Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

54 - Chapter on the merit of weeping out of fear from Allah and out of longing for Him.

54- KEUTAMAAN MENANGIS KARENA TAKUT DAN RINDU KEPADA ALLAH -TA'ĀLĀ-

en

Allah Almighty says: {And they fall upon their faces weeping, and it [i.e. the Qur’an] increases them in humble submission.} [Al-Isrā’: 109] He also says: {Then at this statement do you wonder? And you laugh and do not weep.} [An-Najm: 59-60]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk." (QS. Al-Isrā`: 109) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu tertawakan dan tidak menangis?" (QS. An-Najm: 59-60)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) The reason behind a person weeping out of fear from Allah is either fear after the commission of a sin that left within him a feeling of being rejected, or longing for Him, if this follows a pious act that left within him a feeling of love for Him and closeness to Him.

1) Tangisan hamba karena takut kepada Allah; entah disebabkan karena dia takut kepada Allah, bila hal itu terjadi setelah melakukan suatu maksiat yang menyebabkan dirinya terjauhkan dari rahmat-Nya, atau entah karena rindu kepada-Nya, bila hal itu terjadi setelah melakukan ketaatan yang dimudahkan kepadanya yang menyebabkan dirinya mendapatkan kedekatan dan cinta dari Allah.

en

2) Expressing disapproval of hard-hearted people whose tears dried up because of their harshness.

2) Pengingkaran terhadap orang-orang yang hatinya keras; yaitu orang-orang yang air matanya kering akibat hatinya yang keras.

en

446/1 - Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to me: “Recite the Qur’an to me.” I said: “O Messenger of Allah, should I recite it to you while it has been revealed to you!” He said: “I like to hear it from others.” I recited to him Sūrat Al-Nisā’ till I reached this verse: {So how [will it be] when We bring from every nation a witness and We bring you, [O Muhammad], against these [people] as a witness?} [An-Nisā’: 41] Thereupon, he said: “Enough, now.” I turned toward him and saw him shedding tears. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/446- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata kepadaku, "Bacakanlah kepadaku Al-Qur`ān!" Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah aku akan membacakannya kepadamu, padahal kepadamulah Al-Qur`ān diturunkan?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya aku ingin mendengarnya dari orang lain." Lantas aku membacakan kepada beliau Surah An-Nisā`. Hingga ketika aku sampai pada ayat: "Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka." (QS. An-Nisā`: 41) Beliau berkata, "Cukup sekarang." Aku menoleh ke arah beliau, ternyata kedua matanya mencucurkan air mata. (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are urged to contemplate the Qur’an as we recite it or listen to its recitation. This brings tears to our eyes and fear into our hearts. Indeed, the thirst of our hearts is quenched by remembrance of Allah Almighty.

1) Anjuran untuk menadaburi Al-Qur`ān ketika membaca atau mendengarnya. Hal itu akan menjadi sebab mata menangis dan hati takut, karena (disebutkan dalam syair): "Air penghilang dahaga hati adalah zikir kepada Allah, maka bergegaslah meraihnya... dan jangan langkahi taman orang-orang yang berzikir sehingga engkau berada di tempat yang tandus."

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to weep and feel fearful of Allah during Qur’an recitation, and Allah Almighty says: {There has certainly been for you in the Messenger of Allah an excellent pattern.}

2) Di antara adab yang diajarkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam membaca Al-Qur`ān adalah mewujudkan rasa takut dan tangisan, karena Allah berfirman, "Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu."

en

447/2 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) delivered to us a sermon the like of which I have never heard. He said: “By Allah, if you were to know what I know, you would laugh a little and weep much.” Thereupon, the Prophet’s Companions covered their faces and began to sob. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim] It has been previously cited in the chapter on fear.

2/447- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyampaikan kepada kami sebuah pidato yang belum pernah sama sekali aku mendengar pidato semisalnya, beliau bersabda, "Kalau saja kalian tahu apa yang kutahu, sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Sehingga sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menutup wajah mereka sambil menangis. (Muttafaq 'Alaih). Hadis ini telah dijelaskan dalam Bab Khauf (Takut).

