Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

46. Chapter on the virtue of loving for Allah’s sake, urging it, and a man informing the one whom he loves of his love for him, and how the latter should respond.

46- BAB KEUTAMAAN DAN ANJURAN CINTA KARENA ALLAH, UCAPAN CINTA KEPADA ORANG YANG DICINTAI, DAN JAWABAN KEPADA ORANG YANG MENGUCAPKANNYA

en

Allah Almighty says: {Muhammad is the Messenger of Allah, and those who are with him are firm against the disbelievers and compassionate among themselves} [Surat al-Fat'h: 29] till the end of the Surah. Allah Almighty also says: {As for those who were settled in the city [of Madinah] and embraced Islam before them, they love those who migrated to them} [Surat al-Hashr: 9]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka." [(QS. Al-Fatḥ: 29, hingga akhir ayat) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka." (QS. Al-Ḥasyr: 9)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Mutual love among the believers is a sign of true faith and one of the implications of brotherhood for Allah’s sake.

1) Saling cinta di antara orang-orang beriman adalah tanda ketulusan iman dan konsekuensi persaudaraan karena Allah.

en

2) The most perfect of the believers in terms of faith are those who are most loved by others and most helpful to them.

2) Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling cinta kepada makhluk dan paling bermanfaat kepada hamba-hamba Allah -Ta'ālā-.

en

375/1- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There are three qualities whoever has them will taste the sweetness of faith: that Allah and His Messenger are more beloved to him than any other; that he loves a person only for the sake of Allah; and that he hates to return to disbelief after Allah has saved him from it just as he hates to be thrown into fire.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/375- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Ada tiga perkara, Siapa yang memilikinya niscaya dia merasakan manisnya iman. Yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lain, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Love for the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) is related to and stemming from love for Allah Almighty, since the Hadīth says: “Allah and His Messenger,” not “Allah then His Messenger”.

1) Cinta kepada Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengikuti dan sekaligus lahir dari cinta kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-, berdasarkan sabda Rasulullah dalam hadis di atas: "Allah dan Rasul-Nya", beliau tidak mengatakan: kemudian Rasul-Nya.

en

2) The sweetness of faith is relished when one enjoys doing acts of obedience and likes doing them, and prefers them over the inclinations of his soul.

2) Rasa manisnya iman adalah dengan merasakan nikmatnya ketaatan dan senang kepadanya serta mendahulukannya di atas hawa nafsu.

en

376/2- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Seven people Allah will give them His Shade on the Day when there will be no shade but His Shade (i.e. on the Day of Resurrection): They are: a just ruler; a youth who grew up worshiping Allah; a man whose heart is attached to the mosques, two men who love each other for the sake of Allah, they meet each other and depart from each other for His sake; a man whom an extremely beautiful woman tries to seduce but he (rejects this offer and) says: ‘I fear Allah’; a man who gives in charity and conceals it (to such an extent) that his left hand does not know what his right has given; and a man who remembers Allah in solitude and his eyes flow with tears.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/376- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tujuh golongan orang yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Yaitu: penguasa yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, orang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka bertemu dan berpisah karena Allah, orang yang diajak berzina oleh perempuan mulia nan cantik lalu dia mengatakan: aku takut kepada Allah, orang yang memberi sedekah dan dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya, dan orang yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian lalu mengucur air matanya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The word seven here does not literally mean that they are seven persons only, but it refers to seven categories of people, each category includes many people whose number is known to Allah Almighty alone.

سَبْعَةٌ (tujuh): bukan bermakna tujuh orang menurut hakikat bilangan, tetapi maksudnya tujuh golongan/kelompok; dari setiap golongan terdapat sejumlah orang yang tidak diketahui banyaknya kecuali oleh Allah -'Azza wa Jalla-.

en

--

الإِمَامُ (penguasa): orang yang mengurus berbagai urusan kaum muslimin.

en

They departed from each other for His sake: they were physically separated because of traveling or death.

