Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

55 - Chapter on the virtue of asceticism in the worldly life and the merit of poverty

55- BAB KEUTAMAAN ZUHUD TERHADAP DUNIA, ANJURAN HIDUP SEDERHANA SERTA KEUTAMAAN HIDUP MISKIN

en

Allah Almighty says: {The example of [this] worldly life is like rain which We have sent down from the sky that the plants of the earth absorb - [those] from which men and livestock eat - until, when the earth has taken on its adornment and is beautified and its people suppose that they have capability over it, there comes to it Our command by night or by day, and We make it as stubble, as if it had not flourished the day before. Thus do We explain in detail the signs for a people who give thought.} [Yūnus: 24] He also says: {And give them the example of the life of this world; like rain which We send down from the sky, and the vegetation of the earth mingles with it and [then] it becomes dry remnants, scattered by the winds. And Allah is Most Capable over all things. Wealth and children are adornment of the worldly life. But the lasting good deeds are better to your Lord in reward and better for [one’s] hope.} [Al-Kahf: 45-46] And He says: {Know that the life of this world is but amusement and diversion and adornment and boasting among yourselves and competition in increase of wealth and children - like the example of a rain whose [resulting] plant growth pleases the tillers; then it dries and you see it turned yellow; then it becomes [scattered] debris. And in the Hereafter is severe punishment and forgiveness from Allah and approval. And what is the worldly life except the enjoyment of delusion.} [Al-Hadīd: 20] He also says: {Beautified for people is the love of what they desire - of women and sons, heaped-up sums of gold and silver, fine branded horses, and cattle and tilled land. That is the enjoyment of worldly life, but Allah has with Him the best return.} [Āl ‘Imrān: 14] And He says: {O mankind, indeed the promise of Allah is true, so let not the worldly life delude you and be not deceived about Allah by the Deceiver [i.e. Satan].} [Fātir: 5] He also says: {Competition in [worldly] increase diverts you, until you visit the graveyards. No! You are going to know. Then, no! You are going to know. No! If only you knew with knowledge of certainty. You will surely see the Hellfire. Then you will surely see it with the eye of certainty. Then you will surely be asked that Day about pleasure.} [At-Takāthur: 1-8] And He says: {And this worldly life is not but diversion and amusement. And indeed, the home of the Hereafter is the [eternal] life, if only they knew.} [Al-‘Ankabūt: 64] There are many other well-known verses in this respect.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan menjadi cantik, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam dan siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang berpikir." (QS. Yūnus: 24) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahf: 45-46) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS. Al-Ḥadīd: 20) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik." (QS. Āli 'Imrān: 14) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Fāṭir: 5) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kalian mengetahui dengan pasti, niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahīm. Kemudian kalian benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kemudian kalian benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)." (QS. At-Takāṡur: 1-8) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (Al-'Ankabūt: 64) Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini sangatlah banyak dan masyhur.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) The life of this world, with all its pleasures, is nothing but temporary enjoyment. So, a wise person would treat it as an abode of passing, not of permanent stay.

1) Dunia dengan segala macam kemewahannya adalah kenikmatan yang sedikit dan akan sirna, sehingga orang yang cerdas adalah yang menjadikannya sebagai negeri persinggahan, bukan negeri untuk menetap.

en

2) Allah is merciful to His servants, as He warned them of getting deceived by this world and opened for them the doors of the Hereafter.

2) Rahmat Allah kepada hamba-Nya, yaitu Allah mengingatkan mereka agar tidak teperdaya dengan kenikmatan dunia lalu membukakan mereka pintu-pintu akhirat.

en

As for the relevant Hadīths,

Adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan bab ini,

en

they are too many to be counted. So, we only mention some of them.

maka tidak bisa dihitung jumlahnya, sehingga kita akan sebutkan sebagiannya untuk mengingatkan yang lainnya.

en

457/1 - ‘Amr ibn ‘Awf al-Ansāri (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) sent Abu ‘Ubaydah ibn al-Jarrāh to Bahrain to collect its tribute. So, he returned from Bahrain with wealth. The Ansār got news of it and joined the Prophet in the Fajr prayer. When the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) concluded the prayer, they stood in his way. When he saw them, he smiled and said: “I think you have heard about the arrival of Abu ‘Ubaydah with something from Bahrain.” They said: “Yes, O Messenger of Allah.” He said: “Rejoice and hope for that which will please you. By Allah, it is not poverty that I fear for you, but I fear that this world will be opened up with its wealth for you as it was opened to those before you; and that you would vie with one another over it as they did and eventually it ruins you as it ruined them.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/457- 'Amr bin 'Auf Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengutus Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrāh -raḍiyallāhu 'anhu- ke Bahrain untuk mengambil jizyah (upeti) penduduknya. Lalu Abu 'Ubaidah datang membawa harta dari Bahrain. Lantas orang-orang Ansar mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, mereka pun melaksanakan salat Fajar bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Usai salat, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beranjak pergi, sehingga orang-orang Ansar menghadang beliau. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tersenyum manakala melihat mereka, lalu bersabda, "Aku kira kalian sudah mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah dari Bahrain dengan membawa sesuatu?" Mereka menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Bergembiralah dan berharaplah dengan sesuatu yang menyenangkan kalian. Demi Allah! Bukan kefakiran yang aku khawatirkan pada kalian. Tetapi yang aku khawatirkan pada kalian ialah dibentangkannya kenikmatan dunia pada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian berlomba-lomba kepadanya sebagaimana mereka telah berlomba-lomba kepadanya, lalu dunia membinasakan kalian sebagaimana membinasakan mereka." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Its tribute: a tax paid by its residents, who were mostly Magians. A tribute is money paid by non-Muslims in subjugation to Muslims in return for staying as non-Muslims and receiving protection for their families, property, and religion.

بِجِزْيَتِهَا (bi jizyatihā): maksudnya, dengan jizyah penduduknya. Mayoritas penduduk Bahrain adalah Majusi. Jizyah adalah harta yang yang diserahkan oleh orang kafir zimi sebagai bentuk ketundukan kepada pemerintah Islam, juga sebagai imbalan ketetapannya dalam kekafiran. Jizyah itu dia berikandalam rangka mendapatkan keamanan pada keluarga, harta, dan agamanya.

en

--

فَوافَوْا (fawfau): mereka berkumpul dan hadir.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Poverty may be better for people, as wealth often makes them transgress the bounds.

1) Ada kalanya hidup miskin lebih baik bagi seseorang, karena harta umumnya membuat manusia zalim.

en

2) The Prophet’s perfect approach in dealing with human souls in a way that reforms them. He knew what the Ansār wanted, and so he gave them hope and put their hearts at ease.

2) Sempurnanya petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam mengobati jiwa manusia dengan tepat; yaitu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tahu apa yang diinginkan oleh orang-orang Ansar, lalu beliau memberi mereka kabar gembira dan harapan agar hati mereka tenang.

en

458/2 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) sat on the pulpit and we sat around him. He said: “Verily, among the things I fear for you after me are the splendor and pleasures of this worldly life when they become plentifully available to you.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/458- Abū Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di atas mimbar sedangkan kami duduk mengelilingi beliau. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di antara hal yang aku takutkan menimpa kalian semua sepeninggalku nanti ialah keindahan harta dunia serta perhiasannya yang akan dibukakan untuk kalian." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Attachment to worldly life that makes a person forget about the Hereafter is the thing that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) feared most for his Ummah.

1) Terpana dengan dunia yang sampai membuat lupa kepada akhirat adalah yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap umat beliau.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was compassionate toward his Ummah and keen on their salvation. He feared they might get attached to the transient pleasures and forget the permanent ones. Callers to Allah Almighty should adopt this same approach.

