling afdal serta waktu paling utama.

en

1855/48 - Abu Sulaymān Khālid ibn al-Walīd (may Allah be pleased with him) reported: “During the Battle of Mu’tah, nine swords were broken in my hand, and all that remained with me was a Yemeni sword.” [Narrated by Al-Bukhāri]

48/1855- Abu Sulaimān Khālid bin Al-Walīd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Pada saat perang Mu`tah, ada sembilan bilah pedang patah di tanganku, maka tidak ada lagi yang tersisa di tanganku kecuali satu pedang besar buatan Yaman." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the bravery of Khālid ibn al-Walīd (may Allah be pleased with him), whom the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) described as: “One of the swords of Allah which Allah Almighty unsheathed against the disbelievers and hypocrites.” [Narrated by Ahmad]

1) Menjelaskan keberanian Khālid bin Al-Walīd -raḍiyallāhu 'anhu-, yaitu seperti yang digambarkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa ia adalah "Salah satu pedang di antara pedang-pedang Allah yang Allah -'Azza wa Jalla- hunuskan terhadap orang-orang kafir dan munafik." (HR. Ahmad)

en

2) The Companions (may Allah be pleased with them) were steadfast on the battlefield, as they would expect one of two excellent outcomes: victory or martyrdom. It is the example of those people that should be followed.

2) Keteguhan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- di medan perang karena mereka sedang menanti satu dari dua hal terbaik: kemenangan atau mati syahid di jalan Allah -Ta'ālā-. Maka hendaklah orang-orang seperti mereka yang dijadikan sebagai teladan!

en

1856/49 - ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “If a judge issues a ruling, having tried his best to decide correctly, and his ruling is right, he will have a double reward; but if he issues a ruling, having tried his best to decide correctly, and his ruling is wrong, he will have a single reward.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

49/1856- 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bila seorang hakim hendak memutuskan perkara lalu dia berijtihad kemudian benar, maka baginya dua pahala. Dan bila dia hendak memutuskan perkara lalu berijtihad kemudian salah, maka baginya satu pahala." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should try his best to reach the truth before judging anything.

1) Hendaknya seorang hamba bersungguh-sungguh dan berusaha mencari yang benar sebelum mengambil keputusan pada sesuatu.

en

2) Every person who tries his best to reach the right decision will be rewarded, though not every person necessarily succeeds in doing so.

2) Setiap orang yang melakukan ijtihad akan mendapatkan pahala, tetapi tidak semua orang yang berijtihad pasti benar.

en

1857/50 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Fever is from the searing heat of Hell; so cool it off with water.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

50/1857- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demam itu berasal dari hembusan panas neraka Jahanam, maka dinginkanlah ia dengan air." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) According to the Prophetic medicine, high fever can be treated with cold water, for things are treated by their opposites.

1) Di antara metode pengobatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ialah mengobati suhu badan yang tinggi dengan air dingin karena semua perkara diobati dengan kebalikannya.

en

2) Fever comes from the severe heat of Hell. So, this is the share of the believer in Hellfire, expiating his sins.

2) Demam itu berasal dari panas neraka Jahanam, dan itu adalah bagian seorang mukmin dari api neraka untuk menggugurkan kesalahan-kesalahannya.

en

1858/51 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever dies while still having some fasts to make up for, his heir should fast on his behalf.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

51/1858- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Siapa yang meninggal dunia sementara dia masih memiliki utang puasa, maka walinya berpuasa ‎menggantikannya.‎" (Muttafaq 'Alaih)

en

Accordingly, it is permissible to fast on behalf of a person who died while some fast is still due on him. ‘Heir’ in the Hadīth refers to relatives, whether they are inheritors or not.

Pendapat yang terpilih ialah bolehnya berpuasa menggantikan puasa yang tidak sempat dilakukan oleh orang yang meninggal berdasarkan hadis ini. Yang dimaksud dengan walinya ialah kerabatnya, baik ahli warisnya atau bukan ahli warisnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) If a person dies while some fast is still due on him, his heir should observe the fast on his behalf. This applies to the vowed fast.

1) Bila seseorang meninggal dan memiliki utang puasa, maka walinya boleh menggantikan puasanya, dan ini khusus pada puasa nazar.

en

2) If a person, who has not observed the fast of Ramadān for a valid excuse and dies, his missed fast should be compensated by feeding a poor person for each day. No one should fast on his behalf to make up for missed obligatory fast.

2) Mengada puasa Ramadan atas nama orang yang wafat lantaran meninggalkan puasa karena uzur ialah dengan memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan, dan dia tidak dipuasakan dalam mengada puasa fardu.

en

Note:

Peringatan:

en

The legitimacy of making up for missed fast on behalf of a dead person pertains only to a vowed fast, as indicated by all relevant texts and because this is the view held by the Companions, the most knowledgeable in this Ummah. Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) said: “If someone falls ill in Ramadān and then dies without observing the fast, poor people should be fed on his behalf. If he makes a vow, however, his heir should fulfill it on his behalf.” [Narrated by Abu Dāwūd] Commenting on this Hadīth, he said: “This relates to vows.”

Kada puasa hanya dikhususkan bagi orang wafat yang meninggalkan puasa nazar karena itu yang ditunjukkan oleh (penggabungan) semua nas, dan seperti itulah yang difatwakan oleh para sahabat yang merupakan generasi umat yang paling berilmu. Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Bila seseorang sakit di bulan Ramadan lalu meninggal dunia sementara dia belum berpuasa, maka dia difidyahkan dan tidak ada kewajiban kada atasnya. Tetapi bila dia bernazar, maka walinya yang mengadakannya." (HR. Abu Daud, dan dia berkomentar di akhir hadis, "Ini dalam puasa nazar")

en

Imam Ahmad said: “No one should fast on behalf of a dead person except for a vowed fast.” This was reported by Abu Dāwūd on the authority of Imam Ahmad.

Imam Ahmad berkata, "Orang yang wafat tidak dipuasakan kecuali dalam utang puasa nazar." (Dinukil dari Imam Ahmad oleh Abu Daud dalam kitab Masā`il Al-Imām Aḥmad)

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

In his book Tahdhīb Sunan Abu Dāwūd, Ibn Al-Qayyim (may Allah have mercy upon him) said:

Ibnul-Qayyim -raḥimahullāh- berkata dalam kitabnya, Tahżīb Sunan Abī Dāwūd,

en

“The obligation of fasting is treated like prayer. Just as no one can pray on behalf of another or embrace Islam on behalf of another, also no one can fast on behalf of someone else. A vow, on the other hand, is a liability as due as a debt. So, an heir can fulfill a person’s vow on his behalf just as he can repay his debt. This is the right and accurate understanding.”

"Kewajiban puasa sama seperti kewajiban salat. Sebagaimana tidak bisa seseorang mengerjakan salat menggantikan orang lain dan juga dia tidak bisa menggantikan salam yang lain, demikian halnya puasa. Adapun nazar, ia adalah komitmen dalam diri yang sama kedudukannya dengan utang sehingga bisa digantikan penunaiannya oleh kerabat sebagaimana halnya mereka bisa membayarkan utangnya. Ini yang ditunjukkan oleh pemahaman (fikih) yang murni."

en

He also said:

Beliau juga berkata,

en

“The difference lies in the fact that when a person makes a vow, it becomes a liability upon him. Yet, the Shariah has not imposed it upon him in the first place. So, it is less in degree than the obligations imposed upon him as rights to the Legislator, whether he likes it or not. Moreover, a person can be liable to things he can do and things he cannot, unlike the Shariah obligations, which are only due upon those who can do them and cease to be due in case of a person’s inability to perform them. Hence, a personal liability is broader than an originally religious duty, as a person can accept various obligations and can fulfill them by various methods not imposed upon him by the Shariah. So, there are broader ways to discharge personal liabilities than to perform religious duties; that is why there is no need for someone to discharge a personal liability on behalf of someone else after his death. This makes it clear that the Companions (may Allah be pleased with them) possessed the best understanding and the deepest knowledge of the Shariah and its objectives and wise purposes.”

