Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

5. Chapter on Mindfulness of Allah

5- BAB MURĀQABAH

en

Allah Almighty says: {Who sees you when you stand up [for prayer], and your movements among those who prostrate.} [Surat ash-Shu‘arā’: 218, 219] Allah Almighty also says: {He is with you wheresoever you are} [Surat al-Hadīd: 4] Allah Almighty also says: {Indeed, there is nothing hidden from Allah on earth or in the heaven.} [Surat Āl ‘Imrān: 5] Allah Almighty also says: {Indeed, your Lord is ever vigilant.} [Surat al-Fajr: 14] Allah Almighty also says: {He knows the sneaky glances of the eyes and what the hearts conceal.} [Surat Ghāfir: 19] There are many other well-known verses in this regard.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "(Allah) Yang melihat engkau ketika engkau berdiri (untuk salat), dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud." (QS. Asy-Syu'arā`: 218-219) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan Dia senantiasa bersama kamu di mana pun kamu berada." (QS. Al-Ḥadīd: 4) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit." (QS. Āli 'Imrān: 5) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sungguh, Rabb-mu benar-benar mengawasi." (QS. Al-Fajr: 14) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada." (QS. Gāfir: 19) Ayat-ayat tentang bab ini banyak nan populer.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) The servant must be mindful of his Lord and know that Allah is watching him.

1) Kewajiban hamba agar menanamkan sifat murāqabatullāh, yakni selalu meyakini bahwa Allah mengawasi dirinya.

en

2) The attribute of Ma‘iyyah (Withness, or Allah being with His servants) that Allah attributed to Himself in the Noble Qur’an has multiple categories:

2) Makna "ma'iyyatullāh (kebersamaan Allah dengan hamba)" yang Allah sematkan kepada Diri-Nya dalam Al-Qur`ānul-Karīm terbagi menjadi beberapa macam:

en

First: It means encompassing the creation in terms of knowledge, power, authority, and disposal of their affairs. This is meant in the following verse: {And He is with you [wih His Knowledge] wheresoever you may be.}

Pertama: bermakna menguasai seluruh makhluk baik dari segi pengetahuan, penguasaan, ataupun pengaturan terhadap mereka, sebagaimana dalam firman-Nya, "Dan Dia senantiasa bersama kamu di mana pun kamu berada." (QS. Al-Ḥadīd: 4)

en

Second: it implies a threat and a warning as in the following verse: {They conceal [their evil intentions and deeds] from the people, but they cannot conceal [them] from Allah, and He is with them [with His knowledge] when they spend the night in such as He does not accept of speech. And Allah is All-Encompassing of what they do.} [Surat an-Nisā’: 108]

Kedua: bermakna ancaman dan peringatan, sebagaimana dalam firman-Nya: "Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. An-Nisā`: 108)

en

Third: it means granting victory, support, and steadfastness, as in the saying of Allah Almighty: {Indeed, Allah is with those who fear Him and those who do good.} [Surat an-Nahl: 128] One of the requirements of such Ma‘iyyah is to be mindful of Allah and be fearful of Him; so you obey Him, abandon what He prohibited, and believe what He revealed.

Ketiga: bermakna pertolongan dan peneguhan hati, sebagaimana dalam firman Allah -Ta'ālā-, "Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. An-Naḥl: 128) Konsekuensi dari kebersamaan Allah terhadap hamba ini adalah agar Anda selalu merasa diawasi oleh Allah serta takut kepada-Nya, lalu Anda melakukan ketaatan dan meninggalkan larangan-larangan-Nya serta membenarkan wahyu-Nya.

en

As for the relevant Hadīths:

Adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan bab ini, sebagai berikut:

en

60/1- First: ‘Umar ibn al-Khattāb (may Allah be pleased with him) reported: “One day, we were sitting with the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) when there appeared before us a man dressed in extremely white clothes, and had very black hair. No traces of travel were visible on him, and none of us knew him. He came in and sat down opposite to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and rested his knees against his and placed the palms of his hands on the thighs of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). He said: ‘O Muhammad! Tell me about Islam.’ The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Islam is to testify that there is no god except Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah, to establish prayer (daily obligatory prayers), to pay Zakat, to fast (the month of) Ramadan, and to perform pilgrimage to the (Sacred) House if you are able to find a way thereto.’ He said: ‘You have spoken the truth.’ It surprised us that he asked him and at the same time he affirmed that he had told the truth. Then he said: ‘Tell me about Imān (belief).’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘It is to believe in Allah, His angels, His Books, His Messengers, and the Last Day, and to believe in Qadar (fate), what is good and what is bad thereof.’ Then, the man said: ‘You have spoken the truth.’ He then said: ‘Tell me about Ihsān.’ He said: ‘It is to worship Allah as if you see Him, for if you do not see Him, He sees you.’ He said: ‘Tell me about the Hour.’ He said: ‘About that, the one questioned knows no more than the questioner.’ The man said: ‘Then tell me about its signs.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘The slave-girl will give birth to her mistress, and you will see the barefoot, naked, destitute herdsmen competing in constructing lofty buildings.’ Then the man departed. I stayed for a while, and then the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to me: ‘O ‘Umar, do you know who the questioner was?’ I said: ‘Allah and His Messenger know best.’ He said: ‘That was Jibrīl (Archangel Gabriel), who came to teach you your religion.’” [Narrated by Muslim]

1/60- Pertama: Hadis dari Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, "Suatu hari ketika kami duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang memakai pakaian yang sangat putih dan rambutnya hitam pekat, tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan padanya sementara tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya hingga dia duduk di hadapan Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas dia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya seraya berkata, 'Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam!' Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, 'Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah apabila engkau mampu.' Orang itu berkata, 'Engkau benar.' Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, 'Terangkanlah kepadaku tentang iman!' Beliau menjawab, 'Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.' Orang itu berkata, 'Engkau benar. Terangkanlah kepadaku tentang ihsan!' Beliau bersabda, 'Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.' Orang itu berkata lagi, 'Beritahukan kepadaku tentang waktu hari Kiamat!' Beliau menjawab, 'Orang yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.' Orang itu berkata, 'Terangkan tentang tanda-tandanya!' Beliau menjawab, 'Yaitu ketika budak perempuan telah melahirkan tuannya, ketika engkau melihat orang-orang yang tak beralas kaki, tanpa mengenakan pakaian, sangat miskin, dan pekerjaannya menggembalakan kambing, mereka berlomba-lomba mendirikan bangunan yang megah.' Lantas orang itu pergi dan aku diam sekian lama. Kemudian beliau berkata, 'Wahai Umar, tahukah engkau siapakah yang bertanya tadi?' Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.'" (HR. Muslim)

en

“The slave-girl will give birth to her mistress: means that the female slaves will increase to the level that the slave will give birth to a daughter of her master, who would become her mistress. Other interpretations were also given for this sign of the Hour.

Makna "budak perempuan melahirkan tuannya" yaitu akan banyak tawanan perempuan, sehingga tawanan yang dijadikan budak melahirkan anak perempuan bagi tuannya, sedangkan anak tuan sama kedudukannya dengan sang tuan. Ada juga sebagian ulama yang berpendapat selain ini. (الْعَالَةُ: al-'ālah) artinya orang-orang miskin. Perkataan Umar (مَلِياً: maliyyan) artinya jarak waktu yang panjang, yaitu tiga hari.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Herdsmen: shepherds of sheep and goats.

رِعَاءَ الشَّاءِ (ri'ā` asy-syā`i): para penggembala kambing.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Testimony of Tawhīd (there is no god except Allah and Muhammad is the Messenger of Allah) is the greatest pillar of Islam and is rather the foundation of one’s faith in Islam.

1) Syahadat tauhid (لا إله إلا الله محمد رسول الله) merupakan rukun Islam paling besar, bahkan di atasnyalah keislaman seseorang tegak.

en

2) When the seeker of knowledge sits with a scholar in a gathering, he should ask questions of interest to the present audience even if he knows their answers already, just for the purpose of benefiting and teaching the audience.

2) Kewajiban penuntut ilmu ketika duduk bersama orang yang berilmu (ulama) dalam sebuah majelis agar bertanya masalah-masalah yang penting bagi orang-orang yang hadir, sekalipun dia sendiri telah mengetahui hukumnya, tujuannya untuk berbagi ilmu dengan orang-orang yang hadir, dan dengan itu dia telah menjadi pengajar bagi mereka.

en

3) One should always be mindful of Allah, Glorified and Exalted, and that He is watching him and knows what he conceals and what he reveals. This knowledge leads to awe, fear, and veneration of Allah Almighty in the heart of the servant. It also drives the individual to be sincere in performing acts of worship and to perfect them to the best of his ability.

