Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

34. Chapter on enjoining good treatment to women

34- BAB WASIAT TERHADAP WANITA

en

Allah Almighty says: {and treat them kindly} [Surat an-Nisā’: 19] Allah Almighty also says: {You will never be able to maintain absolute justice between your wives, no matter how keen you are. So do not completely incline to one leaving the other in suspense. If you do what is right and fear Allah, Allah is surely All-Forgiving, Most Merciful.} [Surat an-Nisā’: 129]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut." (QS. An-Nisā`: 19) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisā`: 129)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Husbands are urged to treat women gently and live with them in a way that is best; a husband should not seek to get his rights in full because fulfilling his rights in full by the wife is unachievable, just as it is not within his ability to fulfill her rights upon him perfectly.

1) Anjuran kepada para suami agar bersikap lembut kepada para wanita serta bergaul dengan mereka menurut cara yang terbaik; yaitu agar suami tidak menuntut haknya secara sempurna, karena hal itu tidak akan mungkin diberikan oleh perempuan secara sempurna, sebagaimana dia pun tidak akan mampu menunaikan kewajibannya secara sempurna.

en

2) The Shariah-enjoined treatment is that which conforms to custom, i.e. what is commonly known and accepted by average people.

2) Batasan cara bergaul yang disyariatkan adalah menurut yang makruf, yaitu yang biasa dikenal di tengah-tengah budaya masyarakat.

en

273/1- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Treat women kindly, for the woman was created from a rib, and the most crooked part of the rib is its uppermost part. If you try to straighten it, you will break it; and if you leave it, it will remain crooked, so treat women kindly.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/273- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Laksanakanlah wasiatku kepada kalian agar berbuat baik kepada para wanita, karena seorang wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya; jika engkau berusaha meluruskannya sempurna, maka kamu akan mematahkannya, dan jika engkau biarkan saja, maka ia tetap bengkok. Oleh sebab itu, berbuat baiklah kalian kepada para wanita." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Another narration by Al-Bukhāri and Muslim reads: “A woman is like a rib, if you attempt to straighten it, you will break it; and if you enjoy her company, you will do so while crookedness remains in her.”

Dalam riwayat lain dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain: "Wanita itu bagaikan tulang rusuk, bila kamu memaksa untuk meluruskannya, niscaya kamu akan mematahkannya. Dan jika kamu bermesraan dan menurutinya, maka kamu dapat bermesraan namun padanya terdapat kebengkokan."

en

In a version narrated by Muslim: “The woman was created from a rib and she will never be straightened for you; so if you want to enjoy her company, you will do so while crookedness remains in her. If you attempt to straighten her, you will break her, and breaking her is divorcing her.”

Dalam riwayat Muslim lainnya: "Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk; dia tidak akan lurus kepadamu di atas satu jalan. Jika kamu bermesraan dengannya, maka kamu dapat bermesraan namun padanya ada kebengkokan. Jika kamu memaksa untuk meluruskannya sempurna, niscaya kamu akan mematahkannya. Mematahkannya adalah menceraikannya."

en

--

Kalimat "عَوَجٌ" ('awaj), dengan memfatahkan huruf "'ain" dan "wāw".

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ: terimalah wasiat yang aku wasiatkan kalian terkait para wanita.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) An instruction from the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) for men to live with their wives in kindness. A husband should take what his wife offers willingly and easily.

1) Arahan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar seorang laki-laki bergaul secara baik dengan keluarganya, yaitu agar suami bersikap memaafkannya dan memberinya kemudahan.

en

2) If you dislike some of your wife’s manners, you surely like some other manners, so let the latter make up for the former, and keep on showing patience and giving advice until matters are set right.

2) Bila ada satu perilaku yang Anda tidak sukai dari istri Anda, masih ada perilaku lain yang Anda ridai darinya. Maka, bandingkan antara kebaikan dan keburukannya, disertai sikap sabar dan pemberian arahan padanya, hingga urusan menjadi baik.

en

3) The Lawgiver (Allah Almighty) is careful to maintain marital affection and provide all that reinforces it, by encouraging pardon and forgiveness and constant giving of advice.