2) Kasih sayang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya, juga kepedulian beliau terhadap keselamatan mereka serta kekhawatiran beliau mereka akan terikat dengan dunia yang fana lalu lalai terhadap akhirat yang kekal. Seperti inilah seharusnya para dai yang berdakwah mengajak manusia kepada Allah -Ta'ālā-, supaya bersungguh-sungguh di dalam memberi petunjuk kepada manusia.

en

3) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) informed us about the condition of his Ummah and that worldly life will be opened for them along with its ornaments and temptations.

3) Berita dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang keadaan umat beliau serta kemewahan dunia yang akan dibukakan kepada mereka.

en

459/3 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The life of this world is sweet and green, and Allah makes you generations succeeding one another so that He may try you with respect to your actions. So beware of (the temptations of) this world and beware of (the temptations of) women.” [Narrated by Muslim]

3/459- Masih dari Abu Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- menyerahkan urusannya kepada kalian, lalu melihat apa yang kalian kerjakan. Maka takutlah kepada fitnah dunia dan takutlah kepada fitnah wanita." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا (mustakhlifukum fīhā): menjadikan kalian sebagai penguasa yang saling mewarisi.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) People can enjoy the permissible worldly pleasures, for life is sweet and green.

1) Seseorang boleh menikmati kenikmatan dunia yang halal, sesungguhnya kenikmatan dunia manis dan hijau.

en

2) A person’s duty in this life is to worship Allah and establish servitude to Him: {I have not created jinn and men except to worship Me.}

2) Tugas manusia di dunia adalah menegakkan ibadah kepada Allah -Ta'ālā-: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Aż-Żariyāt: 56)

en

460/4 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “O Allah, there is no true life except the life of the Hereafter.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/460- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang hakiki selain kehidupan akhirat." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The truly blissful life a person seeks to attain and feels joyful when he gets is the life of the Hereafter. As for worldly life, it is mixed with different kinds of trials and troubles.

1) Kehidupan indah yang berusaha diwujudkan dan didambakan oleh orang yang diberi taufik ialah kehidupan negeri akhirat. Adapun kehidupan dunia, maka dia adalah kehidupan yang tercemar dengan berbagai macam musibah dan ujian.

en

2) A believer is urged to care about the reward and blessings from Allah Almighty, which are permanent.

2) Anjuran agar orang beriman memberikan perhatian terhadap apa yang ada di sisi Allah, karena itu yang akan kekal dan tidak putus kenikmatannya.

en

461/5 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A dead person is followed (to the grave) by three: his family, his wealth, and his deeds. Then two of them return - his family and his wealth - and only his deeds remain with him.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/461- Masih dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Jenazah itu akan diikuti oleh tiga hal: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan pulang, dan satu yang akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan pulang, dan yang tinggal adalah amalnya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) What truly benefits a deceased person is his good deeds. So, blissful are those who are taken to their graves with abundant righteous deeds.

1) Yang akan berguna bagi orang yang meninggal adalah amal salehnya. Sehingga berbahagialah orang yang datang ke kuburnya dengan bekal yang baik.

en

2) A person’s family and property are but temporary deposits with him, and he will eventually go to his Lord and leave them behind.

2) Keluarga dan harta adalah titipan pada hamba, kemudian masing-masing orang akan pergi menemui Tuhannya dan meninggalkan titipan tersebut.

en

462/6 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The most privileged of people in this world, from among the dwellers of Hellfire, will be brought on the Day of Judgment and dipped once in Hellfire and then he will be asked: ‘O son of Adam, have you ever experienced any bliss?’ He will say: ‘No my Lord, by Allah, I have not.’ Then, the most miserable of people in this world, from among the dwellers of Paradise, will be dipped once in Paradise and then he will be asked: ‘O son of Adam, have you ever experienced any misery?’ He will say: ‘No, by Allah, I have never been in misery nor have I experienced any hardship.’” [Narrated by Muslim]

6/462- Masih dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari Kiamat kelak akan dihadirkan orang yang paling merasakan nikmat di dunia dari kalangan penduduk neraka, lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam neraka. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai anak Adam! Apakah kamu pernah melihat satu kebaikan sekalipun? Apakah kamu pernah merasakan satu kenikmatan sekalipun?’ Dia menjawab, ‘Demi Allah! Tidak pernah, ya Rabbi.’ Kemudian dihadirkan orang yang paling sengsara di dunia dari kalangan penduduk surga, lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam surga. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai anak Adam! Apakah kamu pernah melihat satu penderitaan sekalipun? Apakah kamu pernah merasakan satu kesengsaraan sekalipun?’ Dia menjawab, ‘Demi Allah! Tidak pernah. Aku tidak pernah sama sekali merasakan satu penderitaan. Tidak juga pernah melihat satu kesengsaraan sekalipun.” (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يُصْبَغُ في النَّارِ صَبْغَةً: dicelupkan ke dalam neraka satu kali celupan.

en

--

بُؤْسًا (bu`san): kemiskinan dan kesulitan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The bliss and torment in the life of this world are nothing compared to the bliss in Paradise and the torment in the Hellfire. This fact prompts us to be patient and hopeful.

1) Kenikmatan dan kesengsaraan dunia tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan surga dan siksa neraka. Ini mengandung anjuran untuk mengharapkan surga dan bersabar dari penderitaan dunia.

en

2) When Allah Almighty bestows favors upon evil people in the worldly life, this does not mean that He loves them. Rather, He only gives them their share in this life so that they will have nothing but punishment in the Hereafter when they meet Him.

2) Pemberian karunia oleh Allah kepada para pelaku maksiat dan kerusakan di dunia tidak menjadi bukti bahwa Dia mencintai mereka. Tetapi itu adalah bentuk menyegerakan balasan sedikit kebaikan mereka di dunia. Sehingga ketika menghadap Allah mereka tidak lagi memiliki apa-apa di akhirat kecuali siksa.

en

463/7 - Al-Mustawrid ibn Shaddād (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “This world in comparison with the Hereafter is like the amount of water one of you gets when he dips his finger in the sea. Let him look what his finger returns with.” [Narrated by Muslim]

7/463- Al-Mustaurid bin Syaddād -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah dunia itu dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang kalian mencelupkan telunjuknya ke lautan, maka lihatlah (dunia) pada apa yang tersisa (di tangannya)!" (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

اليَمُّ (al-yamm): laut.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The worldly life is lowly and transient. A wise person would make it a means by which he can win in the Hereafter.

1) Dunia ini hina dan akan sirna; orang yang cerdas adalah yang menjadikannya sebagai kendaraan dan sarana yang baik untuk meraih akhirat.

en

2) It is permissible to set examples to clarify meanings.

2) Boleh membuat perumpamaan untuk memudahkan memahami makna tertentu.

en

464/8 - Jābir (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was passing through the market with his Companions on his both sides, when he saw a dead lamb with very short – or cut – ears. He held its ear and said: “Which one of you would like to have this for a dirham?” They replied: “We do not like to have it for anything, and what shall we do with it?” Then he asked: “Would you like to have it for nothing?” They replied: “Had it been alive, it would have been defective because of its short – or cut – ears, and this is more so as it is dead.” He said: “By Allah, the world is less worthy to Allah than this is to you.” [Narrated by Muslim]

8/464- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati pasar sementara orang-orang ikut berjalan di kanan dan kiri beliau. Kemudian beliau melewati bangkai anak kambing yang telinganya kecil. Beliau mengambil anak kambing itu dan memegang telinganya lalu bersabda, "Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan satu dirham?" Mereka menjawab, "Kami tidak akan sudi membelinya dengan berapa pun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?" Beliau bertanya, "Apakah kalian mau anak kambing ini untuk kalian dengan cuma-cuma?" Mereka menjawab, "Seandainya ia masih hidup, kambing ini tetap cacat, telinganya kecil. Apalagi dia sudah jadi bangkai." Maka beliau bersabda, "Demi Allah! Sungguh, dunia ini lebih hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini di mata kalian." (HR. Muslim)

en

--

Kata "كَنَفتَيْهِ" (kanafataihi), maksudnya: di dua sisi beliau. Sedangkan "الأَسَكُّ (al-asakk): yang bertelinga kecil.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The worldly life and all that it contains is more lowly and worthless in the sight of Allah than the carcass of a defective animal. How could it deceive people then!