تَفَرُّقًا عَلَيْهِ (berpisah karena Allah): yaitu berpisah badan karena suatu perjalanan atau kematian.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Nothing of this worldly affairs interrupts the love of those who love one another for the sake of Allah, and nothing separates them except death.

1) Orang-orang yang saling mencintai karena Allah, ikatan cinta mereka tidak akan diputuskan oleh urusan dunia dan tidak akan dipisahkan oleh kematian.

en

2) The true sense of loving someone for the sake of Allah is that such love should not be founded on a worldly interest, which once it ends or diminishes, love fades away.

2) Makna yang benar tentang cinta karena Allah adalah bahwa cinta tersebut tidak dibangun di atas kepentingan dunia yang apabila kepentingan tersebut hilang atau berkurang cinta juga menjadi hilang.

en

377/3- He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: Allah Almighty will say on the Day of Judgment: “Where are those who loved each other for My glory? Today, I will shelter them under My shade the day when there is no shade but My shade.” [Narrated by Muslim]

3/377- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- berfirman pada hari Kiamat, 'Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku ketika tidak ada naungan selain naungan-Ku'." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth highlights the virtue of loving one another for the sake of Allah and urges the believers to love one another for His sake.

1) Keutamaan mencintai karena Allah serta anjuran kepada orang-orang beriman supaya saling mencintai karena Allah -Ta'ālā-.

en

2) The reward is of the same kind as the deed, so whoever prefers love for Allah over his desires and offers acts of obedience diligently, Allah will favor him on the Day of Judgment and will shelter him under His shade.

2) Balasan sesuai jenis perbuatan; yaitu orang yang mengedepankan cinta kepada Allah di atas hawa nafsu serta dia lelah di dalam ketaatan, maka Allah -Ta'ālā- akan mengutamakannya pada naungan di hari Kiamat.

en

378/4- He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “By the One in Whose Hand my soul is, you will not enter Paradise until you believe, and you will not believe until you love one another. Shall I tell you of something that, if you do it, you will love one another? Spread the greeting of peace among yourselves.” [Narrated by Muslim]

4/378- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu, jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!" (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A person’s faith is not complete until he loves for his brother what he loves for himself of good things.

1) Tidak sempurna iman seorang hamba sampai dia mencintai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana yang dia cintai untuk dirinya.

en

2) One of the reasons for fostering love among Muslims is for a Muslim to offer the greeting of peace to his fellow Muslims often; he greets with it whoever he meets of Muslims, whether he knows them or not.

2) Di antara sebab saling mencintai adalah menghidupkan salam di tengah-tengah saudara seIslam, yaitu memberi salam kepada siapa pun yang dia jumpai di antara kaum muslimin, baik dia mengenalnya maupun tidak.

en

3) A Muslim should seek to pursue every means that generates affection and love among Muslims.

3) Wajib atas seorang hamba untuk mengerjakan semua faktor yang akan melahirkan cinta dan kasih sayang di antara kaum muslimin.

en

4) Offering the greeting of peace is exclusive to Muslims, because the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “among yourselves.” Thus, it is impermissible to extend it to the disbelievers.

4) Ucapan salam tidak diberikan kecuali kepada orang Islam; berdasarkan sabda Nabi -'alaihiṣ-ṣalātu was-sallām-: "di antara kalian", sehingga tidak boleh memulai salam kepada orang kafir.

en

379/5 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A man set out to visit a brother (in faith) in another town and Allah sent an angel on his way... ” Where the angel said at the end: “I am a messenger to you from Allah (to inform you) that Allah loves you as you love him (for His sake).” [Narrated by Muslim] It was cited in the previous chapter.

5/379- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk menunggunya di jalan yang dia lalui... Dia membawakan hadis ini sampai di ucapan: "... bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah." (HR. Muslim, dan telah dibawakan di bab sebelumnya)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مَدْرَجَتِهِ (madrajatihi): jalannya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Whoever loves the people of faith, Allah loves him.

