Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

45. Chapter on visiting good people, sitting with them, accompanying them, loving them,

45- BAB BERKUNJUNG KEPADA ORANG-ORANG BAIK, BERGAUL DAN BERTEMAN DENGAN MEREKA,

en

asking for their visits and supplications, and visiting honorable places

SERTA MEMINTA KUNJUNGAN DAN DOA MEREKA, DAN MENGUNJUNGI TEMPAT-TEMPAT MULIA

en

Allah Almighty says: {And [remember] when Moses said to his servant, “I will not give up until I reach the junction of the two seas, or I travel for ages.”} until the verse that says: {Moses said to him, “May I follow you so that you may teach me some knowledge that you have been taught?”} [Surat al-Kahf: 60, 66] Allah Almighty says: {Be patient with those who call upon their Lord morning and evening, seeking His pleasure} [Surat Al-Kahf: 28]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.'” Hingga firman Allah -Ta'ālā-: "Musa berkata kepadanya, 'Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?'” (QS. Al-Kahf: 60-66) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Janganlah kamu mengusir orang-orang yang berdoa kepada Tuhannya di pagi dan petang hari, sedangkan mereka sangatlah mengharapkan keridaan-Nya." (QS. Al-Kahf: 28)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) The verses urge Muslims to maintain relations with good people, namely people of knowledge, faith, and righteousness.

1) Anjuran agar bersilaturahmi kepada orang-orang baik, yaitu orang-orang berilmu, beriman, dan saleh.

en

2) To commit oneself patiently to accompanying righteous people is the advice of Allah Almighty to His Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

2) Bersabar dan menahan diri dalam rangka berteman dengan orang-orang saleh adalah wasiat Allah -Ta'ālā- kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

360/1- Anas ibn Mālik (may Allah be pleased with him) reported: “After the death of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), Abu Bakr said to ‘Umar (may Allah be pleased with both of them): ‘Let us visit Um Ayman (may Allah be pleased with her) just as the Messenger of Allah used to visit her.’ When they came to her, she wept. They said to her: ‘What makes you weep? Do you not know that what is with Allah is better for the Messenger of Allah?’ She said: ‘I am not weeping because of not knowing that what is with Allah is better for the Messenger of Allah, but I weep because the revelation from the sky has stopped.’ Her words moved them to tears and they began to weep along with her.” [Narrated by Muslim]

1/360- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, bahwa Abu Bakar berkata kepada Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, "Mari kita pergi berkunjung ke rumah Ummu Aiman -raḍiyallāhu 'anhā- sebagaimana dulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengunjunginya." Ketika keduanya sampai, Ummu Aiman menangis. Keduanya bertanya, "Apa yang membuatmu menangis? Tidak tahukah engkau bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?" Ummu Aiman menjawab, "Aku menangis bukan karena tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit." Ummu Aiman pun membuat keduanya terharu, sehingga keduanya ikut menangis bersamanya. (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Um Ayman: The freed slave-woman of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and the one who took care of him in his early childhood. He (may Allah’s peace and blessings be upon him) emancipated her when he grew up.

أُمُّ أَيْمَن (Ummu Aiman): mantan budak perempuan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sekaligus pengasuh beliau di masa kecilnya, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerdekakannya ketika beliau telah beranjak tua.

en

--

فَهَيَّجَتْهُمَا (fahayyajathumā): dia membuat keduanya terharu untuk menangis.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) followed the example of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) in all matters, even in his visiting and asking after those who had rights upon him.

1) Upaya para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam segala hal, bahkan sampai dalam hal kunjungan beliau kepada orang-orang yang berhak dikunjungi.

en

2) The Companions (may Allah be pleased with them) revered the revelation (the Qur’an and the Sunnah) and wept for its cessation. So, why are those who wasted and deserted it not weeping?!

2) Pengagungan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- terhadap wahyu (Al-Qur`ān dan Sunnah), yaitu mereka menangis karena wahyu terhenti. Lalu mengapa orang-orang yang menelantarkan dan meninggalkannya tidak menangis?!

en

3) Weeping out of sadness for losing the righteous and the cessation of goodness is not included in the prohibited wailing.

3) Menangis karena merasa sedih dengan alasan berpisah dengan orang-orang saleh dan terputusnya kebaikan bukan termasuk meratap yang diharamkan.

en

4) Muslims are urged to visit good people, being one of the rights entailed by faith-based brotherliness.