"Rahasia dari perbedaannya: bahwa nazar ialah komitmen yang dibuat oleh seorang hamba terhadap sesuatu yang dia bebankan pada dirinya, bukan karena dibebankan oleh agama sejak awal. Sehingga hukumnya lebih ringan dari apa yang Allah jadikan sebagai hak-Nya atas hamba, baik dia suka atau tidak suka. Komitmen jiwa ini bisa mencakup sesuatu yang ada dalam batas kemampuan maupun yang luar dari kemampuan. Oleh karena itu, komitmen ini bisa ditekadkan oleh seorang mukalaf dalam hal yang dia tidak mampui. Berbeda dengan kewajiban-kewajiban dari agama, semuanya dalam batas kemampuan badan dan tidak diwajibkan atas orang yang lemah (tidak mampu). Sehingga, kewajiban yang berasal dari diri sendiri lebih longgar daripada kewajiban asli yang datang dari agama, karena seorang mukalaf dimungkinkan untuk mewajibkan kewajiban-kewajiban yang luas atas dirinya, dan karena cara menunaikan kewajiban yang berasal dari diri sendiri itu banyak lantaran ia tidak ditentukan oleh syariat. Juga karena komitmen diri sendiri lebih longgar penunaiannya daripada cara menunaikan kewajiban yang berasal dari agama. Sehingga bolehnya perwakilan dalam kewajiban yang berasal dari diri sendiri setelah kematian tidak mengharuskan bolehnya perwakilan dalam kewajiban yang datang dari agama. Hal ini menjelaskan bahwa para sahabat adalah orang yang paling fakih, paling dalam ilmunya, dan paling mengerti dengan rahasia dan tujuan agama serta hikmahnya. Wabillāhi At-Taufīq.

en

1859/52 - ‘Awf ibn Mālik ibn al-Tufayl reported: ‘“Ā’ishah (may Allah be pleased with her) was told that ‘Abdullah ibn al-Zubayr (may Allah be pleased with him and his father), upon hearing that she was selling or giving something as a gift, said: ‘By Allah, if ‘Ā’ishah does not give this up, I will declare her incompetent to dispose of her wealth.’ She asked: ‘Did he say so?’ They replied: ‘Yes.’ So she said: ‘I vow to Allah that I will never speak to Ibn al-Zubayr.’ When this separation had lasted for a long time, Ibn al-Zubayr sought intercession with her, but she said: ‘By Allah, I will not accept the intercession of anyone for him and will not commit a sin by breaking my vow.’ As this state of affairs continued for long, Ibn al-Zubayr was concerned and he approached Al-Miswar ibn Makhramah and ‘Abdur-Rahmān ibn al-Aswad ibn ‘Abd Yaghūth and said to them: ‘I beseech you by Allah to help me to visit ‘Ā’ishah; it is unlawful for her to vow to sever ties with me.’ Al-Miswar and ‘Abdur-Rahmān took him to ‘Ā’ishah and asked for permission to enter her house, saying: ‘Peace, mercy, and blessings of Allah be upon you! May we come in?’ She said: ‘Come in.’ They said: ‘All of us?’ She said: ‘Yes, come in all of you,’ unaware that Ibn al-Zubayr was with them. As they came in, Ibn al-Zubayr entered the screened place and took hold of ‘Ā’ishah and was weeping and imploring her to forgive him. Al-Miswar and ‘Abdur-Rahmān also were begging her to speak to him and accept his apology. They said: ‘As you know, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) forbade a Muslim from forsaking his fellow Muslim, and it is unlawful for a Muslim to do so for more than three days.’ As they continued to remind and press her, she began to weep and say: ‘I made a vow, and a vow is something grave.’ They persisted in their appeal until she talked to Ibn al-Zubayr, and she freed forty slaves in expiation for her vow. Later, whenever she remembered this vow, she would weep profusely, wetting her veil.” [Narrated by Al-Bukhāri]

52/1859- 'Auf bin Mālik bin Aṭ-Ṭufail meriwayatkan bahwa Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- diberitahu bahwa Abdullah bin Az-Zubair -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata tentang penjualan atau pemberian yang diberikan oleh Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, "Demi Allah! Hendaknya Aisyah berhenti atau aku akan menghalanginya dari melakukan suatu tindakan pada hartanya." Aisyah bertanya, "Apakah dia (Ibnu Az-Zubair) benar mengatakan seperti itu?" Mereka menjawab, "Ya." Aisyah lantas berkata, "Demi Allah! Aku bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara dengan Ibnu Az-Zubair selamanya." Ibnu Az-Zubair kemudian berusaha meminta maaf kepada Aisyah ketika Aisyah lama mendiamkannya. Namun Aisyah tetap berkata, "Tidak, demi Allah! Aku tidak akan memaafkannya dan tidak pula membatalkan nazarku." Ketika hal itu dirasakan sangat lama oleh Ibnu Az-Zubair, maka ia pun meminta bantuan kepada Al-Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman bin Al-Aswad bin 'Abdu Yagūṡ. Ibnu Az-Zubair berkata kepada keduanya, "Aku memohon pada kalian berdua atas nama Allah agar kalian berdua memasukkanku ke rumah Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-. Sungguh tidak halal baginya bernazar untuk memutuskan tali silaturrahmi denganku." Lantas Al-Miswar dan Abdurrahman membawanya pergi menemui Aisyah, kemudian keduanya meminta izin kepada Aisyah, dan berkata, "As-salāmu 'alaiki wa raḥmatullāhi wa barakātuh. Apakah kami boleh masuk?" Aisyah menjawab, "Masuklah kalian!" Mereka bertanya, "Kami semua?" Aisyah menjawab, "Ya, kalian semua." Aisyah tidak tahu kalau Ibnu Az-Zubair juga ada bersama mereka berdua. Ketika mereka masuk, Ibnu Az-Zubair masuk ke balik hijab dan langsung memeluk Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- serta memintanya (atas nama Allah) untuk memaafkannya sembari menangis. Lantas Al-Miswar dan Abdurrahman juga meminta Aisyah agar mau berbicara kepadanya dan menerima permintaan maafnya. Keduanya berkata, "Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melarang dari mendiamkan orang lain, sebagaimana yang telah engkau ketahui. Sesungguhnya tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga hari." Ketika nasihat itu mengalir terus kepada Aisyah, Aisyah segera mengingatkan mereka (mengenai nazarnya) dan menangis, dan berkata, "Sesungguhnya aku telah bernazar, dan nazar itu sangatlah berat." Namun keduanya terus saja membujuknya sampai Aisyah mau berbicara dengan Ibnu Az-Zubair dan memerdekakan empat puluh budak untuk nazarnya itu. Aisyah pernah mengingat nazarnya setelah itu, ia pun menangis sehingga air matanya membasahi kerudungnya." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لأحْجُرَنَّ عَلَيْهَا: aku akan menghalanginya dari melakukan suatu tindakan pada hartanya.

en

--

لاَ أَتَحَنَّثُ إلَىٰ نَذْرِي: aku tidak akan mengumpulkan dosa dengan sebab melanggar sumpahku.

en

--

طَفِقَ يُنَاشِدُهَا: dia memintanya dengan sangat.

en

--

خِمَارَهَا (khimārahā): penutup kepala dan dadanya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is not lawful for a Muslim to forsake his fellow Muslim for more than three days, especially if they are relatives.

1) Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari, terlebih jika dia kerabat.

en

2) It shows the merit of seeking reconciliation between people. This is one of the best acts of piety, provided the intention is sincere.

2) Menjelaskan keutamaan mendamaikan antara manusia yang berselisih, yaitu termasuk amal saleh dan ibadah paling utama bila disertai keikhlasan niat.

en

3) The Companions had soft hearts and would readily weep out of fear from Allah Almighty, a sign of their sincere faith.

3) Lembutnya hati para sahabat dan cepatnya mereka menangis karena takut kepada Allah -'Azza wa Jalla-, dan ini menjadi bukti kebenaran iman mereka -raḍiyallāhu 'anhum-.

en

4) It is not permissible to vow to Allah to commit a sin; whoever makes such a vow should not fulfill it.

4) Tidak boleh bernazar dalam perkara maksiat; siapa yang melakukan nazar maksiat maka dia tidak boleh menunaikannya.

en

1860/53 - ‘Uqbah ibn ‘Āmir (may Allah be pleased with him) reported: “One day the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) went out and offered prayer for the martyrs of the Battle of Uhud after eight years. It seemed that by so doing, he bid farewell to the living and the dead. He then came back, ascended the pulpit, and said: ‘I shall be your precursor; I am a witness for you (before Allah), and I will be waiting for you at the Basin. By Allah, I can see it with my own eyes from this place. I am not afraid that you will associate anything with Allah after me, but I apprehend that you will vie with one another over the worldly life.’ This was the last time I had a look at the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

53/1860- 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi ke pekuburan syuhada Uhud lalu menyalati mereka setelah delapan tahun (mereka dikubur), laksana orang yang hendak mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Selanjutnya beliau naik ke mimbar dan bersabda, "Sesungguhnya aku akan mendahului kalian (ke telagaku), dan aku menjadi saksi pada kalian. Sesungguhnya tempat kalian bertemu denganku adalah di telaga, dan aku sungguh melihatnya dari tempat berdiriku ini. Ketahuilah, sesungguhnya aku tidak khawatir kalian akan berbuat syirik, tapi aku mengkhawatirkan atas kalian dunia dari tindakan berlomba-lomba padanya." Uqbah berkata, "Itu adalah terakhir kalinya aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." (Muttafaq 'Alaih)

en

Another narration reads: “But I apprehend that you will vie with one another over the worldly life and thus fight with one another and get ruined, as those who came before you were ruined.” ‘Uqbah said: “This was the last time that I saw the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) on the pulpit.”

Dalam riwayat lain disebutkan, "Tetapi aku mengkhawatirkan kalian akan tergoda dunia dengan berlomba-lomba memperebutkannya lalu kalian saling berperang, sehingga kalian binasa sebagaimana binasanya orang-orang sebelum kalian." Uqbah berkata, "Itu adalah terakhir kalinya aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di atas mimbar."

en

In another narration he said: “I am your precursor; I am a witness for you (before Allah). By Allah, I am looking at my Basin now. I have been given the keys to the treasures of the earth - or the keys of the earth. By Allah, I am not afraid that you will associate anything with Allah after me, but I apprehend that you will vie with one another over it (the worldly life).”

Dalam riwayat lainnya disebutkan: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku akan mendahului kalian ke telaga dan aku akan menjadi saksi pada kalian. Demi Allah! Sungguh aku benar-benar melihat telagaku sekarang. Sesungguhnya aku telah diberi kunci-kunci harta perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi. Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kalian akan berbuat syirik setelahku. Tetapi aku khawatir kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia."

en

The prayer he offered for the martyrs of Uhud was supplication for them. It is not the usual prayer we know.