3) Seorang hamba hendaknya menghadirkan rasa kedekatan Allah -'Azza wa Jalla- dari dirinya, bahwa Allah mengawasinya; mengetahui segala yang ia tampakkan dan yang ia sembunyikan, sebab hal itu akan melahirkan rasa takut dan pengagungan kepada Allah dalam hatinya serta melahirkan ketulusan dalam ibadah dan usaha kuat untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.

en

4) It shows the decorum of the Companions with the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), as they ascribed knowledge to Allah Almighty and His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) during his life.

4) Indahnya adab para sahabat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu ketika mereka mengembalikan wewenang keilmuan kepada Allah -Ta'ālā- dan kepada Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada masa hidup beliau.

en

5) The Prophetic Sunnah is a divine revelation so it is impermissible to downgrade its capacity of legislation, because we are commanded to follow both revelations: the Qur’an and the Sunnah.

5) Sunnah Nabi adalah wahyu yang diturunkan dari Allah, sehingga tidak boleh dianggap rendah kedudukannya dalam penetapan syariat; karena kita diperintahkan untuk mengikuti kedua wahyu; Al-Qur`ān dan Sunnah.

en

61/2- Second: Abu Dharr Jundub ibn Junādah and Abu ‘Abdur-Rahmān Mu‘ādh ibn Jabal (may Allah be pleased with them) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Fear Allah wherever you are, follow a bad deed with a good one so that it erases it, and deal with people with good manners.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

2/61- Kedua: Hadis dari Abu Żarr Jundub bin Junādah dan Abu Abdirrahman Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhumā-, mereka meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapus keburukan itu, dan perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One must fear Allah Almighty – which is a consequence of being mindful of Him – in all words and deeds, in secret and in public.

1) Senantiasa bertakwa kepada Allah -'Azza wa Jalla- merupakan buah dari sifat murāqabatullāh di semua perkataan dan perbuatan, yang sir dan yang tampak.

en

2) Good deeds wipe out bad deeds, which reflects the mercy of Allah Almighty towards His servants.

2) Kebaikan akan menghapus keburukan, dan ini termasuk rahmat Allah -Ta'ālā- kepada hamba-Nya.

en

3) It shows the lofty status of good manners, as they are the means to success in this life and the Hereafter; so, the believer should strive to improve his manners.

3) Besarnya kedudukan akhlak baik; yaitu merupakan jalan keberuntungan di dunia dan akhirat, sehingga orang beriman harus berusaha kuat untuk memperbaiki akhlaknya.

en

62/3- Third: Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) said: I was behind the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) one day, and he said: “O boy, I will teach you some phrases: Be mindful of Allah and Allah will protect you. Be mindful of Allah and you will find Him in front of you. If you ask, then ask Allah; and if you seek help, then seek help from Allah. And know that if the nation were to gather together to benefit you with anything, they would not benefit you except with what Allah had already decreed for you. And if they were to gather together to harm you with anything, they would not harm you except with what Allah had already decreed against you. The pens have been lifted and the pages have dried.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

3/62- Ketiga: Hadis dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, Suatu hari aku dibonceng di belakang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu beliau bersabda, "Wahai Ananda! Aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Peliharalah (agama) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Peliharalah (agama) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Bila engkau minta, mintalah kepada Allah. Bila memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya umat ini bersepakat untuk memberi suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberimu manfaat sedikitpun kecuali sesuatu yang telah Allah tuliskan bagimu. Dan bila mereka bersepakat untuk mencelakaimu dengan sesuatu, mereka tidak akan mencelakaimu kecuali dengan yang telah Allah tuliskan atasmu. Pena takdir telah diangkat, dan lembaran-lembaran takdir telah kering." (HR. Tirmidzi dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")

en

In narrations by other than Al-Tirmidhi, the following was reported: “Be mindful of Allah, and you will find Him in front of you. Recognize and acknowledge Allah in times of ease and prosperity, and He will remember you in times of adversity. And know that what has passed you by [and you have failed to attain] was not going to befall you, and what has befallen you was not going to pass you by. And know that victory comes with patience, relief with affliction, and hardship with ease.”