4) Anjuran melakukan kunjungan kepada orang-orang baik karena ini termasuk hak persaudaraan di antara orang beriman.

en

361/2- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A man set out to visit his brother (in faith) in another town, so Allah Almighty sent an angel to wait for him on his way. When he met the man, the angel said: ‘Where are you going?’ He said: ‘I am going to visit my brother in this town.’ The angel said: ‘Are you doing this to return a favor?’ He said: ‘No, only that I love him for the sake of Allah, the Exalted.’ Thereupon, the angel said: ‘I am a messenger from Allah to you to tell you that Allah loves you as you love him for His sake.’” [Narrated by Muslim]

2/361- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Ada seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di kampung lain. Lalu Allah -Ta'ālā- mengutus seorang malaikat untuk menunggu di jalan yang dilaluinya. Ketika laki-laki itu bertemu dengannya, dia bertanya, 'Engkau mau kemana?' Orang itu menjawab, 'Aku ingin menemui saudaraku di kampung ini.' Malaikat bertanya, 'Apakah ada satu kebaikan yang ingin engkau dapatkan padanya?' Orang itu menjawab, 'Tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah -Ta'ālā-.' Malaikat itu berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah (untuk mengabarkan) kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah." (HR. Muslim)

en

-- --

Dikatakan: أَرْصَدَه لِكَذا, artinya: dia ditugaskan untuk menjaganya. المَدْرَجَةُ (al-madrajah), dengan memfatahkan "mīm" dan "rā`", artinya: jalan. Dan makna تَرُبُّهَا (tarubbuhā): mengerjakannya serta berusaha memperbaikinya.

en

362/3- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever visits a sick person or a brother of his for Allah’s sake, a caller calls out: ‘May you be blessed, may your footsteps be blessed, and may you dwell in a home in Paradise.’” [Narrated by Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic); and as Gharīb (strange) in some editions]

3/362- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, seorang penyeru akan berseru, 'Bagus hidupmu, dan bagus perjalananmu, serta engkau akan mendapatkan satu rumah di surga.'" (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadisnya hasan." Di sebagian manuskrip disebutkan, "Hadisnya garīb")

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to visit those whom one takes as brothers for the sake of Allah, since the bond of brotherliness for Allah’s sake is stronger than the bonds of blood, marriage, and worldly interests.

1) Anjuran berkunjung ke saudara seiman karena Allah, karena persaudaraan iman lebih tinggi daripada ikatan darah, nasab, dan kepentingan duniawi.

en

2) The virtue of loving others and visiting them for the sake of Allah is highlighted by the Hadīth. Whoever loves Allah sincerely, loves His allies sincerely.

2) Keutamaan saling mencintai dan saling mengunjungi karena Allah; Siapa yang mencintai karena Allah sungguh dia telah tulus mencintai Rabb-nya.

en

3) Visiting one another for the sake of Allah is a reason for entering Paradise and earning a great reward.

3) Saling mengunjungi karena Allah adalah sebab masuk surga dan mendapatkan pahala melimpah.

en

4) The Shariah encourages all that which fosters affection between brothers, like communicating with and visiting one another.

4) Motivasi agama pada setiap yang akan mendatangkan kasih sayang di antara saudara seperti saling berhubungan baik dan mengunjungi.

en

363/4- Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The example of the righteous companion and the evil companion is like that of the musk-seller and the one who blows the bellows (a blacksmith). As for the musk-seller, he will either give you some as a present, or you will buy some from him, or you will just receive a good smell from him. Whereas the one blowing the bellows will either burn your clothes or you will receive a nasty smell from him.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/363- Abu Musa Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman bergaul yang saleh dan teman bergaul yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi, antara dia akan memberimu atau engkau yang akan membeli darinya, atau paling tidak engkau mendapatkan aroma yang wangi. Sedangkan pandai besi, antara dia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan aroma tidak sedap." (Muttafaq ‘Alaih)

en

--

يُحْذِيكَ (yuḥżīka): memberimu.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الكِيْرُ (al-kīr): alat yang digunakan oleh pandai besi untuk meniup api.

en

--

تَبْتَاعُ (tabtā'): membeli.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Using examples in prophetic Hadīths is one of the educational methods that are used to ensure clearer understanding for the listener.

1) Perumpamaan-perumpamaan yang ada dalam hadis Nabi merupakan bagian dari metode pengajaran untuk lebih memahamkan sesuatu yang bersifat maknawi (abstrak) kepada pendengar.

en

2) It is forbidden to accompany evil and wicked people, for their company badly impacts one’s religious and worldly affairs.

2) Larangan berteman dengan orang-orang yang buruk dan pelaku kejahatan karena berteman dengan mereka dapat merusak agama dan dunia.

en

3) It is encouraged to befriend righteous people, as their example is like that of the seller of perfumes from whom you get only what is good.

3) Anjuran untuk mencari teman yang saleh karena perumpamaan mereka seperti penjual minyak wangi yang Anda tidak akan dapatkan darinya kecuali kebaikan.

en

364/5- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A woman is married for four things: for her wealth, for her lineage, for her beauty, or for her piety. So, win the pious one, may you be blessed!” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/364- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Perempuan dinikahi karena empat alasan: karena hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang agamais, niscaya engkau akan beruntung." (Muttafaq ‘Alaih)

en

The meaning of the Hadīth is that people usually tend to marry a woman who has such qualities, and it urges a Muslim man to choose a pious wife and be keen to keep her company.

