Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

160 - Chapter on the admonition given at the grave

160- BAB MENYAMPAIKAN MAUIZAH DI KUBURAN

en

Benefit:

Faedah:

en

Admonition is to remind people of such things that soften their hearts, either by making them hopeful about something good or fearful of something evil. The best source of admonition, with the best effect on the heart, is the noble Qur’an. {O mankind, there has come to you instruction from your Lord and healing for what is in the breasts and guidance and mercy for the believers.} [Yūnus: 57]

Mauizah ialah mengingatkan manusia pada sesuatu yang dapat melembutkan hatinya, baik dengan memotivasi pada kebaikan atau mengingatkan dari keburukan. Mauizah yang baik dan yang paling tepat bagi hati adalah Al-Qur`ān Al-Karīm; "Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu mauizah (Al-Qur’ān) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman." (QS. Yūnus: 57)

en

945/1 - ‘Ali ibn Abi Tālib (may Allah be pleased with him) reported: We were accompanying a funeral procession in Baqī‘ al-Gharqad (cemetery in Madīnah). The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) came to us and sat down and we sat around him. He had a small stick in his hand. He lowered his head and scraped the ground with his stick, then said: “There is none among you but has a place assigned for him either in Paradise or in Hellfire.” The Companions said: “O Messenger of Allah, should we not depend upon what has been written for us?” He said: “Carry on doing good deeds. Everyone will find it easy to do the deeds for which he was created...” To the rest of the Hadīth. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/945- Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Kami sedang menyelenggarakan (pemakaman) jenazah di Baqī' Al-Garqad, lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang menemui kami dan duduk, maka kami pun ikut duduk di sekitar beliau sementara beliau memegang sebuah tongkat. Beliau menundukkan kepala sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya di tanah, kemudian bersabda, "Tidak seorang pun dari kalian kecuali telah ditetapkan tempatnya di neraka dan tempatnya di surga." Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah! Mengapa kita tidak memasrahkan diri pada ketetapan (takdir) kita saja?" Beliau menjawab, "Beramallah kalian, karena masing-masing akan dimudahkan menggapai apa yang dia diciptakan untuknya..." Kemudian perawi menyebutkan lanjutan hadis ini selengkapnya. (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Gharqad is a known type of trees. The burial ground of the residents of Madīnah is called Baqī‘ al-Gharqad given the abundance of this kind of trees there. So, it is called Al-Baqī‘ or Baqī‘ al-Gharqad.

Al-Garqad ialah sejenis pohon terkenal. Pekuburan penduduk Madinah dinamakan Baqī' Al-Garqad karena di pekuburan tersebut terdapat banyak pohon ini. Sehingga disebut Al-Baqī' dan Baqī' Al-Garqad.

en

--

مِخْصَرَةٌ (mikhṣarah): tongkat yang berkepala bengkok. نَكَسَ (nakasa): menundukkan kepalanya.

en

--

يَنْكُتُ (yankutu): mengetuk tanah dengan lembut.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to sometimes give admonition at the grave in a way that softens hearts and reminds people of the Hereafter.

1) Anjuran untuk memberi nasihat sesekali di kubur dengan sesuatu yang akan melembutkan hati dan mengingatkannya terhadap perkara akhirat.

en

2) The writing down of fates has already been done in the knowledge of Allah Almighty. This does not mean, however, that we rely upon our fate. Rather, we should work and seek what we want, for our written fate is unknown to us.

2) Penulisan takdir telah lewat dalam ilmu Allah -Ta'ālā-, dan ini bukan berarti kita pasrah kepada takdir. Melainkan kita harus beramal, karena catatan takdir itu perkara yang tak diketahui siapa pun, tidak kita ketahui apa isinya.

en

3) A scholar should correct the mistakes and misconceptions of lay people, as the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to do with his Companions.

3) Orang berilmu wajib mengingatkan kesalahan yang terjadi di kalangan awam dan meluruskan pemahaman mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama sahabat-sahabatnya yang mulia.

en

Note: Every admonition should be given in a way that suits its circumstances. At the grave, the preacher should have a sense of solemnity, calmness, and fear, and he should be brief. Moreover, the grave should not be taken as a pulpit. We should follow the Prophet’s Sunnah, in which all goodness lies, and not swerve from it. Indeed, guidance of the Sunnah provides protection and mercy.

Catatan: mauizah setiap kesempatan harus disesuaikan dengan kesempatan tersebut. Dalam hal mauizah di kubur, orang yang memberi nasihat harus dalam keadaan tenang, khusyuk, dan penuh takut disertai meringkas ceramahnya. Kubur tidak boleh dijadikan sebagai podium pidato, tetapi kita harus mengikuti Sunnah Nabi dengan sesekali berceramah di sana. Karena, seluruh kebaikan ada dalam mengikuti Sunnah dan waspada dari menyelisihinya, dan petunjuk Sunnah adalah benteng dan rahmat.