Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

252. Chapter on matters related to supplication

252- BAB PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DOA

en

1496/1- Usāmah ibn Zayd (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If someone is done a favor and [expresses his gratitude] to the doer of the favor by saying ‘Jazāk Allāhu khayran’ (May Allah reward you well), then he has fully expressed his appreciation.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

1/1496- Usāmah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang diberikan kebaikan lalu dia berkata kepada pelakunya, 'Jazākallāhu khairan', sungguh dia telah membalas dengan pujian secara maksimal." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Encouraging Muslims to reward those who do them favors, each according to their ability.

1) Anjuran untuk membalas orang yang berbuat kebaikan, masing-masing sesuai dengan kemampuannya.

en

2) Glad tidings that Allah’s reward is greater and more ample than that of the slaves.

2) Kabar gembira bahwa balasan dari Allah -'Azza wa Jalla- lebih besar dan lebih sempurna dari balasan manusia.

en

1497/2- Jābir (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not supplicate against yourselves, do not supplicate against your children, and do not supplicate against your property, in case you do it at a time during which Allah answers all supplications so He grants you what you asked for.” [Narrated by Muslim]

2/1497- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jangan mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak-anak kalian, dan jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang apabila Allah dimintai sesuatu pada waktu itu, maka Dia mengabulkannya bagi kalian." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is forbidden to supplicate against oneself, one’s children, or one’s wealth. This is an aspect of Allah Almighty’s mercy to his slaves.

1) Larangan mendoakan keburukan atas diri sendiri, anak, atau harta; dan ini termasuk rahmat Allah -'Azza wa Jalla- kepada para hamba-Nya.

en

2) Invoking evil and destruction upon oneself or others is a form of transgression in supplication, while Allah Almighty says: {for He does not like the transgressors.} [Surat al-A‘rāf: 55]

2) Mendoakan keburukan dan kebinasaan adalah salah satu bentuk melampaui batas dalam berdoa, padahal Allah -Ta'ālā- telah berfirman, "Sungguh Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-A'rāf: 55)

en

1498/3- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The nearest a slave is to his Lord is when he is prostrating, so increase (your) supplications (while in this state).” [Narrated by Muslim]

3/1498- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Keadaan terdekat hamba kepada Tuhannya adalah ketika dia bersujud, maka perbanyaklah doa (padanya).” (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Supplication is more likely to be answered in prostration because it is a state that reflects one’s need and humility to Allah, the Self-Sufficient, the All-Mighty. So, one should supplicate Allah much in his prostration.

1) Sujud termasuk momen dikabulkannya doa karena merupakan momen menampakkan kefakiran dan kehinaan diri hamba di hadapan Zat Yang Mahakaya dan Mahaperkasa. Sebab itu, hendaklah ia memperbanyak doa ketika sujudnya.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was careful to teach his Ummah the comprehensive aspects of good and the ways leading to it. Therefore, Muslims should adhere to the Sunnah for it is the lifeboat, for following Sunnah yields blessings while leaving it brings about regret.

2) Kesungguhan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam mengajarkan umatnya tentang gudang-gudang dan pintu-pintu kebaikan. Oleh karena itu, berpeganglah kepada Sunnah, karena ia adalah bahtera keselamatan; mengerjakannya adalah keberkahan dan meninggalkannya adalah kerugian dan penyesalan.

en

1499/4- He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The supplication of one of you is answered, as long as he is not in haste, saying: “I have supplicated to my Lord, but He did not answer me.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/1499- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Doa salah seorang kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, yaitu dengan berkata, 'Sungguh aku telah berdoa kepada Rabb-ku, namun doaku belum dikabulkan.'" (Muttafaq 'Alaih)

en

In a version narrated by Muslim: “The supplication of a slave continues to be answered as long as he does not supplicate for a sinful thing or for something that would cut off the ties of kinship, and he does not grow impatient.” It was said: “O Messenger of Allah! What does growing impatient mean?” He said: “It is one’s saying: ‘I supplicated again and again but I did not have my prayer answered.’ Thereupon, he becomes frustrated and gives up supplication altogether.”

Dalam riwayat Muslim yang lain, "Doa seorang hamba senantiasa akan dikabulkan selama dia tidak berdoa yang mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi, dan selama dia tidak tergesa-gesa." Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah! Seperti apa terburu-buru itu?" Beliau bersabda, "Dia mengatakan, 'Aku telah berdoa. Aku telah berdoa. Namun aku belum merasa Dia mengabulkannya untukku.' Lalu ketika itu dia putus asa dan berhenti berdoa."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يَسْتَحْسرُ (yastaḥsir): berhenti.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) From the reasons that prevent the answering of supplications are expecting an early response, supplicating for something sinful, impatience and giving up supplication.

1) Di antara penghalang dikabulkannya doa adalah terburu-buru, berdoa yang mengandung dosa, mengeluh karena belum dikabulkan, dan berhenti berdoa.

en

2) Good understanding of the etiquette of supplication entails that a person should not become weary, but he should keep on supplicating his Lord while he is certain that his supplication will be answered.

2) Di antara fikih doa ialah tidak bosan melakukannya. Sebab itu, seorang hamba harus mengulang-ulang doa kepada Rabb-nya dengan merasa yakin akan dikabulkan.

en

1500/5- Abu Umāmah (may Allah be pleased with him) reported: Someone asked the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): “Which supplication is most likely to be answered?” He said: “A supplication made in the middle of the last part of the night and in the end of the obligatory prayers.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]

5/1500- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditanya, "Doa apakah yang paling dikabulkan?" Beliau menjawab, "(Doa) di akhir malam dan di penghujung salat fardu." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

أَسْمَعُ (asma'): paling dekat dikabulkan.

en

The last part of the night: at the time when Allah Almighty descends to the nearest heaven, which is the last third of the night.

