Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

37. Chapter on spending of what one loves and what is good

37- BAB MENGINFAKKAN HARTA YANG DICINTAI DAN YANG BAGUS

en

Allah Almighty says: {You will never attain righteousness until you spend in charity from what you love} [Surat Āl ‘Imrān: 92] Allah Almighty also says: {O you who believe, spend in charity from the good things you have earned and of what We have produced for you from the earth. Do not choose inferior things for charity} [Surat al-Baqarah: 267]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai." (QS. Āli 'Imrān: 92) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usaha kamu yang baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan." (QS. Al-Baqarah: 267)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) 'Sadaqah' (charity) is called as such because it indicates the 'Sidq' (truthfulness) of the one’s faith.

1) Sedekah dinamakan dengan sedekah/ṣadaqah (berasal dari kata "ṣidq" yang bermakna ketulusan), karena menunjukkan ketulusan iman seorang hamba.

en

2) Humans are disposed to reject to take what is bad, so how should one give (in charity) what is bad rather than what is good?!

2) Mengingatkan tabiat manusia, yaitu tidak rida mengambil yang jelek sebagai tukaran yang baik. Lalu bagaimana dia sendiri rela memberi yang jelek sebagai ganti yang baik?!

en

3) One should have high resolve in doing good deeds, so he should spend of the best of his property and of what he loves, since by doing this his self becomes pure and good.

3) Seorang hamba harus memiliki semangat yang tinggi dalam kebaikan, dengan menginfakkan hartanya yang paling baik dan yang dia cintai. Ketika itulah jiwanya akan suci dan tenteram.

en

297/1- Anas (may Allah be pleased with him) reported: “Abu Talhah (may Allah be pleased with him) was the richest among the Ansar of Madinah and possessed the largest property from palm-trees, and among his possessions that he loved most was (his garden known as) Bayrahā’ which was opposite the mosque. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) often visited it and drank from its fresh water.” Anas (may Allah be pleased with him) added: “When this verse was revealed: {You will never attain righteousness until you spend in charity from what you love}, Abu Talhah came to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said, ‘O Messenger of Allah, Allah Almighty has revealed to you: {You will never attain righteousness until you spend in charity from what you love}, and what I love most of my property is Bayrahā’, so I have given it as charity for Allah’s sake, and I anticipate its reward with Him; so spend it, O Messenger of Allah, as Allah guides you.’ Thereupon, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Well-done! That is a profitable deal! That is a profitable deal! I heard what you said, and I suggest that you give it to your nearest relatives.’ Abu Talhah then said, ‘I will do so, O Messenger of Allah,’ and he divided it among his relatives and paternal cousins.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/297- Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Abu Ṭalḥah -raḍiyallāhu 'anhu- adalah seorang kaum Ansar yang paling banyak kebun kurmanya di Madinah. Dahulu, kebun kurma yang paling dicintainya adalah kebun bernama Bairaḥā` yang berhadapan dengan Masjid Nabawi. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sering masuk ke kebun itu dan minum air bersih yang ada di dalamnya. Anas melanjutkan, Ketika turun ayat: "Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai." Abu Ṭalḥah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadamu, Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sehingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.' Sedangkan harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaḥā'. Kebun itu aku sedekahkan untuk Allah -Ta'ālā-. Aku mengharapkan kebajikan dan pahala dari Allah. Untuk itu, wahai Rasulullah, pergunakanlah dia sesuai yang Allah tunjukkan kepadamu!" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bagus. Itu adalah harta (yang mendatangkan) untung. Itu adalah harta (yang mendatangkan) untung. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku sarankan agar engkau membagikannya kepada kerabatmu!" Abu Ṭalḥah berkata, "Wahai Rasulullah! Aku akan melaksanakan petunjukmu." Selanjutnya Abu Ṭalḥah membagi-bagi kebun itu kepada kerabat dan sepupu-sepupunya. (Muttafaq ‘Alaih)

en

--

Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "مَالٌ رَابح" (māl rābiḥ), diriwayatkan dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain: "رَابحٌ" (rābiḥ), dan "رَايحٌ" (rāiḥ), yaitu dengan huruf "bā`", dan "yā`". "رَايحٌ" (rāiḥ) artinya: manfaatnya sampai kepadamu. Sedangkan "بَيْرَحَاءُ" (bairaḥā`) adalah nama kebun kurma. Diriwayatkan dengan mengkasrahkan "ba", dan juga memfatahkannya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مسْتَقْبلَةَ المَسْجِدِ (mustaqbalah al-masjid): di arah kiblat Masjid Nabawi.

en

--

ذُخرها (żukhruhā): pahalanya.

en

--

بَخٍ (bakhin): ungkapan yang dipakai untuk menyatakan kagum kepada sebuah perkara dan membesarkannya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) took the initiative and hastened to doing good deeds as they perceived the true weight of the worldly life and money, and that they are incomparable to what is with Allah Almighty of enduring reward.

1) Kesegeraan dan respon cepat para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- kepada kebaikan karena mereka mengetahui nilai dunia dan harta, bahwa keduanya tidak sebanding dengan pahala abadi yang ada di sisi Allah -Ta'ālā-.

en

2) Your true wealth is what you send forward, but what you withhold will either leave you or you will leave it. So, one should be keen to have provision that will help him on his way to Allah and the Hereafter.

2) Harta Anda yang sebenarnya adalah yang Anda infakkan dan sedekahkan; adapun harta yang Anda tahan maka akan hilang dari Anda atau Anda yang akan meninggalkannya. Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba berupaya keras supaya memiliki bekal yang akan mengantarkannya kepada Allah dan negeri akhirat.