3) Upaya syariat untuk mempertahankan kasih sayang di antara suami istri serta mewujudkan semua yang akan memperkuatnya dengan menganjurkan sifat memaafkan dan lapang dada disertai nasihat yang terus-menerus.

en

274/2- ‘Abdullah ibn Zam‘ah (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) delivering a speech where he mentioned the she-camel (of Prophet Sālih) and the one who slaughtered it wrongfully. He (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “{When the most wretched among them rose [to kill the camel].} A wicked man of authority and power within his people rose to kill it.” Then he mentioned women, and said as he offered them admonition concerning them: “Some of you would whip your wife as if she were a slave and then he might have intercourse with her at the end of the day.” Then he gave them admonition regarding their laughter at farting, saying: “Why should one of you laugh at what he does?” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/274- Abdulllah bin Zam'ah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa ia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkhotbah dan menyebutkan unta (Nabi Ṣāliḥ) dan orang yang menyembelihnya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat (artinya): "... ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka." (QS. Asy-Syams: 12) Beliau menjelaskan, "Yaitu seorang laki-laki yang perkasa, yang jahat dan merusak serta dilindungi oleh kaumnya." Kemudian beliau menyebut kaum wanita, lalu memberi nasihat yang terkait dengan mereka. Beliau bersabda, "Salah seorang dari kalian marah lalu mendera istrinya seperti mendera budak, padahal boleh jadi ia menggaulinya di penghujung hari itu." Kemudian beliau menasihati mereka terkait tawa mereka karena kentut, beliau bersabda, "Mengapa salah seorang kalian menertawakan apa yang ia (sendiri juga) melakukannya?" (Muttafaq ‘Alaih)

en

-- --

الْعَارِمُ (al-'ārim), dengan "'ain", kemudian "rā`", yaitu: orang yang jahat dan merusak. انْبَعَثَ (inba'aṡa): bangkit dengan cepat.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

جَلْدَ الْعَبْدِ (jaldal-'abdi): yakni dia mendera istrinya seakan-akan budak yang tertawan.

en

--

يُضَاجِعُهَا (yuḍāji'uhā): menggauli istrinya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Marital happiness is based upon love and affection.

1) Kebahagiaan rumah tangga antara laki-laki dan istrinya dibangun di atas cinta dan keramahan.

en

2) Although the Shariah permits a man to beat his wife, such beating is meant only for discipline and admonition, not for punishment and humiliation.

2) Walaupun syariat membolehkan laki-laki memukul istrinya, tetapi itu adalah pukulan dengan tujuan mendidik dan menasihati, bukan sebagai hukuman dan penyiksaan.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The sermons of the Messengers of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) were of two types: regular sermons and occasional sermons.

Khotbah Rasulullah -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- memiliki dua jenis: khotbah rutin dan khotbah situasional.

en

Regular sermons are like the sermons delivered on Friday, the two days of ‘Eid, Istisqā’ (prayer offered to invoke Allah for rain at the time of drought), Kusoof (prayer offered when there is an eclipse) and the like.

- Khotbah yang rutin seperti khotbah salat Jumat, salat Idain, salat dua hari raya, salat Kusuf, dan semisalnya.

en

Occasional sermons are those offered when an occasion arises that warrants delivering a sermon, so the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) would get up and deliver a sermon to people in order to instruct them and give them guidance on the situation.

- Khotbah situasional adalah yang memiliki sebab secara tiba-tiba, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri dan berkhotbah menasihati para sahabat dan memberikan mereka penjelasan.

en

275/3- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Let not a believing man hate a believing woman. If he dislikes one of her characteristics, he will be pleased with another.” [Narrated by Muslim]

3/275- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah seorang laki-laki mukmin itu membenci seorang mukminah! Sebab, jika ia tidak senang satu perangai wanita itu, tentunya ia menyukai perangai lainnya." Atau beliau bersabda, "selainnya." (HR. Muslim)

en

--

Kata يَفْرَك (yafraku), yaitu dengan memfatahkan "yā`", kemudian "fā`" yang sukun, setelahnya "rā`" yang fatah, artinya: membenci. Dikatakan, "Farakat al-mar`ah zaujahā, wa farikahā zaujuhā -dengan mengkasrahkan "rā`"-, yafrakuhā -dengan harakat fatah-, artinya: membencinya. Wallāhu a'lam.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One has to adopt justice and fairness, so when your wife offends you, do not focus on the current offense, but recall the past with its kind company, as this urges the husband to pardon and forgive.