جَوْفَ اللَّيْلِ (jaufal-lail): ketika Allah turun di sepertiga akhir malam.

en

In the conclusion of the obligatory prayers: at the end of the prayer, before Taslīm.

دُبُرَ الصَّلَواتِ (dubur aṣ-ṣalawāt): penghujung salat sebelum salam.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth highlights the superiority of the last part of the night over the rest of the night, because it is the time when supplications are most likely to be answered. Therefore, one has to be keen on choosing the suitable time and place for his supplications since it is one of the reasons of having them answered.

1) Keutamaan akhir malam dibanding waktu-waktu malam lainnya, karena akhir malam lebih dekat dengan pengabulan doa. Oleh karena itu, seorang hamba harus mencari tempat dan waktu yang tepat untuk berdoa, karena ini termasuk sebab pengabulan doa.

en

2) A Muslim should seize the opportunity of supplicating Allah before ending the prayer, because at this time, he is most devoted to his Lord, and his supplication is worthier of being answered.

2) Memanfaatkan momen sebelum salam dalam salat dengan banyak berdoa karena seorang hamba ketika itu sedang menghadap kepada Rabb-nya sehingga dia lebih patut untuk diberikan pengabulan.

en

1501/6- ‘Ubādah ibn al-Sāmit (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “No Muslim on earth supplicates Allah Almighty except that Allah answers his supplication or averts from him harm equivalent to it, unless he supplicates for something sinful or for the severing of the ties of kinship.” A man from among the people said: “Then we shall supplicate plenty.” The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah is more plentiful (in responding).” [Narrated by Al-Tirmidhi who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic). Al-Hākim also narrated it on the authority of Abu Sa‘īd al-Khudri with the following addition: “or He will have in store for him a reward that is equivalent to his supplication.”]

6/1501- 'Ubādah bin Aṣ-Ṣāmit -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang muslim di bumi berdoa kepada Allah dengan satu doa, melainkan Allah pasti mengabulkannya untuknya, atau Allah memalingkan darinya suatu keburukan yang sebanding dengan doanya, selama dia tidak berdoa yang mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi." Seseorang berkata, "Kalau begitu kita perbanyak doa." Beliau menjawab, "Allah lebih banyak lagi (kebaikan-Nya)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih"). Juga diriwayatkan oleh Al-Ḥākim dari Abu Sa'īd Al-Khudriy, di dalamnya ditambahkan, "Atau Allah simpankan baginya pahala yang sebanding dengan doanya."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim’s supplication is responded to in either of the following three ways:

1) Dalam doanya, seorang muslim akan meraih salah satu dari tiga perkara:

en

a- Granting him what he supplicated for.

a. Pengabulan doa yang ia panjatkan.

en

b- Delaying the fulfillment of his need and warding off affliction that is equal to it.

b. Penghilangan bala yang akan menimpanya sesuai dengan kadar doa tersebut.

en

c- Keeping it in store for him until the Day of Judgment, when his Lord will give him reward for it.

c. Penabungan doanya tersebut, lalu Allah memberikan tabungan doanya tersebut pada hari Kiamat.

en

2) It is recommended to ask Allah abundantly for there is nothing that is beyond His ability, and His treasures can never decrease on account of His slaves’ demands.

2) Disunahkan banyak berdoa karena tidak ada sesuatu yang sulit bagi Allah dan permintaan hamba tidak akan mengurangi perbendaharaan-Nya.

en

An Arab poet once said (translated from Arabic): Allah Almighty gets Angry when you do not ask Him for your needs, while a human gets angry when he is asked.

Allah murka bila engkau tidak meminta kepada-Nya ... Sedangkan umat manusia akan marah bila dimintai.

en

1502/7- Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say at times of distress: “Lā ilaha illa Allah Al-‘Azhīm Al-Halīm. Lā ilaha illa Allah Rabbu al-‘arshi al-‘azhīm. Lā ilaha illa Allah Rabbu as-samāwāti wa Rabbu al-ardi wa Rabbu al-‘arshi al-karīm (There is no god but Allah, the Most Great, the Forbearing. There is no god but Allah, the Lord of the Mighty Throne. There is no god but Allah, Lord of the heavens, Lord of the earth, and Lord of the Honorable Throne).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

7/1502- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika ditimpa kesedihan biasa membaca, "Lā ilāha illallāhul-'aẓīmul-ḥalīm, lā ilāha illallāhu rabbul-arsyil-'aẓīm, lā ilāha illallāhu rabbus-samāwāti wa rabbul-arḍi wa rabbul-'arsyil-karīm (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Mahaagung lagi Mahalembut. Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Rabb Arasy Yang Mahaagung. Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Tuhan langit, Tuhan bumi, dan Tuhan Arasy yang mulia)." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to say this prophetic invocation in times of hardship and distress.

1) Anjuran berdoa dengan doa Nabi ini ketika dalam kondisi sulit dan susah.

en

2) It is obligatory to establish Tawhīd in our hearts and lives, as it is what saves us from all evil. The more one magnifies the status of Tawhīd in his heart, the more perfect and certain Allah’s protection for him is. {Those who believe and do not mix their faith with falsehood are the ones who will be secure, and it is they who are rightly guided.}

2) Kewajiban menegakkan tauhid di dalam hati dan kehidupan kita, karena tauhid adalah penyelamat bagi kita dari semua keburukan. Juga karena semakin kadar pengagungan tauhid dalam hati seorang hamba sempurna, maka perlindungan Allah baginya lebih sempurna dan lebih pasti; "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (kesyirikan), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk." (QS. Al-An'ām: 82)