Dalam riwayat selain Tirmizi disebutkan: "Peliharalah (agama) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Beribadahlah kepada Allah ketika lapang, niscaya Allah akan mengenalmu ketika sulit. Ketahuilah, apa yang Allah tidak takdirkan kepadamu maka dia tidak akan menimpamu. Dan apa yang telah ditetapkan menimpamu maka tidak akan meleset darimu. Ketahuilah, kemenangan bersama kesabaran, pertolongan bersama kesusahan, dan kemudahan bersama kesulitan."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Being mindful of Allah: it means be mindful of His religion by adhering to fear of Him, maintaining the limits and rights He set, and fulfilling the rights of the people.

احْفَظِ اللهَ (iḥfażillāh): peliharalah agama Allah dengan senantiasa bertakwa kepada-Nya, juga dengan memelihara batasan dan hak-hak Allah serta memelihara hak manusia.

en

The pens have been lifted and the pages have dried: it means no more writing because all destinies have already been written.

رُفِعَتِ الأقْلامُ، وَجَفَّتِ الصُّحُفُ (rufi'atil-aqlām wa jaffatiṣ-ṣuḥuf): pena (takdir) ditinggalkan atau tidak lagi digunakan menulis karena perkaranya telah selesai, yaitu penulisan takdir seluruhnya telah berlalu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It prohibits asking other than Allah Almighty for things only Allah is able to do, such as provision, healing, forgiveness, and victory among others. The believer should be keen on correcting his Tawhīd of Allah Almighty through asking none but Allah, Glorified and Exalted.

1) Diharamkan meminta kepada selain Allah -Ta'ālā- dalam perkara yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, seperti memberi rezeki, kesembuhan, ampunan, kemenangan, dan lainnya. Maka orang yang beriman hendaknya berupaya kuat untuk memperbaiki tauhidnya kepada Allah -Ta'ālā- dengan tidak berdoa kepada selain-Nya.

en

2) Recognizing the incompetence of all created beings and their need to Allah Almighty drives the servant to attach his heart to Allah alone without any partner, while severing all attachments to created beings.

2) Mengetahui kelemahan seluruh makhluk serta kebergantungan mereka kepada Allah -Ta'ālā- akan mendorong hamba untuk bergantung kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, serta akan memutus kebergantungannya kepada makhluk.

en

3) The servant cannot bring himself any good nor fend off any harm except with the permission of Allah. This requires that the servant worships Allah alone, seeks His assistance, and attaches his heart to none of the people regardless of their status or prestige because they are just as weak as he is and just as needy to Allah Almighty as he is.

3) Manusia tidak mampu mendatangkan manfaat untuk dirinya, juga tidak mampu mengusir keburukan, kecuali dengan izin Allah -Ta'ālā-. Hal ini mengharuskan hamba untuk menauhidkan Allah -Ta'ālā- serta memohon pertolongan kepada-Nya; tidak menggantungkan hati kepada salah satu makhluk, seperti apa pun tinggi kedudukannya atau besar pengaruhnya, karena dia lemah sama seperti dirinya serta butuh kepada Allah -Ta'ālā-.

en

4) Mindfulness of Allah, Glorified and Exalted, and maintaining publicly and secretly the limits He set secure Allah’s preservation and protection of the servant, because the reward for a deed is of the same nature of the deed.

4) Murāqabatullāh dan memelihara batasan-batasan-Nya ketika sendiri maupun di hadapan umum akan melahirkan penjagaan dari Allah terhadap pelakunya. Karena balasan sejenis dengan perbuatan.

en

63/4- Fourth: Anas (may Allah be pleased with him) reported: “You people indulge in (bad) deeds that seem thinner (less significant) in your eyes than hair, while we used to consider them during the time of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) as destructive sins.” [Narrated by Al-Bukhāri]

4/63- Keempat: Hadis dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, "Sungguh, kalian benar-benar akan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang lebih tipis (kecil) dari rambut dalam pandangan kalian, sedangkan kami pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memasukkannya ke dalam dosa-dosa besar yang membinasakan." (HR. Bukhari, dan dia berkata, "الْمُوبِقَاتُ -al-mūbiqāt- artinya yang membinasakan")

en

64/5 - Fifth: Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Verily, Allah Almighty gets jealous. The jealousy of Allah Almighty is when a person commits what Allah has made unlawful for him.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/64- Kelima: Hadis dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- itu cemburu dan kecemburuan Allah -Ta'ālā- itu terjadi jika seseorang melakukan apa yang diharamkan oleh Allah kepadanya." (Muttafaq 'Alaih)

en

--

الْغَيْرَةُ (al-gairah) -dengan memfatahkan huruf "'ain"-, makna aslinya: tidak bersahabat.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Underestimating a sin reflects the servant’s low level of fear of Allah Almighty. On the other hand, feeling overwhelmed by the sin reflects the servant’s high level of fear and mindfulness of Allah Almighty.