1) Seorang hamba harus menjadi pengambil keputusan yang adil. Jika istri Anda berbuat buruk, maka janganlah melihat keburukan yang dilakukannya waktu sekarang. Tetapi lihatlah ke waktu yang telah lalu yang dihiasi dengan interaksi yang bagus; karena ini akan membawa suami untuk berlapang dada dan memaafkan.

en

2) The Shariah calls for justice, and to observe justice in the marital life one has to weigh good and bad behaviors and see which of them has more impact on their life, then let him base his judgment according to it.

2) Syariat mengajak kepada sikap adil; sikap adil dalam kehidupan rumah tangga adalah dengan menimbang antara kebaikan dan keburukan, serta melihat mana yang lebih banyak terjadi lalu mengambil yang paling sering dan yang besar pengaruhnya.

en

3) The guidelines the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) set for dealing with women should also be followed in dealing with others, like friends and the like.

3) Apa yang disebutkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalam muamalah bersama istri juga berlaku untuk orang lain yang Anda memiliki hubungan interaksi, pertemanan, atau lainnya dengannya.

en

276/4- ‘Amr ibn al-Ahwas al-Jushami (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say in the Farewell Hajj, after he praised Allah Almighty and extolled Him, and gave reminder and admonition to the people: “Treat women kindly, for they are like captives with you; you have no right to treat them otherwise. If they are guilty of manifest immorality, then do not share their beds and beat them lightly. If they return to obedience, then do not take further action against them. You have rights over your wives and they have rights over you. Your right is that they do not permit anyone you dislike to sit on your bedding or enter your home, and their right is that you treat them well with regard to their food and clothing.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

4/276- 'Amr bin Al-Aḥwaṣ Al-Jusyamiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa dia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda ketika haji wadak setelah sebelumnya beliau memuji dan menyanjung Allah -Ta'ālā- serta memberi peringatan dan nasihat, "Ingatlah! Berbuat baiklah kalian terhadap wanita, karena mereka adalah tawanan kalian. Kalian tidak berhak atas mereka lebih dari itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Jika mereka melakukannya, jauhilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Jika kemudian mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Ingatlah! Kalian memiliki hak atas istri kalian dan istri kalian memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas istri kalian ialah dia tidak boleh memasukkan orang yang kalian benci ke tempat tidur kalian dan tidak boleh memasukan seseorang yang kalian benci ke dalam rumah kalian. Ingatlah! Hak istri kalian atas kalian ialah kalian berbuat baik kepada mereka dalam (memberikan) pakaian dan makanan (kepada) mereka." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")

en

--

Ucapan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "عَوَان" ('awānun), yaitu tawanan wanita. Ia merupakan bentuk jamak dari kata "عَانِيَةٍ" ('āniyah), artinya wanita yang ditawan. Sedangkan "الْعَانِي" (al-'ānī), artinya: laki-laki yang ditawan.

en

The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) likened the situation of a woman being under the authority of her husband to the situation of a captive. Do not have recourse to anything else against them: i.e. do not seek a way to argue against them and hurt them thereby, and Allah knows best.

Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengumpamakan perempuan yang masuk di bawah kekuasaan seorang suami seperti orang yang ditawan. Sedangkan (الضَّرْبُ المُبَرحُّ) atau pukulan yang melukai, yaitu pukulan yang berat dan keras. Sabda Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam: فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبيلاً, (maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya) maksudnya: janganlah kalian mencari-cari celah untuk dijadikan sebagai alasan untuk menyakiti mereka. Wallāhu a'lam.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Indecency here refers to the wife’s disobedience to her husband as evidenced by the statement of Allah Almighty mentioned thereafter: {Then if they obey you, do not take further action against them. Indeed, Allah is Most High, All-Great.}

الفَاحِشَةُ (al-fāḥisyah: perbuatan keji), maksudnya di sini adalah kedurhakaan istri kepada suaminya. Berdasarkan firman Allah -Ta'ālā- setelah itu: "Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi lagi Mahabesar."

en

They do not permit anyone you dislike to sit on your bedding: they do not host or give hospitality to someone you hate.

Sabda beliau: "Tidak boleh memasukkan orang yang kalian benci ke tempat tidur kalian", maksudnya: janganlah mereka memuliakan orang yang kalian benci.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A woman should not allow anyone to enter her bedroom if her husband dislikes that, nor should she show hospitality to those whom he dislikes, nor receive in her house those whom he dislikes. All these are from the rights her husband has over her.