1) Siapa yang mencintai orang beriman maka Allah -Ta'ālā- akan mencintainya.

en

2) The greatest fortune a slave may attain is to be loved by Allah Almighty. One can attain this great fortune when he loves Allah Almighty through following His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) and complying with his way, not loving Him by mere claims. {Say, “If you love Allah then follow me; Allah will love you...}

2) Keuntungan terbesar yang didapatkan oleh seorang hamba yaitu meraih cinta Allah -Ta'ālā- kepadanya. Sehingga keuntungan yang paling besar adalah ketika Allah -Ta'ālā- mencintai hamba-Nya karena dia mengikuti dan meneladani Rasulullah. Bukan urusan hamba itu mencintai Rabb-nya dengan klaim semata; "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu.'" (QS. Āli 'Imrān: 31)

en

380/6- Al-Barā’ ibn ‘Āzib (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said about the Ansār: “Only a believer loves them, and only a hypocrite hates them. Whoever loves them, Allah loves him, and whoever hates them, Allah hates him.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/380- Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda tentang orang-orang Anṣār, "Tidaklah mencintai mereka kecuali orang beriman, dan tidak membenci mereka kecuali orang munafik. Siapa yang mencintai mereka niscaya Allah mencintainya, dan siapa yang membenci mereka niscaya Allah membencinya." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Loving the Ansār is part of faith, and hating them is one of the branches of hypocrisy and ingratitude. They are the ones who supported the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and the immigrants, may Allah be pleased with them all.

1) Mencintai orang-orang Ansar adalah bagian dari keimanan, sedangkan membenci mereka adalah bagian dari cabang kemunafikan dan kekafiran; karena merekalah yang membela Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan kaum Muhajirin. Semoga Allah meridai mereka semuanya.

en

2) Loving the allies of Allah Almighty and supporting them is a reason for attaining the love of Allah Almighty.

2) Mencintai dan membela wali Allah adalah sebab Allah mencintai hamba-Nya.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Imam Al-Tahāwi (may Allah have mercy upon him) said: “We love the Companions of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him). We do not exaggerate in our love for any of them, nor do we disown any of them. We hate whoever hates them and speaks ill of them. We say only good things about them. Loving them is part of religion, faith, and good doing, whereas hating them is disbelief, hypocrisy, and transgression.”

Imam Aṭ-Ṭaḥāwiy -raḥimahullāh- berkata, "Kita (Ahli Sunnah) mencinta sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kita tidak berlebihan dalam mencintai sebagian mereka dan tidak berlepas diri dari sebagian yang lain. Kita membenci orang yang membenci mereka dan yang menyebut mereka dengan sebutan yang buruk. Kita tidak menyebut mereka kecuali dengan yang baik. Mencintai mereka adalah bagian dari agama, iman, dan ihsan. Sedangkan membenci mereka adalah kekufuran, kemunafikan, dan kezaliman."

en

381/7- Mu‘ādth (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Allah, Glorified and Exalted, said: ‘Those who love one another for the sake of My Glory will have pulpits of light, and the prophets and martyrs will admire them and wish to share with them such an honor.’” [Narrated by Al-Tirmidhi; who classified it as Hasan Sahīh (sound authentic)]

7/381- Mu'āż -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah berfirman, 'Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat iri para nabi dan orang-orang yang syahid.'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Prophets and martyrs will admire them: they will wish to have the same rank and honor as theirs, without wishing that those people should lose such rank and honor though, and this is what is known as Ghibtah (malice-free envy).

يَغْبِطُهُمُ (yagbiṭuhum): berharap seandainya dia mendapatkan kedudukan dan kemuliaan semisal mereka tanpa mengharapkan hilangnya kedudukan dan kemuliaan tersebut dari mereka. Inilah yang disebut hasad jenis gibṭah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Those who love one another for the sake of Allah’s glory occupy a great rank and an honorable position. They are guided by light in the worldly life and will have pulpits of light on the Day of Judgment.

1) Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan kedudukan yang besar dan tempat yang mulia; yaitu mereka berada di atas cahaya di dunia dan akan mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya di hari Kiamat.

en

2) Vying for doing good deeds is the way of the faithful believers.

2) Berlomba dalam kebaikan adalah jalannya orang-orang beriman yang tulus.

en

382/8- Abu Idrīs al-Khawlāni (may Allah have mercy upon him) reported: “I once entered the Damascus Mosque. I saw a young man who had shining teeth, and people were with him. When they differed over anything, they would refer it to him and would adopt his opinion. I asked who he was and I was told that he was Mu‘ādh ibn Jabal (may Allah be pleased with him). On the next day, I went early to the mosque, but found that he had arrived earlier than me and was praying. I waited until he completed his prayer and then went up to him from the front. I greeted him and said: ‘By Allah, I love you for the sake of Allah.’ He asked: ‘By Allah?’ I replied: ‘Yes, by Allah.’ He then asked me again: ‘By Allah?’ I replied: ‘Yes, by Allah.’ Then he took hold of the waist edge of my cloak, drew me close to himself and said, ‘Rejoice, for I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) saying: “Allah Almighty said: ‘My love is certainly due to those who love one another for My sake, sit with one another for My sake, visit one another for My sake, cooperate and give one another for My sake.”’” This is an authentic Hadīth narrated by Mālik in Al-Muwatta’ with an authentic chain of narration.

8/382- Abu Idrīs Al-Khaulāniy -raḥimahullāh- berkata: Aku pernah masuk Masjid Damaskus, ternyata ada seorang pemuda yang murah senyum, dan orang-orang mengerumuninya; apabila mereka berbeda pendapat, mereka menyerahkan dan meminta pertimbangannya lalu melaksanakannya. Lantas aku bertanya tentang orang itu. Ada yang menjawab, "Dia adalah Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu-." Keesokan harinya, pagi-pagi aku datang ke masjid tetapi dia telah datang lebih pagi dariku. Aku mendapatinya sedang salat. Lantas aku menunggunya sampai dia menyelesaikan salatnya. Lalu aku mendekatinya dari arah depan. Aku mengucapkan salam lalu berkata, "Demi Allah! Aku mencintaimu karena Allah." Dia berkata, "Apakah benar, karena Allah?" Aku menjawab, "Ya, karena Allah." Dia bertanya, "Apakah benar, karena Allah?" Aku menjawab, "Ya, karena Allah." Lantas dia menarik ujung selendangku dan mendekatkanku kepadanya. Dia berkata, "Bergembiralah! Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Kecintaan-Ku pasti diperoleh oleh orang yang saling mencintai karena-Ku, saling berkumpul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku, dan saling memberi karena-Ku.'" (Hadis sahih; HR. Malik dalam Al-Muwaṭṭa` dengan sanad sahih)

en

--

Kata: "هَجَّرْتُ" (hajjartu) maksudnya: aku pergi dengan segera; yaitu dengan mentasydidkan "jīm". Kalimat: (آلله، فَقُلْتُ: الله), yang pertama dengan "hamzah" yang bermad yang menunjukkan pertanyaan, sedangkan yang kedua tanpa mad.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Who had shining teeth: with a cheerful face and an ever present smile.

بَرَّاقُ الثَّنَايَا: giginya mengkilat, tidak terlihat kecuali tersenyum.

en

--

صدَرُوا عَنْ رَأْيِهِ: mereka berkonsultasi kepadanya dan mengamalkannya.

en

--

المُتبَاذِلِينَ فِيَّ: orang-orang yang saling bantu dan saling memberi karena-Ku.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended for someone who loves another to tell him that, saying to him: I love you for the sake of Allah.

1) Anjuran agar orang yang mencintai memberi tahu orang yang dicintainya dengan mengatakan: aku mencintaimu karena Allah.

en

2) It is out of courtesy that when someone has to ask another for something, he should approach him from the front so that he would not startle him.