1) Sikap meremehkan dosa menunjukkan minimnya rasa takut hamba kepada Allah -Ta'ālā-; sebaliknya, menganggap besar dosa menunjukkan sempurnanya rasa takut tersebut serta besarnya rasa murāqabatullāh.

en

2) The servant must steer away from sins because they provoke the anger of Allah, Glorified and Exalted.

2) Seorang hamba wajib menjauhi maksiat karena merupakan sebab kemurkaan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.

en

3) A sign of complete faith is to be mindful of Allah Almighty and be wary of disobeying Him.

3) Rasa murāqabah hamba serta kehati-hatiannya dari berbuat maksiat merupakan bentuk iman yang sempurna.

en

Note:

Peringatan:

en

The Hadīth of Anas shows that the Companions (may Allah be pleased with them) venerated the sanctities of Allah and feared sins, which indicates that no one surpasses them in their knowledge of Allah Almighty and in the perfectness of their piety and fear of Allah except the prophets. Therefore, one must follow their example and know that their understanding of the Book of Allah and the Sunnah of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) constitutes the sole criterion [in understanding Shariah] because it is the path of the believers. So whoever follows their path shall gain salvation whereas whoever veers away from their path shall perish and drag others with him.

Dalam hadis Anas terdapat bukti pengagungan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- terhadap apa-apa yang Allah haramkan serta rasa takut mereka kepada dosa. Ini menunjukkan mereka adalah manusia yang paling berilmu tentang Allah -Ta'ālā-, paling warak, dan paling takut kepada Allah setelah para nabi. Maka wajib bagi setiap hamba untuk meneladani mereka serta meyakini bahwa pemahaman mereka terhadap Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah yang paling benar, karena jalan mereka itulah jalannya orang-orang beriman. Siapa yang berjalan di atas jalan mereka akan selamat; tetapi siapa yang menyimpang dari jalan mereka akan binasa dan membinasakan.

en

65/6 - Sixth: Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “There were three (persons) from the Children of Israel; a leper, a bald-headed, and a blind man. Allah decided to test them, so He sent an angel who came to the leper and said: What do you like most? He said: Beautiful color and fine skin and removal of that which makes me detestable in the eyes of people. He wiped over him and his illness was no more and he was given a beautiful skin color. The angel then said: Which property do you like most? The man said: Camels – the narrator doubted whether it was camels or cows. The man was given a camel in an advanced stage of pregnancy, and the angel said while giving it to him: May Allah bless it for you. Then he came to the bald-headed man and said: What do you like most? He said: Beautiful hair and that this (baldness) may be removed from me because of which people hate me. He wiped over him and it was removed and replaced with beautiful hair. The angel said: Which wealth do you like most? He said: Cows. So he was given a pregnant cow and while giving it to him, the angel said: May Allah bless it for you.

6/65- Keenam: Hadis dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa dia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada tiga orang dari Bani Israil; yaitu yang kusta, botak, dan buta. Allah hendak menguji mereka, lalu mengutus seorang malaikat. Malaikat itu datang kepada yang kusta dan bertanya, 'Apa yang paling kamu inginkan?' Dia menjawab, 'Warna kulit yang bagus, kulit yang bagus, dan penyakit (kusta) yang menyebabkan orang menjauhiku lenyap dariku.' Malaikat tersebut lalu mengusapnya, dan segera penyakitnya lenyap serta diberikan warna kulit yang bagus. Malaikat bertanya lagi, 'Harta apa yang paling kamu sukai?' Dia menjawab, 'Unta -atau dia berkata, sapi-.' Perawinya ragu. Maka dia diberi unta yang bunting. Malaikat berkata, 'Semoga Allah memberi keberkahan bagimu padanya.' Lalu malaikat itu datang kepada yang botak dan bertanya, 'Apa yang paling kamu inginkan?' Dia menjawab, 'Rambut yang bagus dan penyakit yang menyebabkan orang menjauhiku lenyap dariku.' Malaikat tersebut mengusapnya, dan segera penyakitnya lenyap serta diberikan rambut yang bagus. Malaikat bertanya lagi, 'Harta apa yang paling kamu sukai?' Dia menjawab, 'Sapi.' Maka dia diberi sapi yang bunting. Malaikat berkata, 'Semoga Allah memberi keberkahan bagimu padanya.'