1) Seorang perempuan tidak boleh membawa orang lain masuk ke tempat tidur sementara suaminya tidak suka hal itu. Juga tidak boleh memuliakan siapa yang dia tidak sukai, dan tidak memberi izin ke rumahnya orang yang tidak dia senangi. Ini semua adalah hak suami yang wajib ditunaikan istri.

en

2) A husband should provide for his wife even if she is rich, because he is granted the right of being in charge of her in return for spending on her from what Allah Almighty has provided him with.

2) Suami adalah yang memberi nafkah kepada istrinya, sekalipun istrinya kaya. Karena suami memiliki hak kepemimpinan rumah tangga disebabkan adanya nafkah yang dia berikan dari rezeki Allah -Ta'ālā-.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The levels of disciplining the wife are mentioned in the verse where Allah Almighty says: {As for those women on whose part you fear rebellion, [first] admonish them, [next] forsake them in bed, and [last] hit them [gently]} Hence, they are three levels:

Tahapan menasihati perempuan disebutkan oleh Allah -Ta'ālā- dalam firman-Nya: "Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan melakukan nusyūz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka." Yaitu tiga tahapan:

en

1) That he gives her advice in a good manner. If she does not respond to the advice, he moves to the second level.

1) Menasihatinya dengan baik; bila dia tidak menerima, maka silakan berpindah ke tahapan kedua.

en

2) That he forsakes her in bed, but he does not leave the bed. Forsaking means that he turns his back to her or does not talk to her. Those who understand that it means to just leave their sleeping place are wrong in their understanding. If this method does not work, he moves to the third level.

2) Memboikotnya di tempat tidur tanpa meninggalkan tempat tidur; yaitu dengan tidur membelakanginya atau tidak berbicara dengannya. Adapun mereka yang memahami agar suami meninggalkan tempat tidur saja, maka dia telah salah paham. Bila metode ini tidak berhasil, silakan berpindah ke tahapan ketiga.

en

3) That he beats her lightly, without harming her, if she persists in her disobedience.

3) Memukulnya dengan pukulan yang tidak melukai bila dia tetap durhaka.

en

277/5- Mu‘āwiyah ibn Haydah (may Allah be pleased with him) reported that he said to Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him): “O Messenger of Allah, what is the right the wife of one of us over him?” He said: “That you feed her when you feed yourself and clothe her when you clothe yourself, and you do not strike her on the face or revile her (by saying: ‘may Allah make your face ugly’), and you do not forsake her except inside the house.” [Hasan (sound) Hadīth narrated by Abu Dāwūd]

5/277- Mu'āwiyah bin Ḥaidah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku bertanya, "Ya Rasulullah! Apa hak istri yang harus kami tunaikan?" Beliau bersabda, "Hendaknya engkau memberinya makan ketika engkau makan, memberinya pakaian ketika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak mencela, dan tidak melakukan pengucilan terhadapnya kecuali di dalam rumah." (Hadis hasan riwayat Abu Daud). Abu Daud berkata, "Makna 'tidak mencela' yaitu, jangan mengatakan, 'semoga Allah menjelekkanmu.'"

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A husband is obligated to spend on his wife as he spends on himself. Providing for the wife is a due right of hers upon the husband.

1) Suami wajib memberi nafkah kepada istrinya sebagaimana dia menafkahi dirinya sendiri, sebab nafkah terhadapnya adalah hak yang wajib ditunaikan oleh suami.

en

2) The face is excluded from the permissible mild striking, because the face is the most honored part of the body. It is impermissible under the Shariah to strike the face.

2) Boleh memukul dengan pukulan yang tidak melukai, tidak boleh diarahkan ke muka, karena muka adalah bagian paling terhormat pada manusia, dan syariat telah melarang memukul muka.

en

3) It is forbidden to offend the wife physically or morally, such as taunting her for a physical defect in her, or telling her that she comes from a bad family, and the like.

3) Larangan melakukan celaan yang bersifat fisik serta maknawi terhadap istri, seperti mencelanya dengan aib fisiknya atau mengatakan: kamu berasal dari keluarga buruk atau lainnya.

en

04) Forsaking should be done at home only; he should not forsake her in public or make that noticed by people. Wisdom dictates that marital affairs should be concealed, so that when they reconcile with each other, everything goes back to normal without anyone knowing about the problem they had. Such is the state of the successful Muslim family.