1) Dunia dengan seluruh isinya lebih hina di sisi Allah dari bangkai hewan yang cacat. Tapi sungguh mengherankan, bagaimana bisa dunia menipu dan memperdaya banyak manusia?!

en

2) The scholars should remind people of the worthlessness of this world, urge them to live in it in an ascetic way, and warn them of attachment to it. There is nothing wrong with enjoying the permissible pleasures in this life, provided that one does not forget the Hereafter.

2) Kewajiban orang berilmu untuk mengingatkan manusia tentang hinanya dunia serta menganjurkan mereka untuk bersikap zuhud di dalamnya dan memperingatkan mereka agar tidak teperdaya dengannya. Tetapi, tidak tercela orang yang menikmati kenikmatan halal yang ada padanya, dengan syarat dia tidak lupa akhirat.

en

465/9 - Abu Dharr (may Allah be pleased with him) reported: While I was walking with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in the Harra of Madīnah, (Mount) Uhud came in sight. Thereupon, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “O Abu Dharr!” I said: “At your service, O Messenger of Allah!” He said: “I would not be pleased to have the like of Uhud in gold and three days pass while even one dinar thereof remains with me, except what I keep to repay debts. Otherwise, I would distribute it among Allah’s slaves like this, and like this, and like this,” pointing to his right, his left, and behind his back. He then walked and said: “The rich ones will be the ones with the least good deeds on the Day of Judgment except those who spend their wealth like this, and like this, and like this,” pointing to his right, his left, and behind his back, “but these are only few.” Then he said to me: “Stay in your place. Do not leave it until I come back to you.” Then he proceeded in the darkness of night until he went out of sight. I then heard a voice and I was afraid that someone might have attacked the Prophet. So I wanted to go to him, but I remembered what he had said: “Do not leave until I come back to you.” Therefore, I stayed at my place until he came back to me. I said: “I heard a voice and I was afraid of it,” and I mentioned that to him. He said: “You heard it?” I replied: “Yes.” He said: “That was Jibrīl, who came to me and said: 'If anyone of your Ummah dies without associating anything with Allah, he will enter Paradise.” I said: “Even if he commits fornication and theft?” He said: “Even if he commits fornication and theft.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording narrated by Al-Bukhāri]

9/465- Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku pernah berjalan bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di tanah berbatu Madinah, hingga Uhud berada di hadapan kami. Beliau bersabda, "Wahai Abu Żarr!" Aku menjawab, "Aku memenuhi seruanmu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Tidaklah membuatku senang jika aku mempunyai emas seperti Uhud lalu tiga hari berlalu sementara masih tersisa bersamaku satu dinar dari emas tersebut, kecuali sebagian yang aku simpan untuk (membayar) utang. Melainkan aku membagikan emas itu kepada hamba-hamba Allah; begini, begini, dan begini." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berisyarat ke sebelah kanan, kiri, dan belakang beliau. Kemudian beliau berjalan dan bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang banyak hartanya adalah orang-orang yang paling sedikit pahalanya pada hari Kiamat. Kecuali yang memperlakukan hartanya begini, begini, dan begini -sambil berisyarat ke sebelah kanan, kiri, dan belakang beliau- tetapi sedikit sekali mereka itu." Lantas beliau bersabda, "Diamlah di tempatmu. Jangan beranjak hingga aku datang kepadamu!" Setelah itu beliau berjalan di kegelapan malam hingga tidak terlihat. Tiba-tiba aku mendengar suara keras sehingga membuatku cemas jangan-jangan ada orang yang berbuat buruk kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku pun ingin menyusul beliau, tetapi aku teringat ucapan beliau: "Jangan beranjak hingga aku datang kepadamu!" Sehingga aku tidak beranjak sampai beliau datang. Aku berkata, "Aku mendengar sebuah suara yang membuatku khawatir." Dan aku menceritakan hal itu kepada beliau. Beliau bertanya, "Apakah engkau mendengarnya?" Aku menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Itu adalah suara Jibril yang datang kepadaku. Dia berkata, 'Siapa saja dari umatmu yang meninggal dunia tanpa ia menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, niscaya dia masuk surga.'" Aku bertanya, "Meskipun dia berzina dan meskipun mencuri?" Beliau bersabda, "Meskipun dia berzina dan mencuri." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)

en

466/10 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If I had gold equal to (Mount) Uhud, it would please me that I should have nothing left of it with me after the passage of three nights, except what I might retain to repay a debt.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

10/466- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Seandainya aku mempunyai emas seperti gunung Uhud, tentu aku sangat senang sekali jika tidak berlalu tiga malam dalam keadaan aku masih memiliki sebagian harta itu kecuali sedikit yang aku sisihkan untuk (bayar) utang." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Harra: a land covered in black stones.

حَرَّةٌ (ḥarrah): tanah berbatu hitam.

en

--

أَرْصِدُهُ (arṣiduhu): aku menyiapkannya, atau aku menyimpannya.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) They point out the merit of Tawhīd and that it expiates sins, and that whoever fulfills Tawhīd will enter Paradise, without punishment or reckoning.

1) Menjelaskan keutamaan tauhid dan dosa yang dihapuskannya, bahwa orang yang merealisasikan tauhid secara sempurna akan masuk surga tanpa azab dan hisab.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was the most ascetic of all people with regard to the worldly life, along with having perfect richness and contentment in his heart.

2) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang yang paling zuhud terhadap dunia disertai sikap kanaah yang sempurna dalam hati beliau. Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada beliau.

en

3) Wealthy people mostly transgress and act arrogantly. {No! [But] indeed, man transgresses, because he sees himself self-sufficient.}

3) Umumnya orang yang banyak harta di dunia akan bersikap zalim dan sombong: "Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup." (QS. Al-'Alaq: 6-7)

en

4) Abu Dharr (may Allah be pleased with him) was most polite towards the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). He respected his command and did not disobey it, even for some likely need or benefit. Indeed, all goodness lies in following the infallible Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

4) Adab Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- yang bagus terhadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu dia menjunjung perintah Rasulullah dan tidak menyelisihinya sekalipun untuk suatu hajat dan maslahat kuat. Seluruh kebaikan ada pada mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang maksum.

en

5) Wealth is the best help whereby a righteous person can do a lot of good. A fortunate person is the one endowed with wealth and knowledge, for he will spend the money on the charitable causes he knows about.

5) Harta adalah sebaik-baik sarana penolong bagi hamba yang saleh dengan menginfakkannya pada pos-pos kebaikan, dan hamba yang diberi taufik adalah yang diberikan ilmu dan harta lalu dia menginfakkan hartanya berdasarkan ilmunya pada pos-pos kebaikan.

en

467/11 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Look at those who are below you, and do not look at those who are above you, for that is more likely to hold you back from belittling the blessings that Allah has bestowed upon you.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Muslim]

11/467- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lihatlah orang yang berada di bawah kalian (dalam urusan dunia), dan janganlah melihat orang yang ada di atas kalian. Hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kalian." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)

en

In the version by Al-Bukhāri: “When one of you looks at those who are superior to him in property and appearance, he should look at those who are inferior to him.”