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

خَنِينٌ (khanīn): tangisan disertai suara lemah yang keluar dari hidung.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s guidance in preaching people and urging them to weep out of fear of Allah Almighty.

1) Menjelaskan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam menasihati manusia serta anjuran kepada manusia supaya menangis karena takut kepada Allah -Ta'ālā-.

en

2) A person’s ignorance and wrongdoing cause him not to weep.

2) Kebodohan dan kezaliman seseorang menjadi sebab tidak bisa menangis.

en

3) It points out the Companions’ merit and how they were directly moved by the Prophet’s preaching. How far from it are those to whom clear verses and Hadīths are read and they are not moved! And they may be humbled and weep upon hearing songs and poems. We should find a way to revive the approach of the Companions in listening.

3) Keutamaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- karena langsung tersentuh dengan nasihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu, bagaimana keadaan orang-orang yang dibacakan kepadanya ayat-ayat yang jelas serta hadis-hadis yang memberi peringatan, lantas hatinya tidak tersentuh?! Padahal mungkin dia akan khusyuk dan menangis ketika mendengar nasyid dan syair!! Maka marilah menghidupkan metode para sahabat ketika mendengarkan bacaan ayat-ayat dan hadis-hadis.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

In another version of the Hadīth: “Allah Almighty revealed to him: ‘O Muhammad, why do you cause my slaves to despair?’ So, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) returned and said: ‘Rejoice, and do good deeds properly and moderately.’”

Dalam sebagian riwayat hadis ini disebutkan: Allah -'Azza wa Jalla- mewahyukan kepada beliau, "Ya Muhammad! Mengapa engkau jadikan hamba-hamba-Ku putus asa?" Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kembali seraya bersabda, "Bergembiralah! Kerjakanlah yang seharusnya atau berusahalah yang mendekati."

en

So, the Hadīth urges us to combine hope and fear, for fear alone causes despair, and hope alone inspires arrogance and self-conceit.

Di dalam hadis ini terdapat penggabungan antara takut dan harap. Karena takut saja akan melahirkan sifat putus asa dan kehilangan harapan. Sedangkan harap saja akan melahirkan kesombongan dan ujub.

en

448/3 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “One who weeps out of fear of Allah will not enter Hellfire till milk returns back in the udder; and the dust raised on account of fighting in the way of Allah will not exist together with the smoke of Hellfire.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

3/448- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali lagi ke kantungnya, dan tidak akan menyatu antara debu dalam perjuangan di jalan Allah dan asap neraka Jahanam." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يَلِجُ (yaliju): masuk.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Weeping out of fear of Allah Almighty inspires uprightness, and thus it protects one from the punishment in Hellfire.

1) Menangis karena takut kepada Allah -Ta'ālā- akan mendorong sikap istikamah sehingga menjadi pelindung dari azab neraka.

en

2) It is a sign of sincere faith that a person sheds tears out of fear of his Lord.

2) Di antara tanda ketulusan iman ialah cucuran air mata karena takut kepada Allah -Ta'ālā-.

en

449/4 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Seven people Allah will give them His shade on the Day when there would be no shade but His shade: a just ruler; a young man who grew up in the worship of Allah; a man whose heart is attached to the mosques; two men who love each other for the sake of Allah so they meet and depart from each other for His sake; a man whom a woman of status and beauty tries to seduce but he (rejects her advances and) says: ‘I fear Allah’; a man who gives in charity and conceals it (to such an extent) that his left hand does not know what his right hand has given; and a man who remembers Allah in solitude so his eyes overflow with tears.” [Al-Bukhāri and Muslim]

4/449- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah -Ta'ālā-, seseorang yang hatinya tertaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah di atasnya, seseorang yang diajak berzina oleh perempuan terpandang nan cantik lalu dia mengatakan: aku takut kepada Allah, seseorang yang memberi sedekah lalu dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya, dan seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian lalu mengucurkan air matanya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) He who weeps out of fear of Allah is among the seven types of people whom Allah will shade under His shade.

1) Orang yang menangis karena takut kepada Allah adalah salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah.

en

2) It is recommended that a person remembers Allah Almighty while his mind is free from any other thought and his place is free from any other person; thus his weeping would be purely for Allah’s sake.