4) Boikot (pengucilan) terhadap istri terbatas dilakukan di rumah; artinya, Anda tidak mengucilkannya secara terang-terangan dan tidak menampakkan bahwa Anda sedang memboikotnya. Karena termasuk bijak bila urusan rumah tangga ditutupi, sehingga ketika mereka berdua (suami istri) telah berdamai maka segala sesuatu akan kembali seperti yang diinginkan, tanpa diketahui oleh orang lain. Beginilah seharusnya keadaan rumah tangga orang yang beriman dan mendapat taufik.

en

278/6- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The most perfect believers in terms of faith are the ones who have the most excellent manners, and the best of you are those who are best to their wives.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

6/278- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya." (HR. Tirmidzi dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Faith is of various degrees, as indicated in the verse where Allah Almighty says: {...and the believers may increase in faith} The more excellent one’s character is, the more it is indicative of the strength of his faith.

1) Iman bertingkat-tingkat dan tidak satu derajat, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-: "... agar orang yang beriman bertambah imannya." (QS. Al-Muddaṡṡir: 31) Semakin tinggi akhlak seorang hamba semakin menunjukkan kekuatan imannya.

en

2) The best among people are those who are best in treating their families.

2) Manusia yang terbaik adalah yang paling baik kepada keluarganya.

en

3) Relatives are the most deserving of favor. So, if one is to do good to others, then his family is the worthiest of receiving such good.

3) Orang-orang terdekat adalah yang paling berhak mendapat kebaikan, sehingga ketika Anda memiliki kebaikan maka hendaklah keluarga Anda adalah orang pertama yang mendapatkan manfaat kebaikan tersebut.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

One should be well-mannered with Allah Almighty and with His slaves. To be well-mannered with Allah Almighty is realized by accepting His Shariah, fully and willingly submitting to it with reassurance, and to be pleased with the predestination of Allah Almighty. Being well-mannered with people is to refrain from harming them, but treat them with generosity and show patience in the face of harm received from them.

Akhlak baik berlaku terhadap Allah dan terhadap hamba-hamba-Nya. Akhlak baik terhadap Allah -Ta'ālā- adalah dengan bersikap rida dan tunduk sepenuhnya kepada syariat-Nya serta rida dan bertawakal dengan ketetapan takdir Allah -'Azza wa Jalla-. Sedangkan akhlak baik terhadap sesama manusia adalah dengan memberi kebaikan, tidak menyakiti, dan bersabar ketika disakiti.

en

279/7- Iyās ibn ‘Abdullāh ibn Abi Dhubāb (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not beat women.” ‘Umar (may Allah be pleased with him) later came to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “The women have become very daring towards their husbands,” so he (may Allah’s peace and blessings be upon him) gave permission to beat them. Many women went to the wives of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) complaining of their husbands. So, he (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Many women have gone round Muhammad’s families complaining about their husbands. Those (husbands) are not the best of you.” [Narrated by Abu Dāwūd with an authentic Isnād]

7/279- Iyās bin Abdullāh bin Abi Żubāb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian memukul hamba-hamba perempuan Allah." Lalu Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Para wanita telah lancang kepada suami mereka." Maka Nabi pun mengizinkan mereka dipukul. Lalu berkumpullah banyak wanita kepada keluarga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengeluhkan suami mereka. Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh banyak wanita menemui keluarga Muhammad guna mengadukan apa yang telah dilakukan oleh suami mereka. Mereka (para suami itu) bukanlah orang terbaik di antara kalian." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

--

Kata "ذَئِرنَ" (ża`irna), dengan huruf "żāl" yang fatah, setelahnya "hamzah" yang berharakat kasrah, lalu "rā`" sukun, kemudian "nūn"; artinya lancang. Sedangkan "أَطَافَ" (aṭāfa), maksudnya: mengelilingi.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

إِمَاءُ اللَّه (imā`ullāh: hamba-hamba perempuan Allah), maksudnya: para wanita. Kata "amatullāh/imā`ullāh" (untuk wanita), seperti mengatakan "abdullāh/ibādullāh" (untuk laki-laki).

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should not beat his wife excessively. If there is a reason that entails beating her, he may do so, otherwise, he should not. Beating should be the last resort.