Dalam riwayat Bukhari disebutkan: "Bila salah seorang kalian telah melihat orang yang dilebihkan harta dan rupanya, hendaklah dia melihat orang yang di bawahnya."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

أَجْدَرُ (ajdar): lebih pantas.

en

--

تَزْدَرُوْا (tazdarū): menganggap kecil dan meremehkan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It urges us to give thanks to Allah Almighty for His blessings, even if we are less fortunate than others in this regard.

1) Anjuran mensyukuri nikmat Allah -Ta'ālā- walaupun kadar nikmat yang dimilikinya masih berada di bawah yang lain.

en

2) The Shariah came to refine people’s souls and manners and reform their conditions.

2) Agama Islam datang untuk memperbaiki jiwa dan meluruskan keadaan manusia.

en

468/12 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Wretched is the slave of the dinar (gold coin) and dirham (silver coin) and of fancy clothes of velvet and striped silk. If he is given, he is satisfied; but if he is not given, he is unsatisfied.” [Narrated by Al-Bukhāri]

12/468- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Binasalah budak dinar, dirham, pakaian beludru, dan kain wol bermotif. Jika diberi ia rida, tetapi jika tidak diberi dia tidak rida." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

تَعِسَ (ta'isa): binasa.

en

--

القَطِيْفَةُ (al-qaṭīfah): pakaian yang mengandung beludru

en

--

الخَمِيْصَةُ (al-khamīṣah): kain bermotif.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A human being is inevitably a slave. He is either a slave to Allah or a slave to his lusts.

1) Manusia pasti memiliki sembahan, antara menjadi hamba Allah atau hamba syahwat.

en

2) Dispraised is the one who gets distracted by wealth from Allah Almighty, feeling joyful when he is given of it and sad when deprived.

2) Orang tercela adalah orang yang disibukkan harta dari beribadah kepada Allah -Ta'ālā-, sehingga dia akan senang bila diberi harta dan bersedih ketika tidak diberi.

en

469/13 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: “I have seen seventy of the people of the Suffah, and none of them had a shirt on them. They had either a lower garment (waist sheet) or a sheet which they tied around their necks. Some reached halfway down the shins and some reached the ankles; and the one wearing it would hold it with his hand to avoid exposing his private parts.” [Narrated by Al-Bukhāri]

13/469- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia bercerita, "Aku telah melihat tujuh puluh orang di antara ahli sufah, tidak seorang pun di antara mereka yang mengenakan atasan (selendang). Sebagian hanya memakai bawahan (sarung). Dan sebagian hanya memakai kain yang mereka ikat di leher; ada yang sampai setengah betis dan ada yang sampai mata kaki, sehingga kain itu harus dipegang dengan tangannya karena tidak mau auratnya terlihat." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The people of the Suffah: They are the guests of Islam from among the poor Companions. They used to take shelter in an area at the back of the Prophet’s mosque known as Suffah.

أَهْلِ الصُّفَّةِ (ahl aṣ-ṣuffah/ahli sufah): tamu-tamu Islam dari kalangan orang-orang fakir sahabat, mereka tinggal di sebuah tempat di bagian belakang Masjid Nabawi yang dikenal dengan nama aṣ-ṣuffah.

en

--

رِدَاء (ridā`): pakaian atasan yang hanya menutup bagian atas badan.

en

--

الإِزَار (al-izār): pakaian bawahan yang hanya menutup bagian bawah badan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The leading figures of this Ummah would mostly have little worldly possessions, and they include the people of the Suffah from among the Prophet’s Companions.

1) Bersikap sederhana dalam kehidupan dunia adalah kebiasaan para tokoh umat ini, di antaranya ahli sufah dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) Poverty does not prevent a person from being diligent in doing good. In fact, at the hands of those ascetic Companions, countries and people’s hearts were opened to Islam. So, do not be sad, O poor and patient Muslim!

2) Hidup serba kekurangan tidak menghalangi seseorang dari berjuang dan bersungguh-sungguh dalam kebaikan. Mereka orang-orang yang zuhud itu, di tangan merekalah negeri-negeri kafir ditaklukkan serta hati-hati manusia diislamkan. Wahai orang yang miskin dan sabar, jangan bersedih!

en

470/14 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “This world is a prison for the believer and a paradise for the disbeliever.” [Narrated by Muslim]

14/470- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dunia itu penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) This world is so insignificant in the sight of Allah Almighty that it was likened to a prison for the believer.

1) Hinanya dunia bagi Allah, sehingga Allah menjadikannya mirip seperti penjara bagi orang beriman.

en

2) If a person finds nothing but pure bliss in this world and suffers no affliction, he should check his heart and deeds, for the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) described the condition of a believer in this worldly life as that of a prisoner.

2) Siapa yang seluruh dunianya diisi dengan kesenangan murni dan tidak pernah diitimpa musibah hendaklah mengecek hati dan amalnya, karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah menggambarkan keadaan orang beriman bersama dunia seperti keadaan penjara.

en

471/15 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) held me by the shoulders and said: “Be in this world as if you are a stranger or a wayfarer.”

15/471- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau di ‎dunia seperti orang asing atau musafir!"

en

Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) used to say: “In the evening do not expect [to live until] the morning, and in the morning do not expect [to live until] the evening. Take advantage of your health before times of sickness, and take advantage of your life before your death.” [Narrated by Al-Bukhāri]

Dahulu Ibnu 'Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- memberikan nasihat, "Apabila engkau berada di sore hari ‎maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan apabila engkau berada di pagi ‎hari maka janganlah menunggu hingga sore hari! Pergunakanlah waktu sehatmu ‎untuk (menyongsong) waktu sakitmu, dan pergunakanlah hidupmu untuk (menyambut) kematianmu!"‎ (HR. Bukhari)

en

They commented on this statement, saying: It means: Do not be attracted to this life or regard it as an abode of long stay. Do not hold the thought that you will live for long or have a keen interest in it except as a stranger who only cares for certain things in other than his home. And do not get preoccupied with things that should not concern a stranger who wants to return to his family.

Dalam menjelaskan hadis ini, para ulama berkata, "Maksudnya: janganlah engkau tunduk kepada dunia, jangan dijadikan ia sebagai tempat tinggal tetap, jangan bisiki dirimu untuk hidup lama di dalamnya ataupun memberikan perhatian besar kepadanya, jangan bergantung kepadanya kecuali seperti hubungan orang asing pada selain negerinya, jangan sibukkan diri padanya kecuali seperti kesibukan orang asing di selain negerinya yang ingin pulang ke keluarganya. Wabillāhi at-taufīq."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Prophet holding Ibn ‘Umar by the shoulders is a sign of his love for him.

1) Tindakan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang memegang pundak Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- menunjukkan kecintaan beliau kepadanya.

en

2) It is recommended that a teacher holds his student by the shoulders as he teaches him and preaches to him. This inspires friendliness and draws his attention.

2) Anjuran agar guru memegang pundak anak didik ketika proses pengajaran dan nasihat, yaitu untuk mengakrabkan sekaligus menjaga konsentrasinya.

en

3) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was keen to deliver everything good to his Ummah.

3) Antusiasme Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk memberikan berbagai kebaikan kepada umatnya.

en

4) A person in this world is like a traveler. The worldly life is not an abode of permanent stay, rather a transit passage.

4) Manusia di dunia ini sedang melakukan safar, sehingga dunia ini bukan tempat tinggal tetap, tetapi hanya tempat singgah.

en

5) The believer is a stranger in this world because Paradise is his original home. {And We said: “O Adam, dwell, you and your wife, in Paradise.”} But his enemy, Satan, drove him out of it and took him captive. So, he is now living in captivity, with constant longing for his home.

5) Orang beriman di dunia ini adalah orang asing, karena surga adalah tempat tinggal pertamanya: "Wahai Adam! Tinggallah engaku dan istrimu di dalam surga." (QS. Al-Baqarah: 35) Tetapi musuhnya adalah setan. Dialah yang mengeluarkannya dari surga dan menawannya. Sehingga orang beriman sekarang hidup di dalam penjara para tawanan, seharusnya ia selalu rindu untuk pulang ke negeri aslinya.

en

472/16 - Sahl ibn Sa‘d al-Sā‘idi (may Allah be pleased with him) reported: A man came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “O Messenger of Allah, direct me to a deed which, if I do it, [will cause] Allah to love me and the people to love me.” He said: “Be indifferent to the worldly life, Allah will love you; and be indifferent to what people have, people will love you.” [Narrated by Ibn Mājah and others, with sound Isnāds]

16/472- Abul-'Abbās Sahl bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku lakukan, maka aku akan dicintai Allah dan dicintai manusia." Beliau bersabda, "Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah dengan apa yang ada di tangan manusia maka manusia akan mencintaimu!" (Hadis hasan, HR. Ibnu Mājah dan lainnya dengan sanad yang bagus).

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) were keen to ask about what would benefit them and draw them close to Allah Almighty.

1) Antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk menanyakan perkara yang berguna bagi diri mereka dan yang mendekatkan mereka kepada Allah -Ta'ālā-.

en

2) If a person renounces worldly life and aspires to what Allah has, his Lord will love him.

2) Siapa yang hidup sederhana di dunia dan merindukan apa yang ada di sisi Allah niscaya akan dicintai oleh Allah.

en

3) It encourages us not to covet people’s possessions. That is why all messengers would not ask their peoples for wages.

3) Anjuran supaya tidak rakus terhadap apa yang ada di tangan orang lain; oleh karena itu, para rasul -ṣallallāhu 'alaihim wa sallam- tidak pernah meminta upah kepada manusia.

en

473/17 - Al-Nu‘mān ibn Bashīr (may Allah be pleased with him and his father) reported that ‘Umar ibn al-Khattāb (may Allah be pleased with him) mentioned what the people had gained of worldly pleasures and said: “I saw how the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) would pass a whole day writhing (from hunger), not even finding bad dates to fill his stomach with.” [Narrated by Muslim]

17/473- An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā- mengatakan bahwa Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- menyebutkan berbagai karunia dunia yang diperoleh kaum muslimin, lalu dia berkata, "Sungguh aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sepanjang hari meringkuk kelaparan, dan beliau tidak mendapatkan kurma (meskipun) jelek untuk mengisi perutnya." (HR. Muslim)

en

--

الدَّقَلُ (ad-daqal), dengan memfatahkan "dāl", dan "qāf", artinya: kurma yang jelek.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A person’s condition in this world is not a true measure of his status in the sight of Allah. A case in point is the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him), the noblest of all people, who would go to sleep while suffering hunger.

1) Dunia bukan ukuran keadaan dan kedudukan seseorang di sisi Allah; lihatlah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang merupakan makhluk paling mulia di sisi Allah -Ta'ālā-, beliau melalui malam dengan meringkuk kelaparan.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) led an ascetic life and endured hunger, preferring the Hereafter over the life of this world.

2) Sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap dunia dan kesabaran beliau dalam menghadapi kelaparan serta lebih mengedepankan akhirat daripada dunia.

en

474/18 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) died when my house was void of any edible thing except for a small quantity of barley I had on a shelf and from which I kept eating for a long time. Then when I measured what was left of it, it was soon finished.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

18/474- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat sedangkan di rumahku tidak ada sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan bernyawa, kecuali sedikit gandum di rak milikku. Maka aku pun memakannya dalam kurun waktu cukup lama. Lalu aku menakarnya untuk mengetahui banyaknya, akhirnya gandum itu pun habis." (Muttafaq 'Alaih)

en

--

شَطْر شَعيرٍ (syaṭru sya'īr), maksudnya: sedikit gandum, demikian dijelaskan oleh Tirmizi.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

ذُوْ كّبِدٍ (żū kabid): yang bernyawa.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s asceticism and describes the life that his household lived.

1) Menjelaskan sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap dunia dan potret kehidupan rumah tangga beliau.

en

2) If Allah Almighty endows someone with sustenance or some exceptional thing, it is incumbent on him to thank his Lord.

2) Siapa yang diberikan rezeki oleh Allah atau diberikan suatu kemuliaan maka dia wajib ingat bersyukur kepada Allah -Ta'ālā-.

en

475/19 - ‘Amr ibn al-Hārith, the brother of Juwayriyyah bint al-Hārith, the Mother of the Believers, (may Allah be pleased with both of them) reported: “When the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) died, he left neither a dinar nor a dirham nor a male slave nor a female slave, nor anything else except his white riding mule, his weapon, and a piece of land which he had given in charity to wayfarers.” [Narrated by Al-Bukhāri]

19/475- 'Amr bin Al-Ḥāriṡ, saudara Juwairiyah binti Al-Ḥāriṡ Ummul-Mu`minīn -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Ketika meninggal dunia, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak meninggalkan dinar, dirham, budak laki-laki maupun perempuan,ataupun harta lainnya kecuali bagal putih yang beliau kendarai, senjata beliau, dan tanah yang beliau berikan kepada umat Islam sebagai sedekah." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Prophets did not leave wealth as inheritance. Whatever they left was deemed charity.

1) Para nabi tidak meninggalkan warisan dinar ataupun dirham, tetapi semua yang mereka tinggalkan adalah sedekah.

en

2) Whoever loves to meet Allah Almighty should carry less of the worldly possessions, except what benefits him in the Hereafter.

2) Siapa yang berharap untuk bertemu Allah -Ta'ālā- maka ia hendaklah meringankan beban dunianya, kecuali yang menjadi sarana menuju akhirat.

en

476/20 - Khabbāb ibn al-Aratt (may Allah be pleased with him) reported: “We immigrated along with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) seeking the face of Allah. So our reward is with Allah. Among us were those who died and did not consume any of the reward (in this life), like Mus‘ab ibn ‘Umayr who died without leaving anything behind but a colored sheet of wool (that we used as his shroud). When we covered his head with it, his feet would become exposed; and when we covered his feet, his head would become exposed. So the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) commanded us to cover his head and place Idhkhir on his feet. Others among us lived to see the fruits of their reward and harvest them.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

20/476- Khabbāb bin Al-Aratt -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kami berhijrah bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena mengharapkan rida Allah -Ta'ālā-. Maka Allah telah menetapkan pahala bagi kami. Setelahnya sebagian kami meninggal dunia sebelum menikmati sedikit pun dari pahalanya (di dunia ini). Di antaranya adalah Muṣ'ab bin 'Umair -raḍiyallāhu 'anhu-. Dia terbunuh dalam perang Uhud dan hanya meninggalkan selembar kain; apabila kami tutup kepalanya akan terlihat kakinya, dan apabila kami tutup kakinya akan terlihat kepalanya. Sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kami untuk menutup kepalanya (dengan kain) dan menutup kakinya dengan sedikit iżkhir. Dan sebagian kami dipanjangkan umurnya dan mendapatkan buah pahalanya serta memetiknya (di dunia ini)." (Muttafaq 'Alaih)

en

-- -- --

النَمِرَةُ (an-namirah): kain dari wol dengan motif warna. Perkataan Khabbāb bin Al-Aratt: "أَيْنَعَت" (aina'at), maksudnya: matang dan mendapatkan. Sedangkan kata "يَهْدبُهَا" (yahdibuhā), dengan memfatahkan "yā`", lalu mendamahkan "dāl", dan boleh juga dikasrahkan, artinya: memetik dan memanen. Ini adalah perumpamaan terhadap kenikmatan dunia yang Allah -Ta'ālā- buka dan berikan kepada mereka.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Idhkhir: a pleasant-scented plant.

الإِذْخِر (al-iżhir): jenis tumbuhan yang memiliki aroma sedap.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It describes how the Companions (may Allah be pleased with them) patiently endured hardships for the sake of supporting this religion. They immigrated to another place seeking reward from Allah Almighty. So it behooves the believers to follow their example.

1) Menggambarkan kesabaran para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam memikul berbagai kesulitan dalam rangka membela agama Islam; yaitu mereka berhijrah demi mendapatkan pahala dari Allah -Ta'ālā-. Sehingga sepantasnya orang beriman mengikuti jejak mereka yang merupakan generasi pertama umat ini.

en

2) Allah Almighty gives worldly opulence to those He loves and those He does not love; but He only gives the religion and the good reward in the Hereafter to those He loves.

2) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memberikan kenikmatan dunia kepada yang disukai dan yang tidak disukai, sedangkan agama dan akhirat tidak akan diberikan kecuali kepada siapa yang disukai.

en

477/21 - Sahl ibn Sa‘d al-Sā‘idi (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Were the worldly life worth the wing of a mosquito in the sight of Allah, He would not give a disbeliever a drink of its water.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

21/477- Sahl bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya dunia di sisi Allah nilainya sebanding dengan sayap lalat, Dia tidak akan memberi minum orang kafir walau seteguk air." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The worldly life is so insignificant in the sight of Allah Almighty, even less in worth than the wing of a mosquito.

1) Hinanya dunia di sisi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- yaitu tidak setara nilai sayap lalat.

en

2) The true worth of the worldly life lies in making it a path to the Hereafter, not in making it an abode that you furnish as if you will remain in it forever while deserting the Hereafter as if you are heedless of it.

2) Dunia akan bernilai ketika Anda menjadikannya sebagai jalan untuk Anda lewati, bukan untuk Anda hidupkan seakan-akan Anda akan kekal padanya lalu mengisolir akhirat seakan-akan Anda lupa dengannya.

en

478/22 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Verily, this world is cursed, and everything in it is cursed, except the remembrance of Allah and all that is relevant to it, a scholar, and a seeker of knowledge.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

22/478- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ketahuilah bahwa dunia itu terlaknat, terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali zikir kepada Allah -Ta'ālā- dan apa yang mengikutinya, serta orang yang alim dan yang menuntut ilmu." (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Cursed: lowly, hateful.

مَلْعُونَةٌ (mal-'ūnah): hina, dilaknat atau dimurkai.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) All what exists in this world is deemed play and diversion, except remembrance of Allah and what is related to it. The wise person is he who knows the true worth of this life and its deception.

1) Semua yang ada di dunia hanyalah permainan dan senda gurau, kecuali zikir kepada Allah dan yang menjadi sarananya, sehingga orang yang cerdas adalah yang mengetahui nilai dunia dan tipu daya yang dikandungnya.

en

2) It points out the great status of knowledge and its people. They are the honored ones in this transient life.

2) Kemuliaan ilmu dan orang berilmu, mereka adalah orang-orang yang disucikan dari kehinaan dunia fana ini.

en

3) In pursuit of knowledge, people are of two types: a scholar and a student. Both are following the path of salvation. So, be one of these two types in order to win and be saved.

3) Manusia dalam hal ilmu terbagi menjadi dua: orang berilmu dan penuntut ilmu, dan keduanya ada di atas jalan keselamatan. Silakan menjadi salah satu dari keduanya, niscaya Anda selamat dan beruntung.

en

479/23 - ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not crave for property lest you should become consumed with desire for worldly life.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

23/479- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian mengumpulkan kebun, sehingga menyebabkan kalian mencintai dunia! (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Property: real estate.

الضَّيْعَةَ (aḍ-ḍai'ah): tanah, kebun.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are prohibited from seeking more and more worldly possessions, which would attract us to them and make us heedless of the Hereafter.

1) Larangan menimbun harta dunia, karena dapat membuat hati condong kepadanya serta lalai terhadap akhirat.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was keen to guide his Ummah to the paths of goodness and keep them away from the paths of evil.

2) Antusiasme Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menunjuki umat ini ke jalan kebaikan serta menjauhkan mereka dari jalan keburukan.

en

480/24 - ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) passed by us while we were repairing a hut we owned. He said: “What is this?” We replied: “It has become weak, so we are repairing it.” He said: “I only foresee that the matter (meaning death) is sooner than that.” [Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, with an authentic Isnād (that meets the conditions of Al-Bukhāri and Muslim] [Al-Tirmidhi classified this Hadīth as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

24/480- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah lewat pada saat kami sedang merenovasi gubuk kami. Beliau bertanya, "Apa yang kalian kerjakan ini?" Kami menjawab, "Gubuk sudah rapuh. Kami memperbaikinya." Beliau lantas bersabda, ”Kurasa datangnya kematian lebih cepat dari ini." (HR. Abu Daud dan Tirmizi dengan sanad Bukhari dan Muslim, dan Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

خُصّاً (khuṣṣan): rumah yang terbuat dari kayu dan bambu serta diperbaiki dengan tanah. Dinamakan demikian (al-khuṣṣ), karena memiliki banyak lubang dan celah (al-khuṣāṣ).

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Repair of our houses, in case they become shaky or vulnerable to collapsing, does not fall under the dispraised attachment to worldly life.

1) Memperbaiki rumah ketika rusak dan hampir roboh tidak termasuk bergantung kepada dunia yang tercela.

en

2) We should always put death before our eyes and remember that it may be the nearest thing to us.

2) Kewajiban seseorang agar selalu mengingat kematian serta meyakininya sangat dekat.

en

3) This Prophetic directive is meant to curb the attachment of hearts to the worldly life, not to totally abandon it. {But seek, through what Allah has given you, the home of the Hereafter; but do not forget your share of the world.}

3) Maksud dari arahan Nabi di sini yaitu memotong kecenderungan hati kepada dunia, bukan meninggalkannya secara keseluruhan: "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia." (QS. Al-Qaṣaṣ: 77)

en

481/25 - Ka‘b ibn ‘Iyād (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Indeed there is a source of temptation for every Ummah, and the source of temptation for my Ummah is wealth.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

25/481- Ka'ab bin 'Iyāḍ -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya setiap umat itu ada fitnahnya dan fitnah umatku adalah harta." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Putting people to test through temptations is the norm of Allah in every nation. “Blissful is he who is spared temptation and he who is tested and shows patience.”

1) Ujian dengan berbagai jenis fitnah adalah sunatullah pada semua umat, namun ingatlah: bahwa orang yang berbahagia adalah yang dijauhkan dari fitnah serta yang diuji lalu dia bersabar.

en

2) Keenness on amassing wealth ruins relationships, as it results in stinginess, which in turn leads to severance of kinship ties. {So would you perhaps, if you turned away, cause corruption on earth and sever your kinship ties?}

2) Tamak terhadap dunia adalah sebab rusaknya hubungan antara manusia karena akan melahirkan sikap kikir, sementara sifat kikir dapat mengakibatkan ikatan silaturahmi berantakan: "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, lalu kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaanmu?" (QS. Muḥammad: 22)

en

3) A person should renounce worldly vanities and desire the Hereafter. Let the worldly possessions be in one’s hands, not in the heart.

3) Seseorang harus zuhud terhadap dunia dan mengejar akhirat, serta agar dunia ia tempatkan di tangannya, bukan di hatinya.

en

4) A wise person would treat wealth like a bathroom, which is indispensable but not desirable.

4) Orang yang paham adalah yang menjadikan harta seperti kamar buang air; tidak bisa dihilangkan, tetapi tidak dicintai.

en

482/26 - ‘Uthmān ibn ‘Affān (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The son of Adam has no right to anything but these things: a house in which he lives, a garment which covers his ‘Awrah (private parts), bread, and water.” [Al-Tirmidhi; he classified it as authentic] [1]

26/482- Abu 'Amr, juga dikatakan Abu Abdillah dan Abu Lailā, Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada hak bagi anak Adam selain dari perkara-perkara ini, yaitu: rumah yang ditempati, pakaian yang menutup auratnya, roti tawar (tanpa lauk), dan air." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis sahih") [1].

en
[1] The Hadīth has a weak Isnād.
[1] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Al-Tirmidhi said: I heard Abu Dāwūd Sulaymān ibn Sālim al-Balkhi say: I heard Al-Nadr ibn Shumayl say: Jilf is bread without any accompanying food. Others said it refers to thick bread. Al-Harawi said it is the container of bread. And Allah knows best.

Imam Tirmizi berkata, Aku mendengar Abu Daud Sulaimān bin Sālim Al-Balkhiy berkata, "Aku mendengar An-Naḍr bin Syumail berkata, 'الجِلفُ (al-jilf) ialah roti tanpa lauk.' Yang lain menyatakan bahwa ia roti yang kasar. Al-Harawiy juga mengatakan bahwa maksudnya adalah tempat roti seperti bejana besar.

en

Note:

Peringatan:

en

This Hadīth comes from Jewish sources. About Hurayth ibn al-Sā’ib, one of the narrators of this Hadīth, Imām Ahmad (may Allah have mercy upon him) said: “He narrated a Munkar (odd) Hadīth allegedly from the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him), and this is not from the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him),” meaning this Hadīth. Al-Dāraqutni was asked about this Hadīth and he said:

Hadis ini termasuk riwayat isrā`īliyyāt (riwayat dari Bani Israil). Imam Ahmad -raḥimahullāh- berkata tentang Ḥuraiṡ bin As-Sā`ib, salah seorang rawi hadis ini, "Dia telah meriwayatkan satu hadis munkar dari 'Uṡmān, dari Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, padahal itu bukan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam." Hadis munkar tersebut adalah hadis ini. Diriwayatkan dari Ad-Dāraquṭniy, bahwa dia pernah ditanya tentang hadis ini, maka dia berkata,

en

“Hurayth was mistaken in it. The correct chain is from Al-Hasan ibn Himrān from one of the People of the Scripture.”

"Ḥuraiṡ keliru (wahm) dalam hadis ini. Yang benar adalah dari Al-Ḥasan bin Ḥumrān, dari sebagian Ahli Kitab."

en

483/27 - ‘Abdullāh ibn al-Shikhkhīr (may Allah be pleased with him) reported: I came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) while he was reciting: {Competition in [worldly] increase diverts you.} He said: “The son of Adam says: ‘My wealth, my wealth.’ O son of Adam, is there anything of your wealth that belongs to you except what you ate and consumed, or what you wore and wore out or what you gave as charity and sent it forward?” [Narrated by Muslim]

27/483- Abdullah bin Asy-Syikhkhīr (dengan mengkasrahkan "khā`" yang bertasydid) -raḍiyallāhu 'anhu-, berkata, Aku pernah menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau sedang membaca Surah Alhākumut-Takāṡur. Selanjutnya beliau bersabda, "Anak Adam selalu berkata, 'Hartaku, hartaku.' Wahai anak Adam! Tidak ada harta yang menjadi milikmu kecuali yang engkau makan sampai habis, atau yang engkau kenakan sampai usang, atau yang engkau sedekahkan dan engkau simpan (pahalanya)." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Shariah adopts a balanced approach in dealing with all matters. It endears the Hereafter to people, as it is the permanent abode, and encourages them to take their share in this life without competing in hoarding worldly possessions.

1) Agama Islam telah meletakkan semua urusan secara proporsional; yaitu ia menganjurkan pada akhirat yang merupakan negeri yang selalu diidamkan, dan juga menganjurkan mengambil bagian dari dunia tanpa ditimbun dan berlebih-lebihan.

en

2) Useful wealth is what is used as a means to the Hereafter, like food, clothes, house, or charity.

2) Harta yang bermanfaat adalah yang dijadikan sebagai sarana menuju akhirat, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sedekah.

en

484/28 - ‘Abdullāh ibn Mughaffal (may Allah be pleased with him) reported: A man said to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): “O Messenger of Allah, by Allah, I love you.” He said: “Think about what you are saying.” The man repeated thrice: “By Allah, I love you.” He said: “If you love me, you should be ready for acute poverty, because poverty comes to those who love me, faster than a torrent flowing towards its destination.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

28/484- Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah! Demi Allah. Sungguh aku benar-benar mencintaimu." Beliau berkata kepadanya, "Pikirkanlah apa yang engkau katakan itu." Dia berkata, "Demi Allah. Sungguh aku benar-benar mencintaimu." Dia mengulangnya sebanyak tiga kali. Maka beliau bersabda, "Jika engkau benar mencintaiku, maka siapkanlah perisai untuk menghadapi kemiskinan, karena kemiskinan lebih cepat kepada orang yang mencintaiku daripada kecepatan banjir ke tempat terakhirnya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

--

التِّجْفَافُ (at-tijfāf), dengan mengkasrahkan "tā`", mensukunkan "jīm", serta ada dua huruf "fā`", yaitu sesuatu yang dipakaikan pada kuda untuk melindunginya dari serangan senjata. Kadang ia juga dipakai oleh manusia.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) There is no link between loving the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and being wealthy. Indeed, the sign of love for him is to follow him closely and adhere to his Sunnah. Greater following denotes greater love.

1) Tidak ada hubungan antara kaya dan cinta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena tanda cinta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sungguh-sungguh mengikuti dan memegang teguh sunah beliau. Siapa yang lebih mengikuti Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka dialah yang lebih mencintai beliau.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is authentically reported to have said: “How excellent is the good wealth for the good person.” So, he praised the lawfully earned money if it is spent in a proper manner.

2) Telah sahih dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sebaik-baik harta yang halal adalah yang ada pada hamba yang saleh." Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memuji harta yang halal jika berada pada orang yang tepat.

en

3) Whoever is keen to follow the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) will be required to have little of worldly possessions. True love for the Hereafter and indulgence in worldly pleasures cannot exist together in a believer’s heart.

3) Siapa yang bersungguh-sungguh mengikuti Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- semestinya bersikap sederhana dalam kenikmatan dunia. Tidak akan berkumpul dalam hati seorang mukmin antara cinta yang tulus kepada negeri akhirat bersama tenggelam dalam kenikmatan dunia.

en

Note:

Peringatan:

en

Some may take this Hadīth to mean that "poverty is inseparable from the people of piety", whereas there is actually no correlation between them. Wealth and opulence may even be combined with piety and love for the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). Rather, the Hadīth refers to patience over afflictions in general, which are destined to befall the believer to raise his rank and expiate his sins.

Mungkin sebagian orang akan salah memahami hadis ini, yaitu bahwa kemiskinan akan selalu menyertai orang bertakwa. Padahal tidak ada korelasi antara keduanya. Bahkan, bisa jadi terkumpul antara kaya dan kelapangan rezeki bersama ketakwaan dan cinta Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Hanya saja, maksud hadis ini adalah agar bersabar terhadap ujian secara umum, bahwa ujian secara takdir pasti terjadi pada seorang mukmin untuk mengangkat derajatnya dan menghapuskan kesalahannya.

en

This meaning is further confirmed by another version of this Hadīth cited in Sahīh Ibn Hibbān, in which ‘Abdullāh ibn Mughaffal (may Allah be pleased with him) said: A man came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “O Messenger of Allah, by Allah, I love you.” The Prophet said: “Afflictions come to those who love me faster than a torrent runs to its destination.”

Hal ini ditunjukkan oleh riwayat lain hadis ini dalam Ṣaḥīḥ Ibni Ḥibbān dari Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa ia berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya mengatakan, "Demi Allah. Ya Rasulullah, sungguh aku benar-benar mencintaimu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda kepadanya, "Sesungguhnya ujian lebih cepat menimpa orang yang mencintaiku daripada kecepatan banjir ke tempat terakhirnya."

en

485/29 - Ka‘b ibn Mālik (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Two hungry wolves sent in the midst of a flock of sheep are no more destructive to them than a man’s greed for wealth and fame is to his religion.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

29/485- Ka'ab bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah dua serigala lapar yang dilepas pada sekawanan kambing lebih merusak daripada kerusakan akibat sikap tamak seseorang pada harta dan kemuliaan terhadap agamanya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Keenness to amass wealth by any means ruins one’s religion, since when opulence is not accompanied by piety, it causes a person to transgress.

1) Sikap tamak untuk mengumpulkan harta dengan cara apa pun termasuk yang merusak agama, karena kekayaan jika tidak disertai dengan ketakwaan akan menjadikan seseorang berbuat zalim.

en

2) Human souls are greedy. So, a person should teach himself to be contented.

2) Jiwa memiliki sifat sangat tamak, sehingga seseorang harus mengajari jiwanya sifat kanaah.

en

486/30 - ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was sleeping upon a mat, and then he got up, and the mat had left marks on his side. We said: “O Messenger of Allah, we could get a bed for you.” He said: “What do I have to do with the world! I am not in the world but as a rider seeking shade under a tree, then he leaves it and continues his journey.”

30/486- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah tidur di atas tikar, lalu beliau bangun dan tikar tersebut meninggalkan bekas di lambung beliau. Kami berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya kami diizinkan mengadakan kasur untukmu." Beliau bersabda, "Aku tidak memiliki ketertarikan sedikit pun kepada dunia. Tidaklah aku di dunia ini kecuali seperti seorang musafir yang berteduh di bawah sebuah pohon kemudian dia melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pohon itu."

en

[Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

(HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

وِطَاءً (wiṭā`): kasur yang dijadikan alas dan tempat tidur.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s asceticism and little worldly possessions. {There has certainly been for you in the Messenger of Allah an excellent example}.

1) Menjelaskan sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kesederhanaan beliau terhadap dunia; "Sungguh, telah ada teladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah." (QS. Al-Aḥzāb: 21)

en

2) It likens worldly life to the rest a traveler takes underneath a tree - how brief it is!

2) Mengumpamakan kehidupan dunia seperti istirahatnya seorang musafir di bawah naungan pohon, sungguh betapa cepat dunia ini akan berlalu!

en

487/31 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The poor will enter Paradise 500 years before the rich.” [Al-Tirmidhi; he classified it as Sahīh (authentic)]

31/487- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang-orang miskin masuk surga lima ratus tahun lebih awal sebelum orang-orang kaya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The poor will be quicker in entering Paradise, as patient poor people have nothing to distract them from the Hereafter.

1) Orang-orang miskin adalah penghuni surga yang paling pertama masuk, karena orang-orang miskin yang sabar tidak memiliki sesuatu yang menyibukkan mereka dari akhirat.

en

2) Wealth usually hinders one from good deeds. So, a poor person should be patient and grateful to his Lord, and let him rejoice at this Prophetic glad tiding.

2) Harta pada umumnya menghalangi dan memperlambat seseorang dari amal saleh. Maka siapa yang ditakdirkan miskin agar bersabar dan memuji Allah -Ta'ālā- serta bergembira dengan kabar gembira dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ini.

en

488/32 - Ibn ‘Abbās and ‘Imrān ibn Husayn (may Allah be pleased with both of them) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “I looked into Paradise and found that the majority of its people are the poor, and I looked into the Fire and found that the majority of its people are women.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim] This is the version reported by Ibn ‘Abbās.

32/488- Ibnu 'Abbās dan 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhum- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku memandang ke surga, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir. Kemudian aku memandang ke neraka, maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah para wanita." (Muttafaq 'Alaih dari riwayat Ibnu 'Abbās)

en

It is also narrated by Al-Bukhāri via ‘Imrān ibn Husayn.

Juga diriwayatkan oleh Bukhari dari riwayat 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhu-.

en

489/33 - Usāmah ibn Zayd (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “I stood at the gate of Paradise and saw that the majority of the people who entered it were the poor, while the wealthy were stopped at the gate (for the reckoning). But the people of the Fire were ordered to be taken to the Fire.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

33/489- Usāmah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang kaya masih tertahan. Namun penghuni neraka telah diperintahkan untuk masuk ke neraka." (Muttafaq 'Alaih)

en

--

الجَدُّ (al-jadd) ialah keuntungan dan kekayaan. Hadis ini telah dijelaskan sebelumnya dalam Bab Keutamaan Muslim yang Lemah.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The poor make up the majority of the dwellers of Paradise. It should be known, however, that poverty is not the reason for their entry into Paradise, but their good deeds and patience in the face of afflictions.

1) Orang miskin adalah mayoritas penghuni surga. Tetapi perlu diketahui bahwa orang miskin bukan masuk surga karena dia miskin! Melainkan dia masuk surga dengan amal salehnya serta kesabarannya terhadap ujian kemiskinan.

en

2) Women are urged to do good deeds to protect themselves from Hellfire.

2) Anjuran kepada para wanita agar mengerjakan amal saleh untuk menjaga diri mereka dari neraka.

en

3) Paradise and Hell are two created entities that do exist.

3) Surga dan neraka telah diciptakan dan sudah ada.

en

490/34 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The truest word uttered by a poet is this verse of Labīd: ‘Behold! Apart from Allah everything is vain.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

34/490- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Ucapan penyair yang paling benar adalah yang diucapkan oleh Labīd, yaitu: 'Ketahuilah bahwa segala sesuatu selain Allah adalah batil.'" (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Labīd ibn Rabī‘ah was one of the greatest Arab poets before Islam. He was alive at the time of Islam and he came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and embraced Islam, after which he abandoned poetry.

Labīd adalah Labīd bin Rabī'ah. Ia salah satu tokoh penyair pada masa jahiliah. Dia mendapatkan masa turunnya agama Islam, lalu datang sebagai utusan kabilahnya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia meninggalkan syair setelah masuk Islam.

en

--

ما خَلا الله: selain Allah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) would cite good poetry, occasionally citing half a verse.

1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berargumentasi dengan syair yang baik, dan kadang beliau berargumentasi dengan setengah bait syair.

en

2) Apart from Allah Almighty, everything is vain and useless. So, anything done for Allah’s sake will remain and endure; otherwise, it is doomed to failure.

2) Segala sesuatu selain Allah -Ta'ālā- adalah batil dan akan sirna, tidak bisa memberi manfaat. Sehingga segala sesuatu yang diniatkan karena Allah akan langgeng dan berkelanjutan. Tetapi sesuatu yang diniatkan bukan untuk Allah akan putus dan tidak bersambung.

en

3) The truth should be accepted from the one who says it, regardless of who he is.

3) Kebenaran harus diterima dari mana pun datangnya, tanpa melihat siapa yang mengucapkannya.