Maksudnya: bahwa umumnya manusia menginginkan empat perkara ini pada perempuan. Maka bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan wanita yang taat beragama dan untuk hidup bersamanya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

تَرِبَتْ يَدَاكَ: ungkapan ini biasa diucapkan oleh kalangan Arab untuk menganjurkan sesuatu, dan maknanya adalah mendoakannya kebaikan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Religiosity is the best quality sought by a suitor in the woman he is going to marry, since a religiously-committed woman will aid him to adhere to his religion, keep his trust, and take care of his children.

1) Sebaik-baik perkara yang dicari oleh laki-laki yang melamar pada perempuan yang ingin dinikahinya adalah agama, karena perempuan yang seperti ini akan membantunya dalam agamanya, menjaga amanahnya, dan merawat anak-anaknya.

en

3) The most blessed marriage is that which is founded upon religiosity.

2) Pernikahan yang paling diberkahi adalah yang dibangun di atas fondasi agama.

en

365/6- Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to Jibrīl (Gabriel) (peace be upon him): “What makes you not visit us more than you do?” So, Allah Almighty, revealed: {[Gabriel said], “We do not descend except with the command of your Lord. To Him belongs all that is before us and all that is behind us, and all that is in between. Your Lord is never forgetful.} [Narrated by Al-Bukhāri]

6/365- Ibnu Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya kepada Jibril -'alaihissalām-, "Apa yang menghalangimu untuk mengunjungi kami lebih sering dari biasanya?" Maka turunlah ayat ini: "Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita dan segala yang ada di antara keduanya, dan sekali-kali Tuhanmu tidak lupa." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim is encouraged to ask good people to visit him at his home, in order to get the benefit of their company.

1) Anjuran meminta orang-orang baik untuk berkunjung ke rumah Anda supaya Anda mendapatkan manfaat lewat persahabatan dengan mereka.

en

2) The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) loved Gabriel, since he communicated to him the revelation that carried guidance and light.

2) Besarnya cinta Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada Jibril -'alaihissalām- karena dia datang dengan membawa wahyu yang berisikan petunjuk dan cahaya iman.

en

3) The angels do not act or descend except by the command of Allah Almighty. Such should be the attitude of the believer; he should not embark on something unless he has learned the judgment of Allah Almighty and His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) concerning it, so that his affairs would be compliant with the command of Allah Almighty and the command of His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him).

3) Malaikat tidak akan bertindak dan tidak pula turun ke bumi kecuali dengan adanya perintah Allah. Demikian juga keadaan hamba yang beriman, dia tidak bertindak dalam perkara-perkara agama kecuali setelah mengetahui hukum Allah -Ta'ālā- dan hukum Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalamnya agar urusannya mengikuti perintah Allah dan perintah Rasul-Nya.

en

366/7- Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Take no companion except a believer, and let no one eat your food except a pious person.”

7/366- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Janganlah engkau berteman kecuali dengan orang beriman dan janganlah ada yang memakan makananmu selain orang yang bertakwa!"

en

[Narrated by Abu Dāwūd, and by Al-Tirmidhi with an acceptable Isnād]

(HR. Abu Daud dan Tirmizi dengan sanad lā ba`sa bih/hasan)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is strictly forbidden to keep the company of the disbelievers or the wicked or to show them affection. It is also forbidden to honor them even by giving them food and drink.

1) Larangan keras dari berteman dan bersahabat dengan orang kafir dan jahat, serta larangan memuliakan mereka walaupun dengan makan dan minum bersama.

en

2) It is enjoined to keep the company of the pious believers and socialize with them, since this is the commandment of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) which we should comply with.

2) Perintah berteman dan bergaul dengan orang-orang beriman yang bertakwa; ini adalah wasiat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang wajib dijaga.

en

367/8- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A man follows the religion (i.e. ways and manners) of his intimate friend. So, each of you should carefully consider whom he takes as his intimate friend.”

8/367- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah kalian memperhatikan siapa yang dijadikan sebagai teman dekat."

en

[Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi with an authentic Isnād; Al-Tirmidhi classified it as Hasan (sound)]

(HR. Abu Daud dan Tirmizi dengan sanad sahih, Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الخَلِيْلُ (al-khalīl): teman dan sahabat dekat.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should accompany good people, since companionship has an evident impact on the person’s behavior.

1) Seorang hamba harus berteman dengan orang-orang yang baik, karena pergaulan memiliki pengaruh yang nyata dalam perilaku manusia.

en

2) A person’s faith increases by accompanying the believers and decreases by accompanying the sinners. A companion is a dragger, either to good or evil, and mixing with someone entails resemblance to them.