1) Seseorang tidak boleh berlebihan dalam memukul keluarganya. Hal itu diperbolehkan bila ada sebab yang mengharuskan memukul. Tetapi jika tidak, maka dia tidak boleh memukul. Sehingga memukul harusnya menjadi solusi terakhir.

en

2) Frequent beating of the wife is a sign of the lack of good in the husband because the best of people are those who are best to their wives.

2) Orang yang terbiasa memukul keluarganya menunjukkan dia kurang baik, karena orang terbaik adalah yang paling baik kepada istrinya.

en

280/8- ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “This world is but an enjoyment, and the best of its enjoyments is a righteous woman.” [Narrated by Muslim]

8/280- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dunia itu kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatannya adalah wanita salehah." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مَتَاعُ (matā'): sesuatu yang dinikmati, sebagaimana seorang musafir menikmati bekalnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) When a man is blessed with a wife whose religion and reason are sound, then this is the best of the worldly enjoyment.

1) Bila seorang hamba diberikan kemudahan untuk memiliki istri wanita yang baik dalam agama dan akalnya, maka ini adalah sebaik-baik kenikmatan dunia.

en

2) A righteous woman is the best provision that helps one have a safe journey to the Hereafter.

2) Wanita salehah adalah sebaik-baik bekal yang dapat mengantarkan seorang hamba ke akhiratnya.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

When Allah Almighty mentioned the blessings he bestowed upon His slave Zakariyya (Zachariah, peace be upon him), He said: {and We amended for him his wife} So, it is an indication of the slave’s good understanding of the religion that he seeks to reform his wife because reforming her is a reform to the whole family. This can be achieved by some matters including the following:

Manakala Allah -Ta'ālā- menyebutkan nikmat-Nya kepada hamba-Nya Zakaria -'alaihiṣ-ṣalātu was-sallām-, Dia berfirman, "... dan Kami jadikan istrinya salehah." (QS. Al-Anbiyā`: 90) Maka di antara kecerdasan seorang hamba adalah bila dia mengupayakan berbagai faktor untuk kesalehan istrinya, karena hal itu akan menjadikan seluruh anggota keluarganya baik. Hal itu dapat diwujudkan dengan beberapa hal, di antaranya:

en

1- That he himself adheres to obedience to Allah Almighty, for the husband’s righteousness is a reason for the wife’s righteousness.

1- Suami harus istikamah di atas ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, karena kesalehan suami menjadi sebab kesalehan istri.

en

The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Establish the prayer, give charity, perform Hajj and ‘Umrah, and be upright so that others would be upright by following your way.” [Narrated by Al-Tabarāni in his three Mu‘jams on the authority of Samurah]

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dirikanlah salat, tunaikan zakat, berhaji dan berumrahlah, dan berbuat istikamahlah niscaya akan terwujud keistikamahan dengan keistikamahanmu." (HR. Aṭ-Ṭabarāniy dalam ketiga Kitab Mu'jam-nya dari hadis Samurah)

en

2- That he educates her within an environment of servitude to Allah Almighty: {Whoever does righteous deeds, male or female, while being a believer, We will surely grant him a good life} [Surat al-Nahl: 97]

2- Mengajar dan mendidiknya di bawah naungan penghambaan kepada Allah -Ta'ālā-: "Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Naḥl: 97)

en

3- That he constantly asks Allah Almighty to mend his wife: {and those who say, “Our Lord, let our spouses and children be a source of joy for us} [Surat al-Furqān: 74]

3- Terus-menerus berdoa agar Allah menjadikan istrinya salehah: "Dan orang-orang yang berdoa, 'Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami).'" (QS. Al-Furqān: 74)

en

4- That he remains patient before temporary bad manners that his wife might show: {it may be that you dislike something which Allah has put much good in it.} [Surat an-Nisā’: 19]

4- Bersabar terhadap akhlak buruk yang kadang muncul dari istri: "Karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya." (QS. An-Nisā`: 19)

en

5- That he ensures that his earnings are lawful, for it is the means to blessings, goodness, success, and prosperity: {O messengers, eat from the lawful things and act righteously} [Sūrat al-Mu’minūn: 51]

5- Memperbaiki mata pencahariannya dan mengupayakan yang halal; hal ini akan menjadi sebab keberkahan dan kesalehan serta kemudahan dan keberuntungan: “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik, dan kerjakanlah kebajikan." (QS. Al-Mu`minūn: 51)