en

Then he came to the blind man and he said: What do you like most? He said: That Allah restores my eyesight so that I could see people. He wiped over him and Allah restored to him his eyesight, and the angel said: Which wealth do you like most? He said: Sheep. So he was given a pregnant sheep. Afterwards, all the three pregnant animals gave birth to young ones and multiplied and brought forth so much that one of the (three) men had a herd of camels filling a valley, and one had a herd of cows filling a valley, and one had a flock of sheep filling a valley.

Lalu malaikat itu datang kepada yang buta dan bertanya, 'Apa yang paling kamu sukai?' Dia menjawab, 'Agar Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku bisa melihat orang.' Malaikat tersebut mengusapnya dan segera Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi, 'Harta apa yang paling kamu sukai?' Dia menjawab, 'Kambing.' Maka dia diberi kambing yang bunting.' Kemudian masing-masing mereka mengembangbiakkan. Hingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua satu lembah sapi, dan yang ketiga satu lembah kambing.

en

The angel then came to the one who had suffered from leprosy in a form similar to the man’s old form when he was ill, and said: I am a poor person and my provision has run short in my journey and there is none to take me to my destination except with the help of Allah and your favor. I beg of you in His name Who gave you fine color and fine skin and wealth that you give me a camel to carry me in my journey. The man said: I have many responsibilities to discharge. Thereupon the angel said: I think I know you. Were you not suffering from leprosy and people despised you, and you were destitute and Allah gave you (wealth)? The man said: (No) I inherited this wealth from my forefathers. Thereupon the angel said: If you are a liar, may Allah turn you to what you were before.

Kemudian malaikat itu datang kepada laki-laki yang dulu menderita kusta dalam rupa dan penampilannya dahulu seraya berkata, 'Aku orang miskin. Aku telah kehabisan bekal dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat menolongku hari ini kecuali Allah kemudian dirimu. Dengan nama Allah yang telah memberimu warna kulit yang bagus, kulit yang bagus, dan harta, aku minta kepadamu seekor unta sebagai bekalku dalam perjalanan.' Dia menjawab, 'Ada banyak hak (yang mesti kutunaikan).' Malaikat itu berkata, 'Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah kamu dahulu menderita kusta, dijauhi oleh manusia, juga kamu sangat miskin, lalu Allah memberikanmu karunia?' Dia menjawab, 'Sesungguhnya harta ini aku warisi dari harta warisan yang turun temurun .' Malaikat itu berkata, 'Bila kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.'

en

He then came to the one who was bald-headed in a form similar to the man’s old bald-headed form and said to him the same that he said to the first and the man gave him the same reply as the first had given. The angel said: If you are a liar, may Allah turn you to what you were before.

Lalu malaikat itu datang kepada laki-laki yang dulunya botak dalam rupa dan keadaannya dahulu dan mengucapkan apa yang dia ucapkan kepada laki-laki yang pertama, dan dia memberinya jawaban seperti jawaban laki-laki yang pertama. Malaikat itu berkata, 'Bila kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.'

en

He then came to the man who was blind in a form similar to the man’s old blind form and said: I am a destitute person and a wayfarer. My provisions have run short and today I have no means to reach my destination but with the help of Allah and then with your help, and I beg of you in the (name) of the One Who restored your eyesight to give me a sheep as provision for my journey. The man said: I was blind and Allah restored to me my eyesight; so take whatever you like and leave whatever you like. By Allah, I shall not stand in your way today for what you take in the name of Allah. Thereupon, the angel said: Keep your wealth. You (three) were put to test, and Allah is well pleased with you and angry with your companions.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Kemudian malaikat itu datang kepada laki-laki yang dulunya buta dalam rupa dan keadaannya dahulu seraya berkata, 'Aku orang miskin dan ibnu sabīl. Aku kehabisan bekal dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat menolongku hari ini kecuali Allah kemudian dirimu. Dengan nama Allah yang telah mengembalikan penglihatanmu, aku minta kepadamu seekor kambing sebagai bekalku dalam perjalanan.' Dia menjawab, 'Dahulu aku buta. Kemudian Allah mengembalikan penglihatanku. Ambillah sesukamu, dan tinggalkan sesukamu. Demi Allah, aku tidak akan menyulitkanmu dengan sesuatu yang kamu ambil, karena Allah -'Azza wa Jalla-.' Maka malaikat itu berkata, 'Tahanlah hartamu. Sesungguhnya kalian telah diuji. Allah telah rida kepadamu dan murka kepada kedua rekanmu.'" (Muttafaq 'Alaih)

en

-- -- -- -- -- In another version narrated by Al-Bukhāri, it reads: “I shall not thank you today...” The intended meaning is that I shall not thank you for not taking something that you need. This is similar to the meaning of the poetic verse: ‘There should be no regret over long life’. The intended meaning is that there should be no regret over not living a long life.

النَّاقَةُ الْعُشَرَاءُ (an-nāqah al-'usyarā`) -dengan mendamahkan "'ain" dan memfatahkan "syīn" disertai mad-: unta yang bunting. Kata: (أنْتَجَ: antaja), di sebagian riwayat: (فَنَتَجَ: fa nataja), maksudnya: mengurus kelahirannya. Istilah nātij (bidan hewan) pada unta seperti istilah qābilah (bidan) pada perempuan. Kalimat "ولَّدَ هذا" (wallada hāża), maksudnya: mengurus kelahirannya. Ia semakna dengan kata (نتَجَ: nataja) pada unta. Istilah muwallid, nātij, dan qābilah memiliki makna yang sama (yaitu bidan). Bedanya, muwallid untuk hewan sedangkan yang dua lainnya untuk yang lain. Kalimat الحِبَالُ (al-ḥibāl): sebab/sarana. Kalimat لا أجْهَدُكَ (lā ajhaduka), maksudnya: aku tidak memberatkanmu untuk mengembalikan apa yang engkau ambil atau yang engkau minta dari hartaku. Dalam riwayat Bukhari: لا أحْمَدُكَ (lā aḥmaduka); maksudnya aku tidak menyanjungmu karena meninggalkan sesuatu yang engkau butuhkan. Sebagaimana ungkapan mereka: لَيْسَ علىٰ طُولِ الحياةِ نَدَمٌ (laisa 'alā ṭūlil-ḥayāh nadamun); maksudnya tidak ada sesal pada hilangnya kehdupan yang panjang.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Thanking Allah for His blessings is one of the reasons for their permanence and increase.

1) Mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada hamba termasuk sebab kelanggengan dan penambahannya.

en

2) It shows the excellence of charity and encourages kindness, generosity, and fulfilling the needs of the weak.

2) Keutamaan sedekah dan anjuran berbuat baik kepada orang-orang yang lemah, memuliakan mereka, dan memenuhi hajat mereka.

en

3) Once something is blessed, it becomes abundant even if it is little; and once something is stripped of blessings, it becomes little even if it is abundant.

3) Bila keberkahan hadir pada sesuatu maka yang sedikit menjadi banyak, dan bila hilang maka yang banyak menjadi sedikit.

en

4) Recognizing the blessings of Allah in one’s senses and the fulfillment of his needs drives him to appropriate those blessings in the service of Allah’s obedience alone without a partner. In this manner, he utilizes those blessings in securing the pleasure of Allah, Glorified and Exalted, because He is the One who bestows them in this world and in the Hereafter.

4) Mengingat besarnya nikmat Allah kepada hamba terkait indranya dan pemenuhan kebutuhannya akan mendorongnya menggunakan nikmat tersebut pada ketaatan dan ibadah kepada Allah, sehingga dia tidak mengabdikannya untuk siapa pun selain Allah -Ta'ālā- serta tidak menggunakannya kecuali pada sesuatu yang mendatangkan rida Allah -'Azza wa Jalla-, karena Allahlah yang memberikannya karunia di dunia dan akhirat.

en

5) Allah, Glorified and Exalted, grants success to His servant in the form of guiding him to good deeds and aiding him to perform them to gain His reward. The servant stands in need of Allah Almighty before, during, and after performing an act of obedience.

5) Di antara bentuk kemudahan (taufik) dari Allah kepada hamba adalah Allah memudahkan baginya melakukan amal saleh, membantunya untuk merealisasikan amalan tersebut, kemudian diberi pahala. Hamba selalu butuh kepada pertolongan Allah -Ta'ālā- sebelum melakukan ketaatan, ketika melakukannya, dan setelah menunaikannya.

en

66/7- Seventh: Abu Ya‘la Shaddād ibn Aws (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The wise person is the one who holds himself accountable and does good deeds for what comes after death. The foolish person is the one who follows his desires and expects from Allah to fulfill his wishes.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)] [3]

7/66ــ- Ketujuh: Hadis dari Abu Ya'lā Syaddād bin Aus -raḍiyallāhu 'anhu-, ia meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Orang yang cerdas adalah yang mampu menundukkan nafsunya dan beramal untuk menghadapi apa yang akan terjadi setelah kematian. Dan orang yang lemah adalah yang memperturutkan hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah." (HR. Tirmidzi dan dia berkata, "Hadisnya hasan") [3].

en
[3] The Hadīth has a weak Isnād.
[3] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

--

Tirmidzi dan ulama lainnya mengatakan, "Makna (دَانَ نَفْسَه: dāna nafsahu): mengintrospeksi dirinya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الكَيِّس (al-kayyis): orang yang cerdas nan kuat.

en

--

دانَ (dāna): mengintrospeksi.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It encourages the individual to seize every opportunity to please Allah, Glorified and Exalted.

1) Anjuran untuk memanfaatkan kesempatan pada sesuatu yang mendatangkan rida Allah -'Azza wa Jalla-.

en

2) It states the obligation of preparing for what is after death by doing good deeds.

2) Kewajiban mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian dengan amal saleh.

en

3) Laziness, negligence, and vain wishful thinking are causes for wasting deeds in this world and in the Hereafter.

3) Malas, lalai, dan angan-angan kosong termasuk sebab hilangnya kesempatan beramal saleh di dunia.

en

67/8- Eighth: Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Part of the excellence of a person’s Islam is that he leaves what does not concern him.” [A Hasan (sound) Hadīth narrated by Al-Tirmidhi and others]

8//67- Kedelapan: Hadis dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tidak penting bagi dirinya." (Hadis hasan riwayat Tirmizi dan lainnya)

en

68/9 - Ninth: ‘Umar (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A man should not be asked why he beat his wife.” [Narrated by Abu Dawūd and others] [4]

9/68- Kesembilan: Hadis dari Umar -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seorang suami tidak ditanyai apa penyebab dia memukul istrinya." (HR. Abu Daud dan lainnya) [4]

en
[4] (2) The Hadīth has a weak Isnād.
[4] (2) Hadis ini sanadnya daif.
en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The individual must concern himself with what benefits him in this life and the Hereafter, as well as keep himself away from what he does not need and, rather, may cause him harm. Doing so reflects the excellence of one’s commitment to Islam.

1) Hamba wajib menyibukkan diri dengan sesuatu yang memiliki maslahat dan manfaat dalam urusan dunia dan akhirat serta meninggalkan perkara lainnya yang tidak dibutuhkan, bahkan membahayakan dan menyakitinya. Ini termasuk tanda bagusnya keislaman seseorang.

en

2) The believer must be mindful of his conduct, statements, and actions. He must internalize the feeling that Allah is watching him and that He knows his private undisclosed affairs. As a result, he will make sure that Allah sees him doing only what pleases Him.

2) Orang beriman wajib untuk introspeksi diri dalam tindak-tanduk, ucapan, dan perbuatannya serta menanamkan dalam diri bahwa Allah mengawasinya dan mengetahui rahasianya, lalu berusaha kuat agar tidak dilihat oleh Allah kecuali pada kondisi yang mendatangkan rida-Nya.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The author (may Allah have mercy upon him) listed this last Hadīth following that of Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) to provide an example of issues of no concern to the individual. It is part of a person’s good commitment to Islam that he does not interfere between a husband and his wife because it does not concern him.

Penulis -raḥimahullāh- menyebutkan hadis yang terakhir setelah hadis Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- untuk memberi contoh perkara yang tidak penting bagi seseorang. Yakni bahwa di antara tanda bagusnya keislaman seorang hamba adalah dia tidak ikut campur dalam urusan antara seseorang dan istrinya, karena hal itu tidak penting baginya.