2) Di antara adab menemui orang lain karena suatu keperluan agar datang dari arah depannya supaya dia tidak terkejut.

en

3) People must have a scholar who would edify them on the Qur’an and Sunnah, to whom they should refer and act upon his Fatwa.

3) Masyarakat harus memiliki orang berilmu yang akan membimbing mereka kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan sebagai tempat mereka bertanya dan berkonsultasi.

en

4) The Hadīth underlines the great virtue of loving one another for Allah’s sake, which entails that people would visit one another, give one another and cooperate with one another. All these acts serve as bonds that reinforce their love for Allah’s sake.

4) Menjelaskan besarnya keutamaan cinta karena Allah yang akan melahirkan sikap saling mengunjungi, saling membantu, dan saling menolong, di mana kesemuanya adalah bentuk pertalian yang akan menguatkan tali cinta karena Allah.

en

383/9 - Abu Karīmah Al-Miqdām ibn Ma‘dīyakrib (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When a man loves his brother (in faith), he should tell him that he loves him.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan (sound)]

9/383- Abu Karīmah Al-Miqdām bin Ma'dī Karib -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Jika seseorang mencintai saudaranya, hendaklah ia memberitahukan kepadanya bahwa dia mencintainya." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) When one loves his brother, he should tell him as this is part of the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

1) Siapa yang mencintai saudaranya karena Allah hendaklah dia memberitahukan hal itu kepadanya; ini termasuk petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) To inform whom you love that you love him for the sake of Allah is a reason for fortifying the bond of brotherhood and fostering friendliness and affection.

2) Pemberitahuan seseorang kepada saudaranya bahwa dia mencintainya karena Allah adalah sarana memperkuat persaudaraan, meningkatkan keakraban, dan memperkukuh tali kasih sayang.

en

384/10- Mu‘ādh (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) held his hand and said: “O Mu‘ādh, by Allah, I truly love you. I advise you, O Mu‘ādh, never fail to say after each prayer: Allahumma a‘inni ‘ala dhikrika wa shukrika wa husni ‘ibādatik (O Allah, help me remember You, thank You, and worship You in an excellent manner.” [A Sahīh (authentic) Hadīth narrated by Abu Dāwūd and Al-Nasā’i with an authentic Isnād]]

10/384- Mu'āż -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggandeng tangannya dan bersabda, "Wahai Mu'āż! Demi Allah! Sungguh aku mencintaimu. Kemudian, aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu'āż, jangan sekali-kali engkau tinggalkan di akhir setiap salat membaca, 'Allāhumma a'innī 'alā żikrika wa syukrika wa ḥusni 'ibādatika (Ya Allah! Bantulah aku untuk berzikir mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu serta beribadah dengan baik kepada-Mu)." (Hadis sahih; HR. Abu Daud, Tirmizi, dan An-Nasā`iy dengan sanad sahih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

After each prayer: This means that the invocation mentioned in the Hadīth should be recited after finishing the prayer and before making Taslīm.

دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ: di akhir setiap salat fardu, sebelum salam.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) To say to someone whom you love: ‘I love you’ is a directive of the Sunnah.

1) Termasuk Sunnah, ketika Anda mencintai seseorang untuk mengatakan kepadanya: aku mencintaimu.

en

2) Mu‘ādh ibn Jabal (may Allah be pleased with him) occupies an excellent position in Islam, as the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) singled him out with this sincere advice owing to his love for him.

2) Besarnya keutamaan Mu'āż bin Jabar -raḍiyallāhu 'anhu- karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengkhususkannya dengan wasiat khusus ini lantaran kecintaan beliau kepadanya.

en

3) It is recommended to adhere to saying this invocation before making Taslīm that ends the prayer.

3) Anjuran merutinkan doa ini di dalam salat sebelum salam.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Scholars said that when the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) says that something should be done or said ‘after the prayer,’ we should look at the context. If it belongs to praising and remembering Allah like Tasbīh, Tahmīd, and Takbīr, then ‘after the prayer’ here means after ending the prayer with Taslīm. But, if it is an invocation, like what is mentioned in the cited Hadīth of Mu‘ādh, then it is to be said before ending the prayer with Taslīm.