2) Seseorang dianjurkan untuk berzikir kepada Allah ketika hati kosong dari memikirkan selain Allah -'Azza wa Jalla- serta dalam kondisi menyendiri, tidak bersama siapa pun, sehingga tangisannya murni karena Allah -Ta'ālā-.

en

450/5 - ‘Abdullāh ibn al-Shikhkhīr (may Allah be pleased with him) reported: I came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) while he was praying. He was sobbing with his chest wheezing like a boiling pot. [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi in Al-Shamā’il with an authentic Isnād]

5/450- Abdullah bin Asy-Syikhkhīr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku pernah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau sedang mengerjakan salat sementara dari dada beliau ada suara (tangisan) seperti suara periuk yang mendidih karena menangis." (Hadis sahih; riwayat Abu Daud dan Tirmizi dalam Asy-Syamā`il dengan sanad sahih).

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لِجَوْفِهِ (li jaufihi): dari dada beliau.

en

--

أَزِيزِ المِرْجَلِ (azīz al-mirjal): suara periuk ketika mendidih.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It highlights the Prophet’s perfect fear of Allah Almighty. The sound of his weeping was a clear sign of that.

1) Menjelaskan tingginya rasa takut Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu suara tangis beliau menunjukkan tingginya rasa takut beliau kepada Allah -Ta'ālā-.

en

2) There is nothing wrong with signs of humility showing on a person without affectation. Verily, a good deed brings light and radiance to the faces of the pious.

2) Orang yang terlihat pada dirinya tanda-tanda khusyuk yang tidak dipaksakan tidaklah bersalah, karena kebaikan akan melahirkan cahaya di wajah orang-orang yang taat.

en

451/6 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to Ubayy ibn Ka‘b (may Allah be pleased with him): “Allah Almighty commanded me to recite to you the Sūrah of Al-Bayyinah.” He said: “And He mentioned me by name?” He said: “Yes.” Thereupon, Ubayy wept. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/451- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada Ubay bin Ka'ab -raḍiyallāhu 'anhu-, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- memerintahku untuk membacakanmu Surah Lam Yakunillażīna Kafarū." Ubay berkata, "Apakah Allah menyebut namaku?" Rasulullah menjawab, "Ya." Lantas Ubay pun menangis. (Muttafaq 'Alaih)

en

In another version: “Ubayy kept weeping.”

Dalam riwayat lain disebutkan, "Sehingga Ubay langsung menangis."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the merit of the Companion Ubayy ibn Ka‘b (may Allah be pleased with him), for he was one of those versed in Qur’an’s memorization and recitation. So, Allah Almighty mentioned him by name.

1) Keutamaan sahabat Ubay bin Ka'ab -raḍiyallāhu 'anhu-. Beliau termasuk orang-orang yang kukuh ilmunya dalam menghafal Al-Qur`ān dan membacanya, dan Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- sebut namanya.

en

2) It is permissible to weep upon the occurrence of pleasant things and blessings.

2) Dibolehkan menangis ketika senang dan bahagia serta mendapatkan karunia.

en

3) It highlights the merit of Sūrat Al-Bayyinah, as it includes Tawhīd (monotheism), the message, the Hereafter, the scrolls, the scriptures revealed to the prophets, mention of prayer, Zakah, and sincerity, and demonstration of the conditions of people in Paradise and Hellfire. So, it sheds light on good things in the worldly life and in the Hereafter.

3) Keutamaan Surah Al-Bayyinah karena berisi pembahasan tentang tauhid, kerasulan, hari akhir, suhuf dan kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi -ṣallallāhu 'alaihim wa sallam-, penyebutan salat, zakat, dan keikhlasan, serta menjelaskan keadaan penghuni surga dan neraka, sehingga di dalamnya mengandung penjelasan tentang kebaikan dunia dan akhirat.

en

452/7 - Anas ibn Mālik (may Allah be pleased with him) reported: After the Prophet’s death, Abu Bakr said to ‘Umar (may Allah be pleased with both of them): “Let us visit Umm Ayman just as the Messenger of Allah used to visit her.” When they came to her, she wept. They said to her: “What makes you weep? Do you not know that what is with Allah is better for the Messenger of Allah?” She said: “I am not weeping because of not knowing that what is with Allah is better for the Messenger of Allah, but I weep because the revelation from the sky has stopped.” Her words moved them to tears and they began to weep along with her. [Narrated by Muslim] It has been previously cited in the chapter on visiting good people.

7/452- Masih dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, dia menuturkan bahwa Abu Bakar berkata kepada Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, "Mari kita pergi berkunjung ke rumah Ummu Aiman -raḍiyallāhu 'anhā- sebagaimana dulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengunjunginya." Ketika keduanya sampai, Ummu Aiman menangis. Keduanya bertanya, "Apa yang membuatmu menangis? Tidak tahukah engkau bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?" Ummu Aiman menjawab, "Aku menangis bukan karena tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit." Ucapan Ummu Aiman ini membuat keduanya terharu, sehingga keduanya ikut menangis bersamanya. (HR. Muslim). Hadis telah dijelaskan sebelumnya dalam Bab Berkunjung kepada Orang Baik.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) had soft hearts. A small reminder of faith would move them and touch their hearts.

1) Kelembutan hati para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-; sehingga pembahasan tentang iman yang sangat kecil sekalipun dapat menggetarkan hati mereka.

en

2) When a person visits his fellow Muslims, he ought to mention to them what revives their faith and brings tears to their eyes out of fear of Allah Almighty.

2) Kewajiban seseorang ketika menjenguk saudaranya adalah agar mengingatkannya dengan sesuatu yang dapat menggerakkan iman sehingga menjadi sebab air matanya mengalir karena takut kepada Allah -Ta'ālā-.

en

453/8 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported: When the Prophet’s illness got worse, he was asked about (leading) the prayer so he said: “Order Abu Bakr to lead the people in prayer.” Thereupon, ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) said: “Abu Bakr is a softhearted man; when he recites the Qur’an, he cannot help but weep.” He still said: “Order him to lead the prayer.” In another version by ‘Ā’ishah, she said: I said: “If Abu Bakr leads the prayer in place of you, people will not be able to hear him due to his weeping.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

8/453- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Ketika sakit Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- semakin keras, ada yang bertanya kepada beliau tentang imam salat. Beliau bersabda, "Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami orang-orang dalam salat!" Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- lantas berkata, "Sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang sangat lembut hatinya (sensitif). Ketika membaca Al-Qur`ān dia tidak dapat menahan tangisnya." Namun beliau tetap bersabda, "Suruhlah dia (Abu Bakar) untuk menjadi imam!" Dalam satu riwayat dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- dia berkata, "Sesungguhnya apabila Abu Bakar menggantikan tempatmu (menjadi imam), orang-orang tidak dapat mendengar bacaannya karena dia akan menangis." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It describes Abu Bakr (may Allah be pleased with him) and how much he feared Allah Almighty.

1) Besarnya rasa takut Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

2) Unaffected softheartedness and weeping during recitation of the Qur’an is commendable.

2) Anjuran berhati lembut dan menangis ketika membaca Al-Qur`ān tanpa dipaksakan.

en

454/9 - Ibrahīm ibn ‘Abd al-Rahmān ibn ‘Awf reported that food was brought to his father, ‘Abd al-Rahman ibn ‘Awf (may Allah be pleased with him), and he was fasting (that day); so he said: “Mus‘ab ibn ‘Umayr was martyred and he was better than me, but only one garment was available to shroud him. It was so small that if his head was covered, his feet remained uncovered, and if his feet were covered, his head remained uncovered. Then, the bounties of this world were bestowed upon us generously - or he said: We were given of this world what we were given - I am afraid that the reward of our good deeds has been hastened to us in this world (instead of the Hereafter).” Upon saying this, he started crying and left the food untouched. [Narrated by Al-Bukhāri]

9/454- Ibrāhīm bin Abdurraḥmān bin 'Auf meriwayatkan bahwasanya Abdurraḥmān bin 'Auf -raḍiyallāhu 'anhu- disuguhi hidangan makanan sementara dia sedang berpuasa. Abdurraḥmān bin 'Auf berkata, "Muṣ'ab bin 'Umair -raḍiyallāhu 'anhu- terbunuh, dan dia lebih baik dariku, tetapi dia tidak memiliki kain yang dapat digunakan untuk mengafaninya kecuali sehelai selimut yang bermotif garis. Jika kepalanya ditutup, maka terbukalah kakinya. Jika kakinya ditutup, maka tampaklah kepalanya. Selanjutnya dunia dibentangkan kepada kita seluas-luasnya." Atau dia mengatakan, "Kita telah diberi kekayaan dunia yang sangat banyak. Kita khawatir, jika kebaikan-kebaikan kita telah dipercepat balasannya (dengan kekayaan ini)." Abdurraḥmān bin 'Auf seketika menangis hingga tidak menyentuh makanan itu." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to remember the lives of the righteous people, for this helps one proceed on the path to Paradise.

1) Anjuran mengambil pelajaran dari perjalanan hidup orang-orang saleh sebagai bekal yang dapat mengantar ke jalan akhirat.

en

2) When a person mentions his companions and fellow Muslims, he should mention their good actions and attributes, and he should ask Allah’s forgiveness for them and avoid saying about them what would upset them.

2) Seseorang hendaknya mengenang teman dan saudara dengan menyebutkan perbuatan mulia dan kebaikan-kebaikan mereka, memohonkan mereka ampunan, dan menghindari menyebutkan sesuatu yang menyakiti mereka.

en

3) In terms of worship, a person should compare himself to those better than him, and in terms of worldly affairs, he should compare himself to those below him. In this way, he will always be keen to do more good deeds and show gratitude to his Lord.

3) Orang yang beriman akan melihat orang di atasnya dalam hal ketaatan dan orang di bawahnya dalam hal perkara dunia sehingga dia tetap bersemangat menambah ketaatan dan bersyukur kepada nikmat Allah.

en

455/10 - Abu Umāmah Sudayy ibn ‘Ajlān al-Bāhili (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Nothing is dearer to Allah Almighty than two drops and two marks: a drop of tears shed out of fear of Allah and a drop of blood shed in the cause of Allah. As for the two marks, they are a mark left in the cause of Allah and a mark left in observing one of the obligations prescribed by Allah Almighty.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

10/455- Abu Umāmah Ṣudāy bin 'Ajlān Al-Bāhiliy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai oleh Allah daripada dua tetesan dan dua bekas. Yaitu tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah: bekas berjihad di jalan Allah dan bekas mengerjakan salah satu kewajiban yang Allah -Ta'ālā- wajibkan." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

تُهراق (tuhrāqu): ditumpahkan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Weeping out of fear of Allah Almighty is one of the best virtuous deeds.

1) Menangis karena takut kepada Allah -Ta'ālā- termasuk amal perbuatan mulia yang paling dicintai.

en

2) It points out the merit of drawing close to Allah Almighty by performing the various kinds of obligations He ordained.

2) Keutamaan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai jenis ketaatan yang Allah wajibkan kepada hamba-Nya.

en

There are many other Hadīths in this chapter, including the following:

Dalam pembahasan ini terbanyak banyak sekali hadis, di antaraya:

en

456/11 - Al-‘Irbād ibn Sāriyah (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) delivered to us such a sermon that brought fear to our hearts and tears to our eyes. It has previously been cited in the chapter on prohibiting religious innovations.

11/456- Hadis Al-'Irbāḍ bin Sāriyah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menasihati kami dengan nasihat yang dalam, menggetarkan hati dan membuat mata berlinang." Hadis ini telah dijelaskan sebelumnya dalam Bab Larangan terhadap Bidah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It highlights that a sermon should be eloquent and touching; making the eyes tearful and the hearts fearful.

1) Menjelaskan sifat nasihat, yaitu supaya mendalam serta membekas, membuat mata berlinang dan menggetarkan hati.

en

2) The moving speech is what comes out of the beacon of Shariah and the guidance of revelation and thus finds its way into the hearts.

2) Kalimat yang berkesan adalah yang keluar dari lentera agama dan petunjuk wahyu sehingga akan masuk ke dalam hati.