2) Seseorang akan bertambah imannya ketika berteman dengan orang-orang beriman, sebaliknya akan berkurang ketika berteman dengan orang-orang fasik. Karena teman biasanya akan menarik kita, antara menarik kepada kebaikan atau kepada keburukan. Dan juga karena pergaulan akan melahirkan kesamaan.

en

368/9- Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “One will be with those whom he loves.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

9/368- Abu Musa Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya." (Muttafaq ‘Alaih)

en

He said in another version of the Hadīth: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was asked: ‘What about a man who loves a people but he cannot be at the same level of excellence as them?’ Thereupon, he said: ‘One will be with those whom he loves.’”

Dalam sebagian riwayat dia berkata, Ada yang bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Seseorang mencintai suatu kaum sementara dia tidak mampu menyusul perbuatan mereka?" Nabi menjawab, "Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim should love the pious in order for him to join them, for one will be gathered on the Day of Judgment with those whom he loves.

1) Seorang muslim harus mencintai orang-orang bertakwa agar bisa bersama mereka karena seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai.

en

2) Loving others for Allah’s sake is an act of worship that enables one to make up for what he has missed or neglected of other acts of worship.

2) Cinta karena Allah adalah ketaatan, dengannya seseorang akan bisa mendapatkan ketaatan yang luput darinya ataupun yang tidak sempurna dia kerjakan.

en

3) The variance among the believers with regard to their degrees of servitude to Allah does not prevent the negligent one from joining the excellent, since the root of faith-based love, which is one of the highest deeds of the hearts, is a common factor between them.

3) Perbedaan tingkat ibadah orang-orang beriman tidak menghalangi orang yang kurang ibadahnya untuk menyusul orang yang banyak ibadahnya karena mereka digabungkan oleh fondasi saling mencintai atas dasar iman, dan itu adalah ibadah hati yang paling tinggi.

en

4) The merit of loving the righteous, from among the people of knowledge and religiosity, on top of whom come the Companions (may Allah be pleased with them) and the righteous predecessors. So, let those who take them as allies rejoice! And woe to those who bears hatred and enmity towards them.

4) Keutamaan mencintai orang-orang saleh dari kalangan ahli ilmu dan ahli agama, terutama para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dan generasi salaf. Sungguh, kebahagiaan besar diperuntukkan kepada orang-orang yang membela dan mencintai mereka, dan kesengsaraan diperuntukkan pada orang yang memusuhi dan membenci mereka.

en

369/10- Anas ibn Mālik (may Allah be pleased with him) reported that once a Bedouin said to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him): “When is the Hour?” The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “What have you prepared for it?” He said: “Love for Allah and His Messenger.” The Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “You will be with those whom you love.”

10/369- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa seorang badui bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Kapan waktu terjadinya kiamat?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apa yang telah engkau siapkan untuk kiamat?" Orang itu menjawab, "Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai."

en

[Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Muslim]

(Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)

en

Another narration by both of them reads: “I have not prepared as much of fasting, prayer, or charity for it, but I love Allah and His Messenger.”

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain, "Saya tidak mempersiapkan banyak puasa, salat, maupun sedekah untuk itu. Tetapi, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya."

en

370/11- Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: “A man came to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: ‘O Messenger of Allah, what do you say about a man who loves a people but he cannot catch up with their level of excellence?’ Thereupon, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘A person will be with those whom he loves.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

11/370- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya bertanya, "Ya Rasulullah! Bagaimanana pendapatmu tentang orang yang mencintai suatu kaum sementara dia tidak mampu menyusul perbuatan mereka?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One should ask himself and call it to account: ‘Have you done good deeds? Have you repented? Have you returned to Allah?’ This is what matters for his salvation rather than waiting for death to come without having done good deeds!

1) Seharusnya seorang hamba mengintrospeksi diri, apakah aku telah beramal? Apakah aku telah kembali kepada Allah? Apakah aku telah bertobat? Ini yang penting. Bukan menunggu kematian tanpa amal perbuatan!

en

2) The wisdom of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) is illustrated in the Hadīth through his reply to the questioner. He guided him to what is optimal for him in attaining salvation, namely, getting prepared for the Hereafter by doing what is beneficial for him.

2) Sikap bijaksana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika menjawab penanya? Yaitu beliau hanya menunjukinya sesuatu yang penting baginya dan yang akan menyelamatkannya, yaitu mempersiapkan diri kepada akhirat dengan sesuatu yang bermanfaat.

en

3) Allah Almighty concealed knowledge of the Hour from the people, so that everyone would be always prepared for meeting Allah Almighty. {and do not die except as Muslims.} For, once a slave dies, he will face his Hour.

3) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- merahasiakan ilmu tentang waktu kiamat dari semua makhluk agar manusia tetap siap dan sedia untuk bertemu Allah: "Jangan sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (QS. Āli 'Imrān: 102) Apabila seseorang telah mati, maka kiamatnya telah terjadi.

en

4) Loving Allah Almighty and obeying Him, as well as loving His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) are among the best deeds by which one draws close to Allah Almighty, and are among the most perfect acts of worship that save one in the worldly life and on the Day of Judgment.

4) Mencintai Allah dan taat kepada-Nya serta mencintai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan taat kepada beliau merupakan ketaatan yang paling utama dan paling sempurna yang akan menyelamatkan hamba ketika di dunia dan di hari Kiamat.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

According to a narration by Al-Bukhāri and Muslim: “Anas said: I love the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and Abu Bakr and ‘Umar, and I hope that I would be with them by virtue of my love for them, even though my deeds are not as excellent as theirs.”

Dalam sebagian riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: Anas berkata, "Sesungguhnya aku mencintai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama mereka karena cintaku kepada mereka, sekalipun aku tidak mampu beramal seperti amalan mereka."

en

Shaykh al-Islam Ibn Taymiyyah (may Allah have mercy upon him) said in his poem Al-Lāmiyyah:

Syaikhul-Islām Ibnu Taimiyah -raḥimahullāh- telah berkata dalam kitabnya, Al-Lāmiyyah,

en

Love for all the Companions is a principle that I adopt, and love for the relatives of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is something through which I seek closeness to Allah.

Mencintai sahabat semuanya adalah mazhabku dengan mencintai ahli bait aku bertawasul

en

All of them are high in status and have abundant merits, yet Al-Siddīq tops all of them.

Bagi semua mereka kedudukan dan keutamaan yang tinggi tetapi Aṣ-Ṣiddīqlah yang paling afdal di antara mereka.

en

371/12- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “People are of different origins (characters), like gold and silver; the best of them in the pre-Islamic period are the best of them in Islam, if they are well-versed in the religion. Souls are like recruited soldiers, they mix with those who are similar to them in qualities and drift away from those who do not share their qualities.” [Narrated by Muslim]

12/371- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Manusia ibarat logam berharga seperti emas dan perak; orang-orang terbaik pada masa jahiliah adalah yang terbaik setelah masa Islam jika mereka berilmu. Ruh-ruh manusia bagaikan tentara yang berkelompok-kelompok; ruh yang saling kenal akan bersatu, dan yang tidak saling kenal maka akan berpisah." (HR. Muslim)

en

In the narration of Al-Bukhāri, the part that reads “Souls are like recruited soldiers...” is reported by ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her).

Bukhari juga meriwayatkan hadis Nabi: "Ruh-ruh manusia ..." dari riwayat Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

فَقِهُوا (faqihū): mereka berilmu dan memahami apa yang datang dari Allah -Ta'ālā- dan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim is urged to endeavor to rectify himself and seek to enhance the good nature within himself.

1) Anjuran kepada hamba agar berusaha memperbaiki dirinya serta menyempurnakan kebaikan yang ada dalam dirinya.

en

2) Knowledge and good understanding of the religion are the greatest factors whereby souls are refined. {Indeed, he who purifies his soul will attain success.}

2) Ilmu dan pemahaman agama merupakan media paling besar untuk menyucikan jiwa manusia; "Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)." (QS. Asy-Syams: 9)

en

3) Souls familiarize with one another according to the nature upon which they are disposed. However, one should refine himself so that it would love and familiarize with righteous believers and keep away from disbelievers and sinners and have an aversion to them.

3) Ruh akan saling kenal sesuatu tabiat yang Allah ciptakan padanya. Tetapi wajib hukumnya menyucikan jiwa agar dia cinta dan bersahabat dengan orang-orang mukmin yang saleh, dan agar dia menjauh serta lari dari orang-orang kafir dan fasik.

en

372/13- Usayr ibn ‘Amr, or ibn Jābir, reported: “When delegations from Yemen came to the help (of the Muslim army at the time of Jihad), ‘Umar (may Allah be pleased with him) would ask them, ‘Is there an Uways ibn ‘Āmir amongst you?’ He continued searching for him until he met Uways (may Allah be pleased with him). He said, ‘Are you Uways ibn ‘Āmir?’ He said, ‘Yes.’ ‘Umar asked, ‘Are you from the Qaran branch of the tribe of Murād?’ He said, ‘Yes.’ ‘Umar said, ‘Did you suffer from vitiligo and then you were cured from it but for a spot the size of a dirham?’ He said, ‘Yes.’ ‘Umar said, ‘Is your mother still alive?’ He said, ‘Yes.’ ‘Umar said, ‘I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) saying: ‘There would come to you Uways ibn ‘Āmir with the reinforcement from the people of Yemen. He would be from Qaran (the branch) of Murād. He had been suffering from vitiligo from which he was cured but for a spot the size of a dirham. He has a mother to whom he is very dutiful. If he were to take an oath in the Name of Allah, Allah would fulfill his oath. So if you can ask him to ask forgiveness for you, then do so.’ So, ask forgiveness for me.’ Uways asked forgiveness for him. ‘Umar then said, ‘Where do you intend to go?’ He said, ‘To Kufah.’ ‘Umar said, ‘Let me write a letter for you to its governor,’ whereupon Uways said, ‘I love to be with the poor people.’ The following year, a person from among the elite of Kufah performed Hajj and he met ‘Umar. ‘Umar asked him about Uways. The man said, ‘I left him in a state with meager means of sustenance in a decayed house.’ ‘Umar said, ‘I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) saying: ‘There would come to you Uways ibn ‘Āmir with the reinforcement from the people of Yemen. He would be from Qaran (the branch) of Murād. He had been suffering from vitiligo from which he was cured but for a spot the size of a dirham. He has a mother to whom he is very dutiful. If he were to take an oath in the Name of Allah, Allah would fulfill his oath. So if you can ask him to ask forgiveness for you, then do so.’ This man went to Uways and asked him to ask forgiveness for him. Uways said to him, ‘You have just returned from a blessed journey; it is you who should pray for forgiveness for me. Did you meet ‘Umar?’ The man said, ‘Yes.’ Uways then prayed for forgiveness for him. People became aware of the high status of Uways, so he set out following his course. [Narrated by Muslim]

13/372- Usair bin 'Amr (dengan menḍamahkan "hamzah" dan memfatahkan "sīn"), yang juga dikenal dengan nama Ibnu Jābir, dia bercerita, Dahulu bila Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- kedatangan pasukan bantuan dari penduduk Yaman dia selalu bertanya, "Apakah di antara kalian ada Uwais bin 'Āmir?" Sampai dia berhasil bertemu Uwais -raḍiyallāhu 'anhu-. Umar berkata kepadanya, "Apakah engkau Uwais bin 'Āmir?" Uwais menjawab, "Ya, benar." Umar berkata, "Apakah engkau berasal dari kabilah Murād, anak kabilah Qarn?" Dia menjawab, "Ya." Umar bertanya lagi, "Engkau dulu mengidap penyakit belang, kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar dirham?" Dia menjawab, "Ya." "Engkau memiliki ibu masih hidup?" Dia menjawab, "Ya." Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Akan datang kepada kalian Uwais bin 'Āmir bersama pasukan bantuan dari penduduk Yaman. Dia dari kabilah Murād, anak kabilah Qarn. Dia pernah mengidap penyakit belang, kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar dirham. Dia memiliki ibu dan dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah kepada Allah pasti Allah mewujudkan untuknya. Jika engkau bisa (memintanya) agar dia memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' Umar melanjutkan, "Maka, mohonkanlah ampunan untukku." Lantas Uwais memohonkan ampunan untuk Umar. Lalu Umar berkata kepadanya, "Engkau akan ke mana?" Uwais menjawab, "Kufah." Umar berkata, "Maukah aku tuliskan untukmu surat kepada gubernurnya?" Uwais menjawab, "Aku lebih senang tetap bersama orang-orang miskin yang tidak dikenal.” Pada tahun berikutnya, salah seorang pemuka penduduk Kufah berhaji lalu bertemu dengan Umar, dan Umar menanyakan Uwais kepadanya. Laki-laki itu menjawab, “Aku meninggalkannya dalam keadaan sangat miskin; perabot rumahnya usang dan dan hartanya sedikit.” Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Akan datang kepada kalian Uwais bin 'Āmir bersama pasukan bantuan dari penduduk Yaman. Dia dari kabilah Murād, anak kabilah Qarn. Dia pernah mengidap penyakit belang, kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar dirham. Dia memiliki ibu dan dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah kepada Allah pasti Allah mewujudkan untuknya. Jika engkau bisa (memintanya) agar dia memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' Kemudian laki-laki itu mendatangi Uwais, lalu berkata, “Mohonkanlah ampunan untukku.” Uwais berkata, “Justru engkau baru saja menempuh perjalanan ibadah. Mohonkanlah ampunan untukku.” Uwais bertanya, “Apakah engkau bertemu Umar?” Laki-laki itu menjawab, “Ya.” Lantas Uwais memintakan ampunan untuknya. Setelah itu orang-orang mengenalnya (dan berbondong-bondong mendatanginya). Sehingga dia pergi menghilang (dari Kufah). (HR. Muslim)

en

In another narration of the Hadīth by Muslim, Usayr ibn Jābir (may Allah be pleased with him) reported that a delegation from Kufah came to ‘Umar (may Allah be pleased with him). Among them was a man who used to mock Uways. ‘Umar inquired, “Is there anyone among you anyone from Qaran?” So this man stepped forward. Then ‘Umar said, “I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) saying: ‘A man will come to you from Yemen named Uways. He will have left in the Yemen only his mother. He was suffering from vitiligo and prayed to Allah to be cured of it. So he was cured except for a spot the size of a dinar or a dirham. Whoever of you should meet him should ask him to pray for forgiveness for him.’”

Dalam riwayat Muslim yang lain, juga dari Usair bin Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa penduduk Kufah datang sebagai utusan kepada Umar -raḍiyallāhu 'anhu-. Di antara mereka ada seseorang yang selalu mengolok-olok Uwais. Umar bertanya, “Apakah di sini ada seseorang dari kabilah Qarn?” Orang itu pun maju. Umar berkata, “Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, Sesungguhnya ada seorang yang akan datang pada kalian dari Yaman, namanya Uwais. Dia tidak meninggalkan di Yaman selain ibunya. Dia dulu mengidap penyakit belang, lalu dia berdoa kepada Allah -Ta'ālā-, dan Allah menyembuhkannya kecuali bagian sebesar dinar atau dirham. Siapa yang di antara kalian bertemu dengannya, maka mintalah agar dia memohonkan ampunan untuk kalian'.”

en

Another narration of by Muslim on the authority of ‘Umar reads, “ I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: ‘The best of the next generation (the Tābi‘ūn) is a man called Uways; he will have a mother and he will have suffered from vitiligo. Ask him to pray for forgiveness for you.’”

Juga dalam riwayat Muslim lainnya, dari Umar -raḍiyallāhu 'anhu- dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Sungguh, sebaik-baik tabiin adalah seseorang yang bernama Uwais. Dia memiliki seorang ibu, dan dia dulu pernah mengidap penyakit belang. Mintalah kepadanya supaya dia bersedia memohonkan ampunan untuk kalian!'”

en

-- --

Frasa "غَبراء النَّاس" (gubarā` an-nās), dengan memfatahkan "gain" dan mensukunkan "bā`", setelahnya ada mad, artinya: orang-orang fakir, tidak punya harta, dan tidak dikenal oleh orang-orang sepergaulannya. الأَمدادُ (al-amdād), bentuk jamak dari "مَدَدٍ" (madad), yaitu pasukan bantuan bagi kaum muslimin dalam jihad.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مَوْضِعَ دِرْهَمٍ (mauḍi' dirhamin): ukuran yang kecil seukuran dirham.

en

--

لَأبَرَّهُ (la`abarrahu): kalau dia bersumpah kepada Allah pada suatu urusan niscaya Allah akan mewujudkan sumpahnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth underlines the merit of Uways ibn ‘Āmir al-Qarani (may Allah have mercy upon him), for he was the best of the Tābi‘ūn, just as Abu Bakr al-Siddīq (may Allah be pleased with him) was the best of the Companions.

1) Besarnya keutamaan Uwais bin 'Āmir Al-Qarniy -raḥimahullāh-; yaitu dia adalah sebaik-baik tabiin, sebagaimana Aṣ-Ṣiddīq Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- adalah sebaik-baik sahabat.

en

2) One may ask from the righteous to supplicate on his favor, even if the asker is superior to the one asked, and one may take advantage of the supplication of those whose supplications are hoped to be answered by virtue of their knowledge and righteousness. All these are lawful forms of Tawassul (beseeching Allah).

2) Boleh meminta doa kepada orang saleh, walaupun yang meminta lebih afdal dari tempatnya meminta doa, dan juga memanfaatkan doa orang yang diharapkan dikabulkan karena ilmu dan kesalehannya. Ini termasuk jenis tawasul yang dibenarkan oleh agama.

en

3) Dutifulness to parents is a means for having one’s supplications answered and being granted success by Allah Almighty.

3) Berbakti kepada kedua orang tua adalah sebab terkabulnya doa serta adanya taufik Allah kepadanya.

en

4) The humbleness of ‘Umar ibn al-Khattāb (may Allah be pleased with him) and his keenness on what is good, at a time when he was the Caliph of the Muslims. May Allah have mercy upon ‘Umar ibn al-Khattāb and be pleased with him, for he made it hard for those who succeeded him to follow his way!

4) Tawaduknya Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- serta antusiasmenya kepada kebaikan, padahal waktu itu dia adalah khalifah kaum muslimin. Semoga Allah merahmati dan meridai Ibnul-Khaṭṭāb. Dia telah mengalahkan orang yang datang setelahnya!

en

373/14 - ‘Umar ibn al-Khattāb (may Allah be pleased with him) reported: I asked the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) for permission to perform ‘Umrah, and he gave permission to me and said: “Remember us, brother, in your supplication.” He thus said words which I would not exchange for the world.

14/373- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk melaksanakan umrah. Beliau pun memberiku izin dan bersabda, "Wahai Saudaraku! Janganlah engkau melupakan kami dalam doamu." Lantas beliau menyebutkan sebuah perkataan, aku tidak akan menukarnya dengan dunia."

en

In another version, he said: “Include us, my brother, in your supplication.” [An authentic Hadīth narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)] [6]

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersabda, "Wahai Saudaraku! Sertakanlah kami dalam doamu!" (Hadis sahih; HR. Abu Daud dan Tirmizi, Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan sahih") [6]

en
[6] (1)The Hadīth has a weak Isnād.
[6] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The supplication of the traveler is readily answered, so a believer should be keen on taking good advantage of the times where supplications are answered.

1) Doa seorang musafir sangat mustajab. Hendaklah orang yang beriman antusias mencari waktu-waktu mustajabnya doa.

en

2) It is permissible for one to ask the righteous to supplicate in his favor if he aims thereby to let the supplicant receive the same good things as what he supplicates for the other, as implied by the Hadīth that reads: “He who supplicates for his brother, the angel (commissioned for carrying the supplication to his Lord) says, ‘May the same be for you.’”

2) Diperbolehkan meminta doa dari orang saleh, jika maksud orang yang minta adalah untuk memberi manfaat kepada orang yang berdoa, yaitu agar dia mendapatkan yang semisal dengan doanya. Ini berdasarkan hadis yang sahih bahwa orang yang berdoa untuk saudaranya maka malaikat berkata, "Bagimu yang semisalnya."

en

374/15- Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to visit Qubā’ Mosque, either riding or on foot, and he would pray two Rak‘ahs there.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

15/374- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhuma- meriwayatkan, "Dahulu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengunjungi Masjid Qubā` dengan berkendara dan berjalan kaki, lalu salat dua rakaat di sana." (Muttafaq 'Alaih)

en

According to another version, he said: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to visit Qubā’ Mosque every Saturday, either riding or on foot, and Ibn ‘Umar used to do the same thing.”

Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa datang ke Masjid Qubā` setiap hari Sabtu dengan berkendara dan berjalan kaki. Dan dahulu Ibnu Umar pun melakukan hal itu."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Qubā’ is a mosque located in one of the districts of Madinah, about 3 kilometers from the Prophet’s Mosque. It is the mosque referred to in the following verse: {A mosque that was founded on piety from the first day is more deserving for you to pray therein}.

قُبَاء (Qubā`): yaitu Masjid Qubā`, terletak di salah satu distrik Kota Madinah, kurang lebih sejauh 3 km dari Masjid Nabawi. Masjid inilah yang menjadi sebab turunnya ayat: "Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to visit Qubā’ Mosque, emulating the practice of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him).

1) Anjuran berkunjung ke Masjid Qubā` untuk meneladani perbuatan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) ‘Abdullah ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) was so keen to follow the example of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him), which should be the attitude of the successful believers.

2) Antusiasme Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- untuk meneladani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beginilah keadaan orang beriman yang mendapat taufik; dia akan berusaha untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The merit of Qubā’ Mosque was highlighted in many Hadīths, one of which is the one where Abu Umāmah reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Whoever performs ablution at home and then comes to the mosque of Qubā’ and offers prayer in it shall have a reward like that of ‘Umrah.’” [Narrated by Ahmad with an authentic chain of narration]

Terdapat beberapa hadis tentang keutamaan Masjid Qubā`, di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Umāmah, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian datang ke Masjid Qubā` lalu melakukan salat di dalamnya, maka dia akan mendapatkan semisal pahala umrah." (HR. Ahmad dengan sanad yang sahih)

en

Ibn Kathīr (may Allah have mercy upon him) said in his Tafsīr book:

Al-Ḥāfiẓ Ibnu Kaṡīr -raḥimahullāh- berkata dalam Tafsirnya,

en

“Allah urged his Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) to pray in the mosque of Qubā’ which was founded on piety ever since the first day...Therefore He said: {A mosque that was founded on piety from the first day is more deserving for you to pray therein}. The mosque referred to in this context is the mosque of Qubā’... A group of the righteous predecessors stated that the mosque mentioned in the verse is Qubā’ Mosque... However, according to an authentic Hadīth: “The mosque that was founded on piety is the mosque of the Messenger of Allah which stands in the middle of Madinah.” This is a correct statement, and there is no contradiction between the two views, for if the mosque of Qubā’ was founded on piety from the first day, then this is true of the mosque of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) with greater reason and more deservingly.

"Allah menganjurkan kepada Nabi-Nya agar mengerjakan salat di Masjid Qubā` yang sejak hari pertama pembangunannya dibangun di atas ketakwaan... Oleh karena itu, Allah berfirman, Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya.' (QS. At-Taubah: 108). Konteks ayat ini berbicara tentang Masjid Qubā`... Bahkan sebagian salaf menegaskan bahwa maksudnya ialah Masjid Qubā`... Tetapi, disebutkan dalam hadis yang sahih: bahwa Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi) yang ada di tengah Kota Madinah itulah masjid yang didirikan di atas ketakwaan. Ini benar. Namun, tidak ada kontradiksi antara ayat dan hadis ini. Karena, jika Masjid Qubā` didirikan di atas ketakwaan sejak hari pertama, maka Masjid Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih utama dan lebih pantas seperti itu."