Salat untuk syuhada Uhud maksudnya: mendoakan mereka, bukan salat jenazah yang kita kenal.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should not make the worldly life his chief concern or the limit of his knowledge. Rather, he should work for the Hereafter.

1) Seorang hamba tidak boleh menjadikan dunia sebagai tujuan terbesarnya serta akhir dari ilmunya, tetapi dia harus beramal untuk akhiratnya.

en

2) It shows some signs of the Prophet’s prophethood, as he saw his promised Basin in the Hereafter from his place while in this world. This is right and true, and we should believe in it.

2) Menjelaskan sebagian bukti kebenaran Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yaitu beliau melihat telaga yang dijanjikan kepada beliau dari tempat berdirinya di dunia; itu adalah benar dan nyata, kita wajib mengimani dan membenarkannya.

en

3) It gives glad tidings that Islam will endure and the Ummah will remain steadfast.

3) Berita gembira berupa kekalnya Islam dan tetap tegaknya umat Islam.

en

Note:

Peringatan:

en

The author (may Allah have mercy upon him) said that the prayer in the Hadīth means supplication. This is not a right interpretation, however. The correct meaning is related in this narration by Al-Bukhāri and Muslim, which reads in part: “He prayed over the martyrs of Uhud as he would pray over the dead,” i.e. the funeral prayer. Indeed, the Hadīths clarify and interpret one another.

Apa yang diterangkan oleh penulis -raḥimahullāh- bahwa maksud salat untuk mereka ialah mendoakan mereka adalah tafsir yang kurang tepat. Yang benar ialah apa yang disebutkan dalam riwayat Bukhari dan Muslim, "Bahwa beliau melakukan salat untuk syuhada Uhud sebagaimana beliau melaksanakan salat jenazah." Dan hadis-hadis Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saling menafsirkan satu sama lain.

en

1861/54 - Abu Zayd ‘Amr ibn Akhtab al-Ansāri (may Allah be pleased with him) reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) led us in the Fajr prayer and then ascended the pulpit and addressed us until it was the time for the Zhuhr prayer. He then came down, prayed, and then ascended the pulpit and addressed us until it was the time for the ‘Asr prayer. He then came down, prayed, and then ascended the pulpit and addressed us until sunset. He informed us of what had been and what was to come. The most knowledgeable among us is the one who memorized it best.” [Narrated by Muslim]

54/1861- Abu Zaid 'Amr bin Akhṭab Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah mengimami kami salat Subuh kemudian naik ke atas mimbar dan berkhotbah kepada kami sampai tiba waktu zuhur. Lantas beliau turun lalu salat. Selanjutnya beliau naik lagi ke atas mimbar lalu berkhotbah kepada kami sampai tiba waktu asar. Beliau lalu turun, kemudian salat. Setelah itu, beliau naik lagi ke atas mimbar lalu berkhotbah kepada kami sampai terbenam matahari. Beliau mengabarkan kepada kami tentang apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Orang yang paling tahu di antara kami adalah yang paling hafal." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s strength and keenness to convey the message and teach his Ummah, to the extent that he stood up for a whole day preaching and teaching people.

1) Menjelaskan kekuatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta semangat beliau untuk menyampaikan agama serta mengajarkan ilmu kepada umatnya sampai beliau berdiri sehari penuh untuk mengingatkan dan mengajarkan mereka.

en

2) The most knowledgeable people are those who are the best in memorizing knowledge and understanding the Book of Allah and the Sunnah of His Prophet. This encourages us to memorize the Shariah knowledge.

2) Orang yang paling berilmu adalah yang paling banyak menghafal ilmu dan yang paling hafal Kitābullāh dan Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini mengandung pelajaran berupa anjuran untuk menghafal ilmu agama.

en

1862/55 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever vows to obey Allah should obey Him, and whoever vows to disobey Allah should not disobey Him.” [Narrated by Al-Bukhāri]

55/1862- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bernazar untuk menaati Allah, hendaklah ia menaati-Nya. Dan siapa yang bernazar untuk bermaksiat kepada-Nya, janganlah ia memaksiati-Nya." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Whoever vows to do something good should fulfill his vow and not break it. But if a person vows to commit a sin, his vow is not valid, and he should make expiation like that for a broken oath.

1) Siapa yang bernazar dengan sebuah nazar yang mengandung ketaatan, hendaklah dia memenuhi nazarnya dan tidak membatalkannya. Adapun nazar maksiat, maka ia tidak terwujud dan kafaratnya adalah kafarat sumpah.

en

2) A vow over something good should be fulfilled. It is disliked for a person, however, to commit himself to a vow. About making a vow, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “It does not bring good. Indeed, it is only a means by which something is extracted from the miserly.” [Narrated by Muslim]

2) Nazar untuk melakukan ketaatan wajib dipenuhi, tetapi dimakruhkan bagi hamba untuk mewajibkan nazar atas dirinya, karena Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, "Sesungguhnya nazar itu tidak mendatangkan kebaikan, melainkan hanya dikeluarkan dari orang yang bakhil." (HR. Muslim)

en

1863/56 - Umm Sharīk (may Allah be pleased with her) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) ordered that the gecko should be killed and said: “It blew (the fire) on Abraham.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

56/1863- Ummu Syarīk -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkannya supaya membunuh tokek; beliau bersabda, "Dulu ia (tokek) meniup api pada Ibrahim (agar semakin besar)." (Muttafaq 'Alaih)

en

1864/57 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “He who kills a gecko with the first strike will get such-and-such a reward; he who kills it with the second stroke will get such-and-such a reward less than the first one; and he who kills it with the third strike will get such-and-such a reward.”

57/1864- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang membunuh tokek dengan satu pukulan, maka baginya sekian dan sekian kebaikan. Siapa yang membunuhnya dengan dua kali pukulan, maka baginya sekian dan sekian kebaikan lebih sedikit dari yang pertama. Jika dia membunuhnya dengan tiga pukulan, maka baginya sekian dan sekian kebaikan."

en

Another narration reads: “He who kills a gecko with the first strike will have one hundred good deeds recorded for him, and with the second strike lesser than that, and with the third strike lesser than that.” [Narrated by Muslim]

Dalam riwayat lain disebutkan, "Siapa yang membunuh tokek dengan satu pukulan, dituliskan baginya seratus kebaikan. Sedangkan membunuhnya dengan dua pukulan, maka baginya lebih sedikit dari yang pertama. Jika dia membunuhnya dengan tiga pukulan, maka baginya lebih sedikit dari yang kedua." (HR. Muslim)

en

--

Para pakar bahasa mengatakan, "الْوَزَغُ" adalah cicak yang besar (tokek).

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) They urge and encourage us to kill geckos whenever we can, and we will be rewarded for doing so.

1) Anjuran untuk membunuh tokek dan tidak membiarkannya ketika mampu berdasarkan pahala yang disebutkan dalam hadis serta anjuran untuk membunuhnya.

en

2) The reason behind the order to kill geckos is that this animal blew the fire on Prophet Abraham (peace be upon him) to increase its flame, which indicates its animosity towards the people of monotheism.

2) Menjelaskan ilat (alasan) dari membunuh tokek, yaitu ia dulu meniup api pada Nabi Ibrahim -'alaihis-salām- supaya kobaran nyalanya besar, hal yang menunjukkan permusuhannya kepada ahli tauhid.

en

1865/58 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A man said: ‘Indeed, I will give charity.’ So, he took his charity out and placed it in a thief’s hand. Next morning, people were saying: ‘Charity was given to a thief.’ The man said: ‘O Allah, praise be to You. Indeed, I will give charity.’ So, he took his charity out and placed it in a prostitute’s hand. Next morning, they were saying: ‘Charity was given to a prostitute last night.’ So, the man said: ‘O Allah, praise be to You concerning the prostitute. Indeed, I will give charity.’ So, he took his charity out and placed it in a rich man’s hand. Next morning, they were saying: ‘Charity was given to a rich man.’ The man said: ‘O Allah, praise be to You concerning the thief, the prostitute, and the rich man.’ Then, he was approached and told: ‘As for your charity given to a thief, he might refrain from theft. As for the prostitute, she might abstain from fornication. As for the rich man, he might learn a lesson and spend from the wealth that Allah has given him.’” [Narrated by Al-Bukhāri - this is his wording - and Muslim narrated a similar Hadīth]

58/1865- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pernah ada seseorang mengatakan, 'Sungguh, aku akan menyedekahkan satu sedekah.' Lantas ia keluar membawa sedekahnya, dan ternyata ia meletakkannya di tangan seorang pencuri. Keesokan harinya orang-orang membicarakannya, 'Ada seorang pencuri diberi sedekah!' Orang itu berkata, "Ya Allah! Hanya bagi-Mu segala pujian. Sungguh aku akan menyedekahkan satu sedekah lagi.' Lantas ia keluar membawa sedekahnya, dan ternyata ia meletakkannya di tangan seorang pelacur. Keesokan harinya orang-orang membicarakannya, 'Semalam seorang wanita pezina diberi sedekah!' Ia berkata, 'Ya Allah! Hanya bagi-Mu segala pujian. Ternyata pada seorang pelacur! Sungguh aku akan menyedekahkan satu sedekah lagi.' Lantas ia keluar membawa sedekahnya,dan ternyata ia meletakkannya di tangan seorang yang kaya. Pagi harinya orang-orang membicarakannya, 'Seorang yang kaya diberi sedekah!' Ia berkata, 'Ya Allah! Hanya bagi-Mu segala pujian. Ternyata pada seorang pencuri, seorang pelacur, dan seorang yang kaya!' Kemudian orang itu didatangi dalam mimpi dan dikatakan padanya, 'Tentang sedekahmu yang jatuh pada seorang pencuri, semoga membuatnya berhenti mencuri. Adapun yang jatuh pada seorang pelacur, semoga membuatnya berhenti berzina. Adapun yang jatuh pada seorang yang kaya, semoga ia mengambil pelajaran lalu menginfakkan sebagian harta yang Allah berikan padanya.'" (HR. Bukhari dengan redaksi ini dan Muslim dengan yang semakna)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) If a person intends and strives to do something good but he fails to achieve it, he will get the reward for it, and no harm done.