Para ulama berkata, "Hadis-hadis Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang menyebutkan (دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ/di akhir setiap salat) hendaknya dilihat konteksnya; jika terkait pujian dan zikir seperti tasbīḥ, taḥmīd, dan takbīr, maka momen membacanya adalah setelah salat. Tetapi bila terkait doa, seperti hadis Mu'āż ini, maka momen membacanya adalah sebelum salam."

en

The erudite scholar Ibn Al-Qayyim (may Allah have mercy upon him) said:

Al-'Allāmah Ibnul Qayyim -raḥimahullāh- berkata,

en

“Generally speaking... there is no doubt that most of his invocations that he used to recite and which he taught to Al-Siddīq were recited inside the prayer. As for the Hadīth of Mu‘ādh ibn Jabal where he said: ‘Do not forget to say after every prayer...’ 'after' means at the end of the prayer before making Taslīm... or after Taslīm, as in his saying: You should make Tasbīh, Takbīr and Tahmīd after every prayer...”

"Secara umum... tidak diragukan, bahwa mayoritas doa yang beliau baca dan yang beliau ajarkan kepada Aṣ-Ṣiddīq adalah doa dalam salat. Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Mu'āż bin Jabal: "Jangan lupa membaca di setiap akhir salat..." Kata akhir salat "dubur aṣ-ṣalāh" maksudnya akhir salat sebelum salam... Juga, kadang maksudnya setelah salam, seperti dalam sabda beliau: "Agar kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid kepada Allah di akhir setiap salat..."

en

He added: “'after the prayer' may mean before Taslīm of after it.”

Beliau juga berkata, "Dubur aṣ-ṣalāh (akhir salat) berpotensi memiliki makna sebelum salam dan juga setelah salam."

en

(Zād al-Ma‘ād fi Hady Khayr al-‘Ibād)

(Zādul-Ma'ād fī Hadyi Khairil-'Ibād)

en

385/11- Anas ibn Mālik (may Allah be pleased with him) reported that a man was with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) when another man passed by him. He said, “O Messenger of Allah, I love this man.” The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Have you told him?” He said, “No.” He said: “Tell him.” So he caught up with him and said, “I love you for Allah’s sake.” He said, “May He (Allah) love you, for the sake of whom you love me.”

11/385- Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki yang sedang berada di sisi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tiba-tiba ada orang yang melintas. Laki-laki itu berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku mencintai orang itu." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya, "Apakah engkau sudah memberitahukan kepadanya tentang itu?" Dia menjawab, "Belum." Beliau bersabda, "Beri tahukan kepadanya!" Lantas orang itu menyusulnya dan berkata, "Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah." Orang itu menjawab, "Semoga Allah yang engkau mencintaiku karena-Nya mencintai dirimu." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Telling someone about your love for them strengthens the ties between you and increases intimacy.

1) Memberi tahu seseorang bahwa Anda mencintainya akan memperkuat hubungan persaudaraan dan meningkatkan keakraban.

en

2) When someone is informed by his brother that he loves him, he should respond by saying to him, “May Allah love you, for the sake of whom you love me.”

2) Siapa yang diberitahukan oleh saudaranya bahwa dia mencintainya hendaklah dia mengabarkannya serta mendoakannya dengan doa: Aḥabbakallāh al-lażī aḥbabtanī lahu (Semoga Allah yang engkau mencintaiku karena-Nya mencintai dirimu).

en

3) The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) guided his Ummah to all that is good, including teaching them how to love one another and how such love could increase. So, why are some Muslims today negligent about the guidance of their Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in this regard?

3) Tidak ada suatu kebaikan kecuali telah ditunjukkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umat ini, di antaranya beliau mengajarkan mereka cara agar mereka saling mencintai dan cara agar cinta tersebut dapat bertambah. Maka, di manakah sebagian kaum muslimin hari ini dari petunjuk Nabi mereka -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam?