Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

65 - Chapter on remembering death and having modest aspirations

65- BAB MENGINGAT KEMATIAN DAN SINGKAT ANGAN-ANGAN

en

Allah Almighty says: {Every soul will taste death, and you will only be given your full compensation on the Day of Resurrection. So he who is drawn away from the Fire and admitted to Paradise has attained [his desire]. And what is the life of this world except the enjoyment of delusion.} [Āl-‘Imrān: 185] He also says: {And no soul knows what it will earn tomorrow, and no soul knows in what land it will die. Indeed, Allah is All-Knowing and All-Aware.} [Luqmān: 34] And He says: {So when their term comes, they will not be able to postpone it for an hour, nor can they put it forward.} [An-Nahl: 61] And He says: {O you who believe, let not your wealth and your children divert you from the remembrance of Allah. And whoever does that, it is they who are the losers. (9) And spend from what We have provided for you before death approaches one of you and he says: “My Lord, if only You would delay me for a brief term so I would give charity and be of the righteous.” (10) But never will Allah delay a soul when its time has come. And Allah is Aware of what you do.} (11) [Al-Munāfiqūn: 9-11] He also says: {For such is the state of the disbelievers, until when death comes to one of them, he says: “My Lord, send me back. (99) That I might do righteousness in that which I left behind.” No! It is only a word he is saying; and behind them is a barrier until the Day they are resurrected. (100) So when the Horn is blown, no relationship will there be among them that Day, nor will they ask about one another. (101) And those whose scales are heavy [with good deeds] – it is they who are the successful. (102) But those whose scales are light – those are the ones who have lost their souls, abiding in Hell forever. (103) The Fire will sear their faces, and they will be therein disfigured. (104) [It will be said]: “Were not My verses recited to you and you used to deny them?” (105)} To the verses that say: {He will say: “You stayed not but a little – if only you had known. (114) Then did you think that We created you aimlessly and that to Us you would not be returned? (114)} [Al-Mu’minūn: 99-115] And He says: {Has the time not come for those who have believed that their hearts should become humbly submissive at the remembrance of Allah and what has come down of the truth? And let them not be like those who were given the Scripture before, and a long period passed over them, so their hearts hardened; and many of them are defiantly disobedient.} [Al-Hadīd:16] There are many other well-known verses in this regard.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS. Āli 'Imrān: 185) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannnya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal." (QS. Luqmān: 34) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. An-Naḥl: 61) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan Siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, lalu dia berkata (menyesali), 'Ya Tuhanku! Sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.' Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematian telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Munāfiqūn: 9-11) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan. Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu (Hari Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya. Siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan Siapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. Wajah mereka dibakar api neraka, dan mereka di neraka dalam keadaan muram dengan bibir yang cacat. Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, tetapi kamu selalu mendustakannya? Hingga firman Allah -Ta'ālā-: "Dia (Allah) berfirman, 'Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu`minūn: 99-115) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." (QS. Al-Ḥadīd: 16) Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini juga sangat banyak dan populer.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) When a person feels he has high hopes for worldly life and deep inclination towards it, he should remember death and think about the Hereafter.

1) Setiap kali seorang hamba melihat dalam dirinya ada kecenderungan dan ketamakan kepada dunia, maka ia harus membayangkan kematian dan mengingat keadaan akhirat.

en

2) They mention the reward for those who are patient, as they patiently worshiped their Lord, abandoned disobedience to Him, and endured His decree. Those are the winners.

2) Mengingat pahala balasan orang yang sabar karena kesabaran mereka dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah, meninggalkan maksiat kepada Allah, dan terhadap takdir ketetapan Allah. Mereka itulah orang yang beruntung.

en

3) The believers’ hearts should be humble upon remembrance of Allah and the revealed truth, and they should not be like the followers of the previous scriptures, in terms of their hardheartedness. In this, He blames the believers for the purpose of rectifying their hearts.

3) Seharusnya orang yang beriman hatinya khusyuk ketika mengingat Allah dan kepada kebenaran yang diturunkan, dan keadaannya tidak seperti keadaan Ahli Kitab sebelumnya. Ini adalah cambuk bagi orang beriman untuk meluruskan hati mereka.

en

574/1 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) held my shoulders and said: “Be in this world as if you are a stranger or a wayfarer.”

1/574- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau di ‎dunia seperti orang asing atau musafir!"

en

Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) used to say: “In the evening, do not expect [to live until] the morning, and in the morning, do not expect [to live until] the evening. Take [advantage of] your health before times of sickness, and [take advantage of] your life before your death.” [Narrated by Al-Bukhāri]

Dahulu Ibnu 'Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- menasihatkan, "Apabila engkau berada di sore hari ‎maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan apabila engkau berada di pagi ‎hari maka janganlah menunggu hingga sore hari! Pergunakanlah waktu sehatmu ‎untuk (menyongsong) waktu sakitmu, dan pergunakanlah hidupmu untuk (menyambut) kematianmu!"‎ (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the good approach adopted by the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in teaching his followers. He would use all the proper means for attracting the attention of the addressees.

1) Betapa bagusnya metode pengajaran Rasulullah -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām-; yaitu ketika berbicara, beliau menggunakan sarana-sarana yang akan memancing perhatian lawan bicara.

en

2) A person should treat this world as a place for passing, not for permanent stay. The original home for which one should always yearn is Paradise, the abode of the pious.

2) Seorang hamba wajib menjadikan dunia sebagai jembatan tempat lewat, bukan tempat tinggal tetap, karena tempat tinggal sebenarnya yang selalu dirindukan adalah surga yang merupakan negeri orang bertakwa.

en

575/2 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “It is the duty of a Muslim who has anything to bequeath not to let two nights pass without writing a will about it.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording narrated by Al-Bukhāri]

2/575- Masih dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak sepantasnya seorang muslim yang memiliki sesuatu untuk diwasiatkan lalu ia melewati dua malam kecuali wasiat tersebut telah tertulis di sisinya." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)

en

In another version narrated by Muslim: “not to spend three nights”. Ibn ‘Umar said: “No night has passed ever since I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say that without me having my will.”

Dalam riwayat Muslim disebutkan: "lewat tiga malam." Ibnu Umar berkata, "Tidak pernah berlalu satu malam pun sejak aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda demikian, melainkan wasiatku ada bersamaku."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are encouraged to write a will, and the testator should know the Shariah rulings regarding the will in order not to err in this regard.

1) Anjuran untuk menulis wasiat, dan supaya orang yang berwasiat memahami hukum-hukum wasiat yang sesuai syariat agar dia tidak terjatuh dalam larangan.

en

2) We should pay attention to the matter of the will, as death may come suddenly, in which case the person who ignored to write his will would incur sin and cause loss of others’ rights.

2) Memperhatikan perkara wasiat, sehingga dia tidak dikejutkan oleh kematian secara tiba-tiba lalu dengan sebab itu dia telah menelantarkan dirinya dan menelantarkan hak orang lain.

en

3) It points out how the Companions (may Allah be pleased with them) would quickly comply with the Prophet’s commands. This is the attitude of the believers: We listen and obey.

3) Kesegeraan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam melaksanakan perintah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Seperti inilah seharusnya keadaan orang beriman; "Kami dengar dan kami patuh."

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Types of wills:

Jenis-jenis wasiat:

en

1. Due will: This is when a person makes a will that includes rights due upon him, like Zakah, debts, deposits, or trusts, provided none of them contradicts the Shariah.

1- Wasiat wajib; yaitu seseorang berwasiat tentang hak-hak yang wajib dia tunaikan seperti zakat harta, utang, titipan dan amanat, dan hak-hak lain yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.

en

2. Prohibited will: It is of two types:

2- Wasiat haram; yaitu ada dua macam:

en

a. When a person makes a bequest for one of his heirs beyond their due share of inheritance. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah has appointed for everyone who has a right what is due to him, so no bequest should be made for an heir.” [Narrated by Al-Tirmidhi]

a) Berwasiat memberikan salah satu ahli waris lebih dari kadar haknya dalam warisan; karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memberi setiap orang apa yang menjadi haknya, sehingga tidak ada wasiat bagi ahli waris." (HR. Tirmizi)

en

b. When the will exceeds one third of the estate, at the expense of the rights of the heirs. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) forbade that a will exceeds one third of the estate.

b) Berwasiat lebih dari sepertiga; sehingga akan mengurangi bagian ahli waris. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melarang wasiat yang lebih dari sepertiga harta peninggalan.

en

3. Permissible will: This is when the will does not comprise the foregoing and does not exceed one third. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A third, and a third is much.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3- Wasiat mubah; yaitu selain jenis wasiat di atas dan kadar wasiatnya tidak lebih dari sepertiga, sebagaimana Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sepertiga, dan sepertiga itu banyak." (Muttafaq 'Alaih)

en

576/3 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) drew a few lines and said: “This is man and this is his death; and a man continues like this until the nearest line (i.e. death) overtakes him.” [Narrated by Al-Bukhāri]

3/576- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- membuat beberapa garis (di tanah), lalu bersabda, "Garis ini adalah manusia dan garis ini adalah ajalnya. Ketika orang itu sedang dalam keadaan tersebut, tiba-tiba datanglah garis yang lebih pendek (ajal)." (HR. Bukhari)

en

577/4 - Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) drew up a square and in the middle of it he drew a line, the end of which jutted out beyond the square. Further across the middle line, he drew a number of smaller lines. Then he said: “The figure represents man and the encircling square is his death which is encompassing him. The middle line represents his hope (to live long) and the smaller lines are the vicissitudes of life. If one of those misses him, another distresses him, and if that one misses him, he falls victim to another.” [Narrated by Al-Bukhāri]

4/577- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- membuat garis berbentuk segi empat, kemudian beliau membuat garis lain di tengah yang keluar dari garis segi empat tadi. Beliau juga membuat beberapa garis kecil menuju garis yang di tengah dari sisi yang di tengah, lalu beliau bersabda, "Ini adalah manusia. Garis ini adalah ajalnya yang meliputi dia, atau telah meliputi dia. Garis yang keluar ini adalah angan-angannya. Sedangkan garis-garis kecil ini adalah risiko yang mengancam. Jika dia lepas dari yang ini, dia terkena oleh yang ini. Dan jika dia lepas dari yang ini, dia terkena oleh yang ini." (HR. Bukhari)

en

It comprises the following:

Ini adalah gambarnya:

en

Term of life.

ajal

en

Hope.

angan-angan

en

Vicissitudes of life.

ancaman

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Vicissitudes: what afflicts man of calamities, misfortunes, etc.

الأَعْرَاضُ (al-a'rāḍ): sesuatu yang menimpa manusia berupa musibah, bencana, dan lainnya.

en

--

نَهَشَهُ (nahasyahu): menimpa dan membinasakannya.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We grow old and our hopes remain youthful. Blissful are those whose biggest hope is to win the pleasure of Allah Almighty.

1) Manusia bisa tua sementara angan-angannya senantiasa bersifat muda dan berambisi, maka beruntunglah orang yang cita-cita terbesarnya meraih rida Allah -'Azza wa Jalla-!

en

2) A person should hasten to repent, for death comes suddenly and his deeds will be his companion in the grave.

2) Hamba harus segera bertobat karena kematian dapat datang secara tiba-tiba dan kuburan sebagai kotak amal yang ditabungnya.

en

3) Life does not cease to include afflictions, for it is the abode of trials, and the Hereafter is the abode of recompense.

3) Dunia tidak terlepas dari berbagai ujian, karena dunia adalah negeri ujian sedangkan akhirat adalah negeri balasan.

en

578/5 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Hasten to good deeds before being overtaken by (one of) seven (afflictions). Are you waiting for poverty that will make you forgetful? Or wealth that will make you oppressive? Or a debilitating illness? Or old age that will make you senile? Or sudden death? Or the Anti-Christ –the worst expected evil? Or the Hour; and the Hour is much more grievous and much more bitter?” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)] [3]

5/578- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bersegeralah melakukan amal saleh sebelum datang tujuh perkara. Apakah kalian mesti menunggu kemiskinan yang melupakan, kecukupan yang berakibat melampaui batas, penyakit yang membinasakan, usia tua yang melemahkan, kematian yang menyergap tiba-tiba, Dajal yang merupakan seburuk-buruk makhluk gaib yang ditunggu, ataukah kiamat, padahal kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit!" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") [3].

en
[3] The Hadīth has a weak Isnād.
[3] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

هَرَماً مُفَنِّداً (haraman mufannidan): usia tua yang melemahkan kekuatan dan semangat.

en

--

مُجْهِزاً (mujhizan): cepat.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are urged to hasten to good deeds, when we are still living, in good health, and enjoying youth, free time, and sufficient sustenance.

1) Anjuran segera mengerjakan amal saleh selama hamba masih hidup dalam keadaan sehat dan aktif, muda dan luang, serta memiliki kehidupan yang cukup.

en

2) A person will always experience something that keeps him from worship. So, a fortunate one will be helped by his Lord to overcome these hindrances and hasten towards the enduring righteous deeds.

2) Seseorang tidak akan terlepas dari suatu penghalang yang menghalangi dirinya dari mengerjakan ketaatan. Namun, orang yang diberi taufik adalah yang dibantu oleh Allah -Ta'ālā- untuk keluar dari penghalang tersebut serta bersegera mengerjakan amal saleh yang kekal.

en

579/6 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Frequently remember the destroyer of pleasures,” i.e. death. [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

6/579- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan." Maksudnya kematian. (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended for every Muslim to remember death within his heart, by his tongue, and through his state (in life), for this makes him more remote from sinning and closer to piety.

1) Setiap muslim dianjurkan mengingat kematian dengan hati, lisan, dan keadaannya, karena hal itu akan lebih menjauhkan dirinya dari maksiat dan lebih mendekatkannya kepada ketaatan.

en

2) A person remembers death by recalling that Allah Almighty is ever Watchful over his life. It does not mean that he abandons work in the world. Rather, people are required to fear their Lord and work to maintain their worldly well-being. Abandonment of worldly pleasures is a virtue, and fear of Allah is an obligation.

2) Mengingat kematian adalah dengan menghadirkan pengawasan Allah -Ta'ālā- dalam kehidupan hamba, bukan bermakna meninggalkan pekerjaan duniawi, melainkan manusia diingatkan supaya bertakwa kepada Tuhan mereka dengan tetap mengerjakan pekerjaan duniawi yang baik, sebab meninggalkan dunia adalah keutamaan sedangkan bertakwa kepada Allah adalah kewajiban.

en

580/7 - Ubayy ibn Ka‘b (may Allah be pleased with him) reported: When one-third of the night had passed, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) would get up and call out: “O people, remember Allah. The Rājifah (first blow of the Horn) has come, followed by the Rādifah (second blow of the Horn). Death has approached with all that it comprises. Death has approached with all that it comprises.” I said: “O Messenger of Allah, I frequently invoke Allah’s peace and blessings upon you. How much of my supplication should I devote to you?” He said: “As much as you wish.” I said: “A quarter?” He said: “As much as you wish, and if it is more, it will be better for you.” I said: “Then, one half?” He said: “As much as you wish, and if it is more, it will be better for you.” I said: “Then, two-thirds?” He said: “As much as you wish, and if it is more, it will be better for you.” I said: “Shall I devote all my supplication to invoke Allah’s peace and blessings upon you?” He said: “Then, you will be relieved of your worries and your sins will be forgiven.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

7/580- Ubay bin Ka'ab -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa apabila telah berlalu sepertiga malam, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- salat. Beliau bersabda, "Hai sekalian manusia! Ingatlah Allah. Sangkakala pertama yang mengakibatkan goncangan besar pasti akan datang, disusul dengan sangkakala kedua yang menandakan kebangkitan. Kematian dengan berbagai kesusahannya pasti akan datang. Kematian dengan berbagai kesusahannya pasti akan datang." Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku banyak berselawat kepadamu, maka berapa banyak aku harus berselawat untukmu dalam doaku?" Beliau menjawab, "Sekehendakmu saja." Aku bertanya, "Seperempat?" Beliau menjawab, "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau tambah maka itu lebih baik bagimu." Aku bertanya lagi, "Bagaimana kalau setengahnya?" Beliau menjawab, "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau tambah maka itu lebih baik lagi untukmu." Aku bertanya lagi, "Kalau begitu, dua pertiganya bagaimana?" Beliau menjawab, "Sekehendakmu saja, tetapi kalau engkau tambah maka itu lebih baik untukmu." Aku berkata, "Aku akan menjadikan semua waktu doaku untuk berselawat kepadamu." Beliau bersabda, "Jika demikian maka akan dihilangkan kegelisahanmu serta diampuni dosamu." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The Rājifah: the first blowing of the Horn, which will shake the whole universe and thus cause all life to cease.

الرَّاجفَةُ (ar-rājifah): tiupan sangkakala pertama.

en

The Rādifah: the second blowing of the Horn, which will restore life and thus mark the Resurrection Day.

الرَّادِفَةُ(ar-rādifah): tiupan sangkakala kedua.

en

--

مِن صَلاتِي (min ṣalātī): dari doaku.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The best Qiyām (voluntary night prayer) is what is offered in the last third of the night. So, who is ready to start?

1) Salat yang paling afdal adalah yang dikerjakan di sepertiga akhir malam; maka, adakah yang bersungguh-sungguh beribadah?

en

2) It shows the merit of invoking Allah’s peace and blessings upon the Prophet, which is part of the prescribed Dhikr (remembrance of Allah). This invocation brings security to people’s hearts, relieves their distress, and eliminates their sins.

2) Keutamaan berselawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Berselawat kepada beliau termasuk zikir yang disyariatkan, yang akan menenangkan hati, menghilangkan kegundahan, dan menghapus dosa.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

In his book Jalā’ al-Afhām Fi Fadl al-Salāh wa al-Salām ‘Ala Khayr al-Anām, the erudite scholar Ibn Al-Qayyim said:

Al-'Allāmah Ibnu Qayyim Al-Jauzīyyah berkata dalam kitab beliau, Jilā`ul-Afhām fī Faḍl Aṣ-Ṣalāti was-Salām 'alā Khairil-Anām:

en

“Our Shaykh Abu al-‘Abbās was asked about the meaning of this Hadīth - the Hadīth reported by Ubayy ibn Ka‘b - and he said: Ubayy ibn Ka‘b used to make supplication for himself, and he asked the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) as to whether he should devote one-fourth of his supplication to invoking Allah’s peace and blessings upon him. To this, the Prophet replied: ‘If it is more, then it will be better for you.’ He asked about half of the supplication and got the same reply, and then about the entire supplication, and thereupon he got this reply: ‘Then, you will be relieved of your worries and your sins will be forgiven.’ This is because when a person invokes Allah’s blessings upon the Prophet once, Allah Almighty bestows His blessings upon that person ten times, and whomever Allah bestows His blessings upon, He relieves him of his distress and forgives his sins. That is the meaning of Ubayy’s words.”

Syekh kami Abul-'Abbās (Ibnu Taimiyah) pernah ditanya tentang penjelasan hadis ini -hadis Ubay bin Ka'ab- maka beliau menjawab, bahwa Ubay bin Ka'ab memiliki doa yang dia panjatkan untuk dirinya. Maka dia bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: apakah dia jadikan seperempatnya untuk beliau dalam wujud selawat kepada beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Bila engkau tambah maka hal itu lebih baik bagimu." Lalu dia bertanya lagi, "Setengahnya?" Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Bila engkau tambah maka hal itu lebih baik bagimu." Hingga dia berkata, "Aku akan menjadikan seluruh doaku untuk berselawat kepadamu." Maksudnya, "Aku akan jadikan seluruh doaku dalam wujud berselawat kepadamu." Beliau bersabda, "Jika demikian maka akan dihilangkan kegelisahanmu serta diampuni dosamu." Karena orang yang berselawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan satu kali selawat, maka Allah akan membalasnya dengan pujian atau curahan rahmat sepuluh kali lipat, dan siapa yang Allah curahkan selawat padanya, maka Allah pasti menghilangkan kesusahannya serta mengampuni dosanya. Inilah makna hadis Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.