1) Bila seorang hamba telah meniatkan kebaikan dan mengusahakannya lalu ia tidak bisa melakukan maksudnya, maka pahalanya tetap ditulis dan ia tidak dirugikan.

en

2) There is a blessing in submitting to and being content with Allah’s decree and predestination. Whenever he saw something to his liking, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) would say: “Alhamdulillāh al-ladhi bini‘matihi tatimmu as-sālihāt (Praise be to Allah by Whose blessing good things are accomplished).” And whenever he saw something to his dislike, he would say: “Alhamdulillāh ‘ala kulli hāl (Praise be to Allah for all conditions).” [Narrated by Ibn Mājah]

2) Keberkahan sikap menerima dan meridai ketetapan dan takdir Allah -Ta'ālā-. Dahulu, petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bila melihat sesuatu yang disukainya adalah membaca, "Al-ḥamdu lillāhill-lażī bi ni'matihi tatimmuṣ-ṣāliḥāt (Segala puji bagi Allah, berkat nikmat-Nya amal-amal saleh menjadi terwujud)." Dan bila melihat sesuatu yang dibenci, beliau membaca, "Al-ḥamdu lillāh 'alā kulli ḥāl (Segala puji bagi Allah atas segala keadaan)." (HR. Ibnu Majah)

en

3) It is obligatory to preach sinners and invite them to the right course by all useful means.

3) Kewajiban mengingatkan pelaku maksiat dan mengajak mereka pada kebenaran dengan segala sarana yang bermanfaat.

en

1866/59 - He also reported: “We were in the company of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) at a banquet and a (cooked mutton) forearm was put before him, and he used to like it. He ate a morsel of it and said: ‘I will be the leader of mankind on the Day of Judgment. Do you know why? Allah will gather in one plain the earlier and the later (of the human race) on the Day of Resurrection. Then, the voice of the proclaimer will be heard by all of them and the eyesight will penetrate through all of them and the sun will come near. People will then experience a degree of anguish, anxiety, and agony which they will not be able to bear and they will not be able to stand. Some people will say: “Do you not see your situation? Do you not see what has overwhelmed you? Why do you not find one who should intercede for you with your Lord?” Some will say to the others: “Go to your father Adam.” And they will go to Adam and say: “O Adam, you are the father of mankind. Allah created you by His own Hand, breathed in you of His spirit, ordered the angels to prostrate before you, and made you live in Paradise. Intercede for us with your Lord. Do you not see our situation? Do you not see what has overwhelmed us?” Adam will say: “Verily, my Lord is angry today as He has never been angry before nor will He be afterwards. Verily, He forbade me (to approach) that tree and I disobeyed Him. I am only concerned about myself. Go to someone else; go to Nūh (Noah).” They will come to Noah and say: “O Noah, you are the first of the messengers to the people on earth, and Allah named you as a ‘grateful servant’. Do you not see our situation? Do you not see what has overwhelmed us? Intercede for us with your Lord” He will say: “Verily, my Lord is angry today as He has never been angry before nor will He be afterwards. I was granted a supplication, which I made against my people. I am only concerned about myself; go to someone else, better go to Abraham.” They will go to Abraham and say: “O Abraham, you are the Prophet of Allah and His Friend amongst the inhabitants of the earth; intercede for us with your Lord. Do you not see our situation? Do you not see what has overwhelmed us?” Abraham will say to them: “Verily, my Lord is angry today as He has never been angry before nor will He be afterwards.” And he will mention his three (so-called) lies and say: “I am only concerned about myself. You better go to someone else: go to Mūsa (Moses).” They will come to Moses and say: “O Moses, you are the Messenger of Allah. Allah preferred you with His message and His conversation amongst people. Intercede for us with your Lord. Do you not see our situation? Do you not see what has overwhelmed us?” Moses will say to them: “Verily, my Lord is angry today as He has never been angry before nor will He be afterwards. I, in fact, killed a person whom I had not been ordered to kill. I am only concerned about myself. You better go to someone else, go to Jesus.” They will come to Jesus and say: “O Jesus, you are the Messenger of Allah, His Word which He bestowed upon Mary, and a spirit from Him, and you spoke to people in the cradle. Intercede for us with your Lord. Do you not see our situation? Do you not see what has overwhelmed us?” Jesus will say: “Verily, my Lord is angry today as He has never been angry before nor will He be afterwards.” He mentioned no sin of his (and said): “I am only concerned about myself; go to someone else; better go to Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him.’”

59/1866- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Kami pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah undangan. Beliau diberi kaki kambing, dan beliau memang menyukainya, lalu beliau menggigitnya dengan ujung giginya dan bersabda, "Aku pemimpin manusia pada hari Kiamat. Tahukah kalian kenapa? Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang akhir dalam satu tanah lapang; semua mereka akan terlihat oleh orang yang melihat serta suara seorang penyeru akan terdengar oleh semua mereka. Matahari akan merendah pada mereka. Maka manusia akan mengalami kegelisahan dan kesusahan sampai batas yang tidak mampu mereka pikul. Lalu manusia berkata, 'Tidakkah kalian melihat keadaan kalian? Tidakkah kalian melihat apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian melihat siapa yang dapat memintakan syafaat untuk kalian dari Rabb kalian?' Mereka berkata satu sama lain, 'Hendaklah kalian menemui bapak kalian, Adam.' Lantas mereka menemui Adam lalu berkata, 'Wahai Adam! Engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan ruh-Nya padamu. Allah memerintahkan para malaikat bersujud kepadamu lalu mereka pun bersujud, dan Allah menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau memintakan kami syafaat kepada Rabb-mu? Tidakkah engkau melihat kondisi kami? Tidakkah engkau melihat yang menimpa kami?' Adam berkata, 'Sungguh Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu Dia melarangku mendekati pohon itu, tapi aku durhaka. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah pada selainku. Pergilah kepada Nuh.' Lantas mereka datang menemui Nuh lalu berkata, 'Wahai Nuh! Engkau adalah rasul pertama kepada penduduk bumi dan Allah menyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Tidakkah engkau melihat kondisi kami? Tidakkah engkau melihat apa yang menimpa kami? Tidakkah engkau memintakan kami syafaat kepada Rabb-mu?' Nuh berkata kepada mereka, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku memiliki sebuah doa, aku menggunakannya untuk mendoakan keburukan terhadap kaumku. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah ke Ibrahim.' Lantas mereka datang menemui Ibrahim lalu berkata, 'Wahai Ibrahim! Engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Ibrahim berkata kepada mereka, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku pernah bedusta tiga kali. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa.' Lantas mereka pergi menemui Musa lalu berkata, 'Wahai Musa! Engkau adalah rasul Allah. Allah telah melebihkanmu dengan risalah dan kalam-Nya atas seluruh manusia. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Musa berkata, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku telah membunuh jiwa yang tidak diperintahkan kepadaku untuk membunuhnya. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Isa.' Lantas mereka datang menemui Isa lalu berkata, 'Wahai Isa! Engkau adalah rasul Allah, kalimat-Nya yang disampaikan ke Maryam, dan ruh dari ciptaan-Nya. Engkau berbicara pada manusia saat masih berada dalam buaian. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Isa berkata, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan marah yang seperti ini sesudahnya. -Dia tidak menyebut sebuah dosa- Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.'"

en

Another narration reads: “They will come to me and say: ‘O Muhammad, you are the Messenger of Allah and the seal of the Prophets. Allah has forgiven all your previous and later sins. Intercede for us with your Lord; do you not see our situation? Do you not see what has overwhelmed us?’ I will then set off and come below the Throne and fall down prostrating before my Lord; then Allah will reveal to me and inspire me with some of His Praises and Glorifications which He had not revealed to anyone before me. He will then say: ‘O Muhammad, raise your head; ask and your request will be granted; intercede and your intercession will be accepted.’ I will then raise my head and say: ‘O my Lord, my Ummah, my Ummah.’ It will be said: ‘O Muhammad, bring in from the right gate of Paradise those of your Ummah who have no account to render. They will share the other gates with the people.’ By the One in Whose Hand the life of Muhammad is, the distance between every two gate-posts of Paradise is like the distance between Makkah and Hajar, or between Makkah and Busra.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Dalam riwayat lain ditambahkan, "Lantas mereka datang menemuiku lalu berkata, 'Wahai Muhammad! Engkau adalah rasul Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang kemudian. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Lalu aku bergegas pergi menuju ke bawah Arasy lalu aku jatuh bersujud kepada Rabb-ku. Allah kemudian membukakan (mengilhamkan untukku) pujian-pujian dan sanjungan yang baik untuk-Nya, sesuatu yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian dikatakan, 'Hai Muhammad! Angkatlah kepalamu. Mintalah, permintaanmu pasti akan diberikan kepadamu. Berikanlah syafaat, niscaya syafaatmu akan diizinkan.' Maka aku mengangkat kepalaku, aku berkata, 'Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku, wahai Rabb-ku!' Maka dikatakan, 'Hai Muhammad! Masukkan di antara umatmu siapa saja yang tidak dihisab melalui pintu kanan di antara pintu-pintu surga. Mereka juga memiliki hak yang sama dengan semua manusia lainnya di pintu-pintu surga lainnya.'" Setelah itu beliau bersabda, "Demi Zat yang jiwaku berada di Tangan-Nya! Jarak antara dua sisi tiap pintu surga seperti jarak antara Mekah dan Hajar, atau seperti jarak antara Mekah dan Buṣrā." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

نَهِسَ مِنْهَا نَهْسَةً: ia menggigitnya dengan ujung gigi.

en

--

المِصْرَاعَان (al-miṣrā'ān): dua sisi pintu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The messengers (peace be upon them) are the best among people, and the messengers with firm resolve are the best among the messengers. It is they to whom the people will turn for intercession. The best among them is Prophet Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him).

1) Para rasul -'alaihimuṣ-ṣalātu was-salām- adalah manusia paling afdal, dan yang paling afdal di antara para rasul adalah rasul-rasul ulul azmi; mereka itulah yang ditemui oleh manusia untuk meminta syafaat. Kemudian yang paling afdal di antara mereka adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) It sheds light on the grave situation in which people will be on the Day of Resurrection.

2) Menerangkan beratnya padang mahsyar bagi seluruh hamba pada hari Kiamat.

en

3) The Ummah of Muhammad is the best of nations. They will be the first to enter Paradise, and they will make up the majority of its dwellers. The gates of Paradise will be opened for the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

3) Umat Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah yang terbaik di antara semua umat; merekalah yang paling pertama masuk surga dan yang paling banyak menjadi penghuninya, dan bagi nabi mereka -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pintu-pintu surga dibuka.

en

1867/60 - Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported: “Abraham (peace be upon him) brought his wife and her son Ismā‘il (Ishmael), while she was suckling him, to a place near the Ka‘bah under a tree on the spot of Zamzam, at the highest place in the mosque. In those days, there was no human being in Makkah, nor was there any water. So, he made them sit over there and placed near them a leather bag containing some dates, and a small water-skin containing some water, then he set out homeward. Ismael’s mother followed him saying: ‘O Abraham, where are you going, leaving us in this valley where there is no person whose company we may enjoy, nor is there anything?’ She repeated that to him many times, but he did not look back at her. Then, she asked him: ‘Has Allah commanded you to do so?’ He said: ‘Yes.’ She said: ‘Then He will not neglect us.’ She returned while Abraham proceeded onwards. Having reached the Thaniyyah, where they could not see him, he faced the Ka‘bah, raised both his hands, and supplicated saying: {Our Lord, I have settled some of my offspring in a barren valley... so that they may be grateful.} [Surat Ibrāhim: 37] Ishmael’s mother went on suckling him and drinking from the water which she had. When the water in the water-skin had all been used up, she became thirsty as well as her child. She started looking at Ishmael, tossing in agony. She left him, for she could not endure looking at him, and found that Mount Safa was the nearest mountain to her on that land. She stood on it and started looking at the valley keenly so that she might see somebody, but she could not see anybody. Then, she descended from Safa. When she reached the valley, she tucked up her robe and ran in the valley like a person in distress and trouble till she crossed the valley and reached Mount Marwah, where she stood and started looking, expecting to see somebody; but she could not see anybody. She repeated that seven times. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘This is the source of the tradition of Sa‘y (between Safa and Marwah).’ When she reached Marwah (for the last time), she heard a voice and she exclaimed: ‘Sah (silencing herself)’ and listened attentively. She heard the voice again and said: ‘O You who have made me hear your voice; do you have any succor for me?’ And behold! She saw an angel at the place of Zamzam, digging the earth with his heel (or with his wing), till water flowed out from that place. She started to make something like a basin around it, using her hands in this way and began to fill her water-skin with water with her hands. The water was flowing out until she had scooped some of it. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘May Allah bestow mercy upon Ishmael’s mother! Had she left Zamzam flow without trying to control it while filling her water-skin, Zamzam would have been a stream flowing on the surface of the earth.’ Then, she drank and suckled her child. The angel said to her: ‘Do not be afraid of being neglected, for this is the site on which the House of Allah will be built by this boy and his father, and Allah will never neglect His people.’ The House of Allah at that time was on a high place resembling a hillock, and whenever torrent came, it would flow to its right and left. She continued living in that way till some people from the tribe of Jurhum passed by her and her child. As they were coming from the way of Kadā’, in the lower part of Makkah where they saw a bird that had a habit of flying around water and not leaving it. They said: ‘This bird must be flying over water, though we know that there is no water in this valley.’ They sent one or two messengers who discovered the source of water, and returned to inform them. So, they all came towards the water. Ishmael’s mother was sitting near the water. They asked her: ‘Would you allow us to stay with you?’ She replied: ‘Yes, but you will have no right to possess the water.’ They agreed to that. Ishmael’s mother was pleased with the whole situation as she used to love the company of people. So, they settled there, and later on they sent for their families who came and settled there with them. The child grew up and learned Arabic from them. They loved and admired him as he grew up. When he reached the age of puberty, they gave him one of their daughters in marriage. After Ishmael’s mother had died, Abraham came after Ishmael’s marriage in order to see his family that he had left before, but he did not find Ishmael there. When he asked Ishmael’s wife about him, she replied: ‘He has gone in search of our livelihood - another narration reads: hunting for us.’ Then, he asked her about their way of living and their condition, and she replied complaining to him: ‘We are living in hardship, misery, and destitution.’ He said: ‘When your husband returns, convey my salutations to him and tell him to change the threshold of his house’s door.’ When Ishmael came, he seemed to have perceived something unusual. He asked his wife: ‘Did anyone visit you?’ She replied: ‘Yes, an old man of such-and-such description came and asked me about you, and he asked about our state of living, and I told him that we are living in hardship and poverty.’ Thereupon, Ishmael said: ‘Did he advise you anything?’ She replied: ‘Yes, he told me to convey his salutations to you and to tell you to change the threshold of your door.’ Ishmael said: ‘That was my father, and he has ordered me to divorce you. Go back to your family.’ So, Ishmael divorced her and married another woman from amongst them (Jurhum). Then, Abraham stayed away from them for as long as Allah wished, and called on them again but did not find Ishmael. So, he came to Ishmael’s wife and asked her about him. She said: ‘He has gone in search of our livelihood.’ Abraham asked her about their sustenance and living: ‘How are you getting on?’ She replied: ‘We are prosperous and well-off.’ Then, she praised Allah Almighty. Abrahm asked: ‘What kind of food do you eat?’ She said: ‘Meat.’ He said: ‘What do you drink?’ She said: ‘Water.’ He said: ‘O Allah, bless their meat and water.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) added: ‘At that time they did not have grain, and if they had grain, he would have also invoked Allah to bless it.’ If somebody has only these two things as his sustenance, his health and disposition will be badly affected because these things do not suit him unless he lives in Makkah.”

60/1867- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang membawa Ibunda Nabi Ismail bersama putranya, Ismail, ketika dia masih menyusuinya, hingga Ibrahim menempatkannnya di Baitullah, di bawah sebuah pohon besar, di atas Sumur Zamzam, di bagian atas Masjidilharam. Pada saat itu, di Mekah tidak ada manusia seorang pun dan tidak ada air. Ibrahim meninggalkan keduanya di sana dan meletakkan sebuah wadah yang berisi kurma dan kantong dari kulit yang berisi air. Kemudian Nabi Ibrahim melangkah pergi, lalu Ibunda Nabi Ismail menyusulnya seraya bertanya, 'Wahai Ibrahim! Ke mana engkau akan pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah ini yang tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada sesuatu pun?' Ibunda Nabi Ismail terus-menerus menanyakan hal itu, dan Nabi Ibrahim tidak menoleh kepadanya. Maka Ibunda Nabi Ismail bertanya kembali, 'Apakah Allah menyuruhmu melakukan ini?' Nabi Ibrahim menjawab, 'Ya.' Ibunda Nabi Ismail pun berucap, 'Kalau memang demikian, Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.' Selanjutnya Ibunda Nabi Ismail pun kembali. Nabi Ibrahim pun terus berjalan, hingga ketika sampai di sebuah bukit yang mereka tidak melihatnya, dia menghadapkan wajahnya ke Baitullah, lalu berdoa dengan beberapa doa, seraya mengangkat kedua tangannya, dia mengatakan, Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman... sampai firman-Nya: mudah-mudahan mereka bersyukur.' Lalu Ibunda Nabi Ismail menyusui Ismail dan minum dari air tersebut. Ketika air di dalam kantong itu sudah habis, dia pun merasa kehausan, demikian pula putranya, dan dia melihat putranya berguling-guling kehausan di atas tanah. Kemudian dia pergi karena tidak tega melihatnya. Dia menemukan Safa adalah gunung yang paling dekat dengannya, maka dia pun naik ke atasnya kemudian menghadap ke lembah sambil melihat-lihat; barangkali dia akan melihat seseorang? Tetapi dia tidak melihat seorang pun. Setelah itu dia turun dari Safa, hingga ketika sampai di perut lembah, dia mengangkat ujung bajunya dan berjalan dengan cepat seperti orang yang kelelahan sampai dia melewati lembah tersebut. Lalu dia naik menuju Marwa dan berdiri di atasnya sembari melihat-lihat, barangkali dia akan melihat seseorang? Tetapi dia tidak melihat seorang pun. Hingga dia melakukan hal itu sebanyak tujuh kali." Ibnu ‘Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Itulah asal muasal sai yang dilakukan oleh orang-orang di antara keduanya (Safa dan Marwa).' Ketika Ibunda Nabi Ismail berada di atas Marwa, dia mendengar sebuah suara. Dia pun berkata, 'Diam.' Dia memaksudkannya untuk dirinya sendiri. Kemudian dia berusaha untuk mendengarnya sampai dia mendengarnya sekali lagi. Dia berkata, 'Aku telah mendengar suaramu. Bila engkau dapat menolong, (maka tolonglah aku)!' Tiba-tiba dia mendapatkan ada malaikat di lokasi air Zamzam yang sedang menggali tanah dengan tumitnya -dalam riwayat lain dengan sayapnya-, sampai muncullah air. Selanjutnya Ibunda Nabi Ismail membendung air dengan tangannya seperti ini. Dia lantas menciduk dan memasukkan air itu ke kantongnya. Air itu terus keluar dengan deras setelah dia menciduknya -dalam sebuah riwayat, sebanyak yang dia ciduk-." Ibnu ‘Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Ibunda Ismail. Jika saja dia membiarkan Zamzam -atau beliau bersabda, 'Seandainya dia tidak menciduk airnya-, niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir '." Lebih lanjut Ibnu ‘Abbās mengatakan, "Kemudian Ibunda Nabi Ismail minum dan menyusui anaknya. Lalu malaikat itu berkata kepadanya, 'Janganlah engkau khawatir akan ditelantarkan, karena di tempat ini terdapat Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini dan bapaknya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menelantarkan orang-orang dekat-Nya.' Lokasi Baitullah lebih tinggi dari permukaan bumi, seperti sebuah anak bukit yang banjir datang lalu lewat di kanan dan kirinya. Kondisi Ibunda Nabi Ismail tetap demikian, sampai sekolompok orang dari Bani Jurhum -atau sebuah keluarga dari kalangan Bani Jurhum- lewat, mereka datang dari jalur Kadā`, lalu singgah di daerah bawah Mekah. Tiba-tiba mereka melihat seekor burung berputar-putar di angkasa. Mereka berkata, 'Burung itu pasti sedang mengitari air, padahal kita mengenal lembah ini tidak ada air.' Mereka pun mengutus satu atau dua orang utusan. Ternyata utusan itu menemukan air. Lalu mereka kembali dan memberitahukan perihal air tersebut kepada mereka. Mereka pun datang, sedangkan Ibunda Nabi Ismail ketika itu berada di dekat sumber air. Mereka pun bertanya kepadanya, 'Apakah engkau mengizinkan kami untuk ikut tinggal bersamamu?' Ibunda Nabi Ismail menjawab, 'Ya, tetapi kalian tidak berhak atas air ini.' Mereka pun menyahut, 'Baiklah'." Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- melanjutkan, “Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Maka Ibunda Ismail menerima hal itu, karena dia memang membutuhkan teman.' Selanjutnya mereka pun tinggal di sana lalu mengirim utusan kepada keluarga mereka supaya mereka datang dan ikut tinggal di sana bersama mereka. Hingga akhirnya mereka menjadi sekian keluarga. Sang anak pun beranjak dewasa lalu belajar Bahasa Arab pada mereka serta menjadi orang yang paling dihargai dan dikagumi di tengah-tengah mereka. Manakala Ismail telah dewasa, mereka menikahkannya dengan seorang wanita dari kalangan mereka. Kemudian Ibunda Ismail meninggal dunia. Ibrahim kemudian datang setelah Ismail menikah untuk melihat apa yang dulu ditinggalkannya. Tetapi Ibrahim tidak menemukan Ismail. Maka Ibrahim menanyakannya kepada istrinya, dia menjawab, 'Dia sedang pergi mencarikan kami nafkah -di sebagian riwayat: dia sedang keluar berburu untuk kami-.' Kemudian Ibrahim bertanya kepadanya tentang kehidupan dan keadaan mereka, dia menjawab, 'Kami dalam kondisi buruk. Kami hidup dalam kesempitan dan kesulitan.' Dia menyampaikan keluhannya kepadanya. Ibrahim berkata, 'Bila suamimu telah pulang, sampaikan salamku kepadanya. Sampaikan kepadanya agar dia mengubah palang pintu rumahnya.' Ketika Ismail datang, dia seperti merasakan sesuatu, dia berkata, 'Apakah ada seseorang yang datang menemuimu?' Dia menjawab, 'Ya. Telah datang seorang laki-laki yang sudah tua, begini dan begini. Dia menanyakanmu kepada kami lalu aku pun mengabarinya. Dia menanyakan bagaimana kehidupan kita. Aku mengabarinya bahwa kita hidup dalam kesusahan dan kesulitan.' Ismail bertanya, 'Apakah dia berpesan sesuatu kepadamu?' Dia menjawab, 'Ya. Dia memintaku untuk menyampaikan salamnya kepadamu. Dia berpesan agar engkau mengubah palang pintu rumahmu.' Ismail berkata, 'Itu adalah ayahku. Dia memerintahku untuk menceraikanmu. Karenanya, pulanglah ke keluargamu.' Ismail menceraikannya lalu menikah dengan wanita lain dari kalangan mereka. Beberapa lama Ibrahim tidak datang menjenguk mereka selama rentang waktu tertentu sebagaimana yang Allah kehendaki. Setelahnya Ibrahim datang menjenguk mereka, tetapi dia tidak menemukan Ismail. Maka dia datang menemui istrinya lalu menanyakannya. Dia menjawab, 'Dia sedang keluar mencarikan kami nafkah.' Ibrahim bertanya, 'Bagaimana keadaan kalian?' Dia juga menanyakan kehidupan dan keadaan mereka. Dia menjawab, 'Kami dalam keadaan baik dan berkecukupan.' Dia memuji Allah -Ta'ālā. Ibrahim bertanya, 'Apa makanan kalian?' Dia menjawab, 'Daging.' Ibrahim bertanya lagi, 'Lalu apa minuman kalian?' Dia menjawab, 'Air.' Kemudian Ibrahim berdoa, 'Ya Allah! Berkahilah mereka pada daging dan air.' Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, ‘Waktu itu mereka tidak memiliki biji-bijian. Seandainya mereka memilikinya, pastilah dia mendoakan keberkahan bagi mereka pada biji-bijian.'" Ibnu 'Abbās berkata, "Tidaklah seseorang di luar Mekah yang makanannya hanyalah daging dan air, kecuali keduanya tidak akan cocok dengannya."

en

Another narration reads: “Abraham came to Ishmael’s house and asked: ‘Where is Ishamel?’ Ishmael’s wife replied: ‘He has gone out hunting,’ and added: ‘Would you stay and have something to eat and drink?’ Abraham replied: ‘What is your food and what is your drink?’ She said: ‘Our food is meat and our drink is water.’ He said: ‘O Allah, bless their food and their drink.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Here is the blessing from Abraham’s supplication.’

Dalam riwayat lain disebutkan, "Ibrahim datang lalu bertanya, 'Ke mana Ismail?' Istrinya menjawab, 'Dia pergi untuk berburu.' Istrinya berkata, 'Tidakkah engkau singgah untuk makan dan minum?' Ibrahim bertanya, 'Apa makanan kalian? Dan apa minuman kalian?' Dia menjawab, 'Makanan kami daging. Sedangkan minuman kami air.' Ibrahim berdoa, 'Ya Allah! Berikanlah mereka keberkahan pada makanan dan minuman mereka.' Abul-Qāsim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Itulah keberkahan doa Ibrahim -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-.'

en

Then, Abraham said to Ishmael’s wife: ‘When your husband comes, give him my regards and tell him that he should keep firm his doorstep.’ When Ishmael came back, he asked his wife: ‘Did anyone visit you?’ She replied: ‘Yes, a good looking old man came to me.’ She praised him and added: ‘He asked about you, and I informed him, and he asked about our livelihood and I told him that we are in a good condition.’ Ishmael asked her: ‘Did he give you a piece of advice?’ She said: ‘Yes, he told me to convey his regards to you and ordered that you should keep firm your doorstep.’ Upon that, Ishmael said: ‘He is my father and you are the doorstep. He has ordered me to keep you with me.’ Then, Abraham stayed away from them for as long as Allah wished and called on them afterwards. He saw Ishmael under a tree, near Zamzam, sharpening his arrows. When he saw Abraham, he rose up to welcome him, and they greeted each other as a father does with his son and a son does with his father. Abraham said: ‘O Ishmael, Allah has given me an order.’ Ishmael said: ‘Do what your Lord has commanded you to do.’ Abraham asked: ‘Will you help me?’ Ishmael said: ‘I will help you.’ Abraham said: ‘Allah has ordered me to build a house here’, pointing to a hillock higher than the land surrounding it. Then, they raised the foundations of the House. Ishmael brought the stones and Abraham was building. When the walls became high, Ishmael brought this stone and placed it for Abraham who stood over it and carried on with building the House, while Ishamel was handing over the stones to him. Both of them prayed: ‘Our Lord, accept this from us, for You are the All-Hearing, the All-Knowing.’”

Ibrahim berkata, 'Bila suamimu telah pulang, sampaikan salamku kepadanya, dan sampaikan kepadanya supaya dia mempertahankan palang pintu rumahnya.' Ketika Ismail pulang, dia bertanya, 'Apakah ada seseorang yang datang menemui kalian?' Dia menjawab, 'Ya. Telah datang kepada kami seorang laki-laki tua yang berpenampilang sangat bagus, -istrinya memujinya-. Lalu dia menanyakanmu kepadaku, maka aku pun mengabarinya. Dia bertanya kepadaku tentang kehidupan kita, maka aku pun mengabarinya bahwa hidup kita baik.' Ismail bertanya, 'Apakah setelahnya dia berpesan sesuatu kepadamu?' Dia menjawab, 'Ya. Dia menyampaikan salam kepadamu, dan memintamu untuk mempertahankan palang pintu rumahmu.' Ismail berkata, 'Itu adalah bapakku, dan engkau adalah palang pintu tersebut. Dia memerintahkanku untuk mempertahankanmu. Setelah itu, beberapa waktu sebagaimana yang dikehendaki Allah, Ibrahim tidak datang mengunjungi mereka. Kemudian setelah itu dia datang sementara Ismail sedang meraut anak panahnya di bawah sebuah pohon besar tidak jauh dari lokasi Zamzam. Ketika melihatnya, Ismail berdiri menyambutnya lalu melakukan apa yang biasa dilakukan orang tua kepada anaknya dan seorang anak kepada orang tuanya. Ibrahim berkata, 'Wahai Ismail! Sesungguhnya Allah telah memerintahkan sesuatu kepadaku.' Dia berkata, 'Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu.' Ibrahim bertanya, 'Apakah engkau akan membantuku?' Dia menjawab, 'Ya. Aku akan membantumu.' Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku supaya aku membangun sebuah rumah (baitullah) di sini. Ibrahim menunjuk ke sebuah anak bukit yang lebih tinggi dari sekelilingnya. Maka ketika itu, keduanya meninggikan fondasi Baitullah. Lantas Ismail membawakan batu, sedangkan Ibrahim memasangnya. Sampai ketika bangunan itu telah tinggi, Ismail mengangkat batu ini lalu meletakkannya untuknya. Maka Ibrahim berdiri di atas ketika menyusunnya, sedangkan Ismail menyodorkan batu kepadanya. Keduanya sambil berdoa, 'Wahai Tuhan kami! Terimalah dari kami amalan ini, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'"

en

Another narration reads: “Abraham took Ishmael and his mother and went away. They had a water-skin with them containing some water. Ishmael’s mother used to drink from the water-skin so that her milk would increase for her child. When Abraham reached Makkah, he made her sit under a tree and afterwards returned home. Ishmael’s mother followed him, and when they reached Kadā’, she called him from behind: ‘O Abraham, to whom are you leaving us?’ He replied: ‘To Allah.’ She said: ‘I am satisfied to be with Allah.’ She returned to her place and started drinking water from the water-skin, and her milk increased for her child. When the water had all been used up, she said to herself: ‘I would better go and look so that I may see somebody.’ She ascended Mount Safa and looked, hoping to see somebody, but in vain. When she came down to the valley, she ran till she reached Mount Marwah. She ran to and fro many times. Then, she said to herself: ‘I would better go and check on the child.’ She went and found him on the verge of death. She could not bear to watch him dying and said to herself: ‘If I go and look, I may find somebody.’ She went and ascended Mount Safa and looked for a long while but could not find anybody. Thus, she completed seven rounds between Safa and Marwah. Again she said to herself: ‘I would better go back and check on the child.’ But suddenly she heard a voice, and she said to that strange voice: ‘Help us if you can offer any help.’ Lo! This was Gabriel (peace be upon him) who hit the earth with his heel like this, and so the water gushed forth. Ishmael’s mother was astonished and started digging...” to the rest of the Hadīth.

Dalam riwayat yang lainnya disebutkan, “Ibrahim keluar membawa Ismail dan Ibundanya dengan membawa sebuah kantong kulit berisi air. Ibunda Ismail senantiasa minum dari kantong tersebut sehingga air susunya tetap mengalir deras untuk bayinya hingga mereka sampai di Mekah. Ibrahim pun menempatkannya di bawah sebuah pohon besar. Kemudian Ibrahim pulang ke keluarganya. Maka Ibunda Ismail mengejarnya. Akhirnya ketika mereka sampai di Kadā`, Ibunda Ismail memanggilnya dari belakang, ‘Wahai Ibrahim! Kepada siapa engkau hendak menitipkan kami?’ Ibrahim menjawab, ‘Kepada Allah.’ Dia berkata, ‘Aku telah rida kepada Allah.’ Kemudian dia pun kembali. Ibunda Ismail seterusnya minum dari kantong tersebut dan air susunya pun mengalir deras kepada bayinya. Ketika air itu telah habis, Ibunda Ismail berkata, ‘Sekiranya aku mencoba pergi lalu melihat-lihat, barangkali aku akan menemukan seseorang.’” Ibnu ‘Abbās melanjutkan, “Maka Ibunda Ismail beranjak lalu naik ke atas Safa. Kemudian dia mencoba melihat dan terus melihat ke sekelilingnya, barangkali dia menemukan seseorang. Namun dia tidak menemukan siapa-siapa. Dia pun turun. Setelah sampai di lembah, dia berjalan dengan cepat, lalu naik ke atas Marwa. Dia melakukan hal itu beberapa kali putaran (bolak-balik). Kemudian Ibunda Ismail berkata, ‘Sekiranya aku mencoba kembali lalu melihat apa yang dikerjakan oleh si bayi.’ Dia pun segera pergi melihatnya. Ternyata dia tetap seperti keadaannya semula, sepertinya ia terengah-engah hampir mati kehausan. Maka hatinya pun tidak bisa tenang. Dia berkata, ‘Sekiranya aku mencoba pergi dan melihat-lihat, barangkali aku akan menemukan seseorang.' Maka dia pun pergi lagi, lalu naik ke atas Safa. Dia melihat dan terus melihat ke sekelilingnya. Namun dia tidak menemukan siapa-siapa. Sampai akhirnya dia berputar lengkap tujuh putaran. Ibunda Ismail berkata, ‘Sekiranya aku mencoba pergi lalu melihat apa yang dilakukan oleh bayiku.’ Tiba-tiba dia mendengar sebuah suara, maka dia berkata, ‘Bantulah bila engkau memiliki kebaikan.’ Ternyata suara itu adalah Jibril -'alaihis-salām- yang sedang melakukan dengan tumitnya seperti ini. Dia mengorek tanah dengan tumitnya. Lalu air terpancar sehingga Ibunda Ismail merasa kaget. Lantas dia menciduk air itu dengan kedua tangannya …” Lalu Ibnu ‘Abbās menyebutkan hadis tersebut selengkapnya.

en

[Narrated by Al-Bukhāri, with all these versions]

(HR. Bukhari dengan semua riwayat ini)

en

-- -- -- --

الدَوْحَةُ (ad-dauḥah): pohon yang besar. قَفَّىٰ (qaffā): ia pergi. الجَريّ (al-jariy): utusan. أَلفىٰ (alfā): ia mendapatkan. يَنْشَغُ (yansya'u): ia terengah-engah.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The House: The Ka‘bah.

البَيْتُ (al-bait): Baitullah, Kakbah.

en

Thaniyyah: A route within the mountain. It existed near Al-Hujūn area, Makkah.

الثَّنِيَّةُ (aṡ-ṡaniyyah): jalan di gunung, waktu itu jalan ini berada di kawasan Ḥajūn, di Mekah Mukarramah.

en

--

يَتَلَبَّطُ (yatalabbaṭ): ia berguling-guling di tanah.

en

--

غَوَاثٌ (gawāṡ/pertolongan): sama dengan "الغِيَاثُ" (al-giyāṡ), merupakan turunan dari kata "الإغاثة" (al-igāṡah).

en

--

الضَّيْعَةُ (aḍ-ḍai'ah): kebinasaan.

en

--

طَائِرًا عَائِفًا (ṭā`iran 'ā`ifan): burung yang terbang mengitari air, bolak-balik dan tidak meninggalkannya.

en

The doorstep in the Hadīth alludes to the wife, as she preserves the door and takes care of what is inside.

عَتَبَةَ بَابِهِ ('atabah bābihi/palang pintu rumahnya): perempuan diumpamakan sebagai palang pintu, karena dia menjaga pintu rumah serta melindungi apa yang ada di dalamnya.

en

--

يَبْرِيْ نَبْلًا (yabrī nablan): ia membaguskan anak panah sebelum dipasangi mata dan bulu.

en

--

شَنَّةٌ (syannah): kantong yang terbuat dari kulit tua.

en

--

غَمَزَ بِعَقِبِهِ (gamaza bi 'aqibihi): ia memukul dengan tumitnya.

en

--

اِنْبَثَقَ (inbaṡaqa): memancar.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The prophets (peace be upon them) would hasten to obey their Lord and would give precedence to their love for Him over their love for their children and wives and whatever they possessed.

1) Bersegeranya para nabi untuk menaati Rabb mereka serta mendahulukan apa yang dicintai-Nya di atas kecintaan anak, istri, dan budak mereka.

en

2) Whoever relies upon Allah, Allah will make him self-sufficient; and whoever entrusts his affairs to his Lord, He will take care of him. Hājar, Ishmael’s mother, was certain that Allah Almighty would not neglect her and her child. Nonetheless, she pursued every possible means while putting her trust fully in the Almighty Lord.

2) Siapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya, dan siapa yang menyerahkan urusannya kepada-Nya maka Dia akan menjaganya. Dahulu, Hajar, Ibunda Ismail sangat yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkannya dan juga anaknya, namun dia tetap melakukan sebab disertai bertawakal secara sempurna kepada Allah.

en

3) It is disliked to show discontentment with one’s living conditions; rather, one is recommended to give thanks to Allah Almighty in all circumstances.

3) Makruh mengeluhkan keadaan hidup, sebaliknya disunahkan bersyukur kepada Allah -Ta'ālā- pada semua keadaan.

en

4) A man is advised to marry a righteous and patient woman, who will be the best source of support in doing good.

4) Anjuran memilih istri yang saleh dan penyabar karena istri yang seperti itu adalah sebaik-baik penolong untuk melakukan ketaatan.

en

5) Hastening to show dutifulness to one’s parents and readily obeying their commands, provided no sin is involved.

5) Bersegera dalam berbakti kepada kedua orang tua dan melaksanakan permintaan mereka selama bukan pada maksiat.

en

1868/61 - Sa‘īd ibn Zayd (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Truffles are a form of manna, and its liquid is a cure for the eye.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

61/1868- Sa'īd bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Al-Kam`ah (sejenis cendawan) itu termasuk mann, airnya merupakan obat untuk mata." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Truffles: a plant that has no leaves or stem. It grows in the land without cultivation, and it looks like potatoes.

الْكَمْأَةُ (al-kam`ah, sejenis cendawan): tumbuhan yang tidak memiliki daun dan pohon, ditemukan di tanah yang tidak ditanami, mirip isi kentang.

en

Manna: the food that Allah Almighty sent down to the Children of Israel without any effort on their part; or the favors Allah bestows upon His servants.

المَنُّ (al-mann): makanan yang Allah -Ta'ālā- turunkan kepada Bani Israil tanpa mereka mengupayakannya, atau sesuatu yang Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is legitimate to seek medical treatment through various cures that Allah Almighty originally placed in some created beings.

1) Disyariatkan berobat menggunakan berbagai macam obat yang Allah -Ta'ālā- letakkan di dalam ciptaan alami makhluk.

en

2) The liquid of truffles is an effective cure for the eye, based on the Prophetic medicine.

2) Air cendawan adalah obat bagi mata, dan merupakan obat paling bagus untuk penyakit mata berdasarkan petunjuk pengobatan Nabi yang diberkahi.

en

A precious benefit:

Faedah Penting:

en

Allah Almighty has originally placed nutrition and cure in the manna plant. Yet, it may undergo something that removes this trait from it. What is the reason behind that?

Allah -Ta'ālā- telah menjadikan di awal penciptaan-Nya pada tumbuhan al-mann sumber makanan dan kesembuhan. Namun, ada kalanya ia terpapar sesuatu yang menghilangkan kegunaan dan khasiatnya itu. Lalu apa yang menjadi penyebabnya?!

en

In Zād al-Ma‘ād Fi Hady Khayr al-‘Ibād, the erudite scholar Ibn Al-Qayyim (may Allah have mercy upon him) said: “Someone may say: If this is how truffles are, then what about the harms they cause? How did they come to be like this? You should know that Allah Almighty perfected everything He has created. So, anything, when first created, is free from ills and defects and can perfectly serve the purpose for which it has been created. Yet, it may later experience some ills and defects for some reasons. If we study the world and how it began, we will know that all the bad things that happened to its air, plants, animals, and the conditions of its people did actually occur after the initial creation, due to certain reasons. Moreover, the behaviors of people and their disobedience to the messengers kept causing evils in their lives, personal and public, which in turn brought pains, diseases, plagues, famines, droughts, and the total or partial disappearance of blessing from the earth and its fruits, plants, and benefits. If you do not possess adequate knowledge about all these things, you can only heed the verse that says: {Corruption has appeared on land and sea because of what people’s hands have earned...} [Surat ar-Rūm: 41] The more people engage in wrongdoing and immorality, the greater ills and maladies Allah Almighty will cause to their food, fruits, air, water, bodies, appearances, shapes, and morals, as a result of their injustices and transgression. Wheat grains and the like used to be bigger in size than they are today, and they also had a greater blessing therein. Imam Ahmad Narrated that “a bundle was found in the storehouses of Banu Umayyah containing wheat grains whose size was that of date stones and whereon was written: This used to grow in the days of justice.” He related this story, in his Musnad, after narrating a certain Hadīth.

Al-'Allāmah Ibnul-Qayyim -raḥimahullāh- berkata dalam Zādul-Ma'ād fi Hadyi Khairil-'Ibād, "Bila engkau bertanya: Jika cendawan itu begini keadaannya, lalu mengapa ada tersimpan bahaya di dalamnya? Dari mana bahaya itu datang kepadanya? Ketahuilah! Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah membuat segala sesuatu dengan sempurna serta menciptakan semuanya dengan sangat bagus. Segala sesuatu ketika awal diciptakan bebas dari keburukan dan penyakit, bermanfaat sempurna untuk sesuatu yang ia disiapkan dan diciptakan untuknya. Namun kemudian ia terpapar keburukan setelah itu dengan faktor-faktor dari luar ... Orang yang mengerti tentang kondisi alam dan permulaannya mengetahui bahwa semua kerusakan di udara, tumbuhan, hewan, dan keadaan penghuninya adalah terjadi setelah ia diciptakan dengan sebab-sebab yang menuntut keberadaannya. Perbuatan manusia dan penyelisihan mereka kepada para rasul senantiasa menciptakan bagi mereka kerusakan yang umum maupun yang khusus, sesuatu yang mendatangkan pada mereka berbagai macam penyakit dan wabah, kekeringan dan kemarau, dicabutnya keberkahan bumi, buah-buahannya, dan tumbuh-tumbuhannya, serta dicabutnya manfaat-manfaatnya atau dikurangi, semua itu adalah perkara yang datang beruntun silih berganti, sebagiannya mengikuti sebagian yang lain. Bila pengetahuanmu tidak mampu memahami hal ini, maka cukupkanlah dirimu dengan firman Allah -Ta'ālā-, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia ..." (QS. Ar-Rūm: 41) Setiap kali manusia mengadakan kezaliman atau kejahatan, Rabb mereka Yang Mahamulia dan Mahatinggi memunculkan bagi mereka berbagai macam mudarat dan penyakit pada makanan, buah-buahan, udara, air, badan, fisik, rupa, bentuk, dan perilaku mereka; yaitu berupa keburukan dan penyakit-penyakit yang merupakan dampak dari perbuatan manusia serta kezaliman dan kejahatan mereka. Dahulu, bijian-bijian seperti gandum dan lainnya jauh lebih besar daripada yang sekarang, sebagaimana keberkahannya dahulu jauh lebih banyak. Imam Ahmad telah telah meriwayatkan dengan sanadnya, "Bahwa ditemukan di perbendaharaan sebagian Bani Umayyah satu buah pundi berisi gandum sebesar biji kurma, ditulis di atasnya, 'Begini yang tumbuh pada hari-hari keadilan.'" Kisah ini beliau bawakan di dalam Musnadnya setelah hadis yang beliau riwayatkan ...

en

Allah Almighty has made it a rule that righteous or wicked deeds lead to similar consequences in this world. For example, when Zakah and charity are withheld, rain is withheld too, leading to drought and famines. Likewise, when people wrong the poor and needy, those who weigh or measure act dishonestly, and the strong transgress against the weak, this is a reason for them to have unjust, merciless, and callous rulers. Such rulers are indeed the outcome and reflection of the actions of their subjects. Out of His wisdom and justice, Allah Almighty exhibits for people their actions in suitable molds and forms. Verily, Allah executes His will and none can change His ruling or repel His command.”

Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah menjadikan perbuatan orang yang baik dan yang jahat memiliki dampak di alam ini. Yaitu Allah menjadikan perbuatan menahan kebaikan, zakat, dan sedekah sebagai sebab ditahannya hujan dari langit, serta sebab adanya kemarau dan kekeringan. Juga Allah menjadikan kezaliman terhadap orang miskin, mengurangi takaran dan timbangan, dan kezaliman orang yang kuat atas yang lemah sebagai sebab lahirnya kezaliman para raja dan penguasa yang tidak akan mengasihi walaupun dimintai kasih dan tidak akan iba sekalipun dimintai iba. Tindakan para penguasa itu pada hakikatnya adalah perilaku rakyat yang tampak pada potret penguasa mereka ... Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dengan hikmah dan keadilan-Nya memperlihatkan bagi manusia perbuatan mereka pada rupa dan potret yang tepat ... Mahatinggi perintah Allah, tidak ada yang dapat membantah keputusan-Nya maupun menolak perintah-Nya. Wabillāhit-Taufīq.