Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

254. Chapter on the Prohibition of Backbiting and Commanding Restraint of the Tongue

254- BAB PENGHARAMAN GIBAH DAN PERINTAH MENJAGA LISAN

en

Allah Almighty says: {Do not spy on one another, nor backbite one another. Would any of you like to eat the flesh of his dead brother? You would surely abhor it. So fear Allah. Indeed, Allah is Accepting of Repentance, Most Merciful.} [Surat al-Hujurāt: 12] And He says: {Do not follow that of which you have no knowledge. Indeed, the hearing, the sight, and the heart, all of them will be called to account.} [Surat al-Isrā’: 36] And He says: {Not a single word he utters but there is with him a vigilant watcher, ready [to record it].} [Surat Qāf: 18]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggibah sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Ḥujurāt: 12) Dia juga berfirman, "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isrā`: 36) Dia juga berfirman, "Tidak ada suatu kata pun yang diucapkan melainkan di sisinya ada malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qāf: 18)

en

Everyone who is competent to perform religious obligations must refrain from indulging in all sorts of speech except that which involves an interest. When speaking and remaining silent are of the same effect in terms of realizing an interest, then the Sunnah is not to speak, because lawful speech may develop into unlawful or disliked speech. Actually, this happens so often, and staying safe of sin is unmatchable.

Ketahuilah, sepatutnya setiap hamba menjaga lisannya dari semua ucapan, kecuali ucapan yang ada maslahatnya. Bila berbicara dan diam sama ditinjau dari sisi maslahatnya, maka disunahkan untuk diam. Karena berbicara yang mubah dapat menyeret kepada yang haram atau makruh. Yang seperti itu biasanya banyak terjadi, dan keselamatan dari bahaya lisan tidak bisa ditebus dengan apa pun juga.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Criticizing backbiting – which is to say something about your fellow Muslim that he dislikes – because it is one of the grave major sins and one of the spoilers of hearts.

1) Celaan terhadap gibah -yaitu Anda membicarakan saudara Anda tentang sesuatu yang tidak dia sukai- karena ia termasuk dosa besar dan perusak hati.

en

2) One should keep his organs, especially his tongue, safe from committing all that Allah has forbidden. He should be mindful of Allah Almighty in all his statements and actions, and say only what is good.

2) Seorang hamba wajib menjaga anggota tubuhnya, khususnya lisan dari semua yang dilarang oleh Allah, dengan meyakinkan diri bahwa Allah -'Azza wa Jalla- mengawasi semua ucapan dan perbuatannya, sehingga dia tidak berbicara kecuali yang baik.

en

1511/1- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever believes in Allah and the Last Day should either say something good or remain silent.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/1511- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya berkata baik, atau (jika tidak) hendaknya ia diam." (Muttafaq 'Alaih)

en

The Hadīth explicitly indicates that one should speak only when it is good to speak, i.e. when his speech would result in realizing an interest. When he is not sure about that, then he should not speak.

Hadis ini sangat jelas bahwa sepatutnya seseorang tidak berbicara kecuali jika ucapannya itu baik, yaitu yang tampak maslahatnya. Bila dia ragu tentang maslahatnya, maka janganlah dia berbicara.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Silence is better than useless speech.

1) Diam lebih baik dari berbicara yang tidak mengandung faedah.

en

2) Speaking good words and refraining from speaking evil is one of the requirements of believing in Allah Almighty and the Last Day.

2) Berbicara dengan kebaikan dan berdiam dari ucapan yang buruk merupakan konsekuensi iman kepada Allah dan hari Akhir.

en

1512/2- Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported: I said: “O Messenger of Allah, which Muslim is the best?” He said: “He is the one from whose tongue and hand the Muslims are safe.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/1512- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Muslim yang manakah yang paling afdal?" Beliau bersabda, "Orang yang kaum muslimin selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth forbids harming Muslims by words or deeds.

1) Larangan menyakiti kaum muslimin, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

en

2) The Shariah urges refraining from harming people. The best Muslim is the one from whom people fear no harm.

2) Anjuran syariat Islam untuk tidak menyakiti orang lain, sebab muslim yang paling utama adalah yang orang lain selamat dari keburukannya.

en

1513/3- Sahl ibn Sa‘d (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever guarantees for me to safeguard what is between his jaws and what is between his legs, I shall guarantee Paradise for him.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/1513- Sahal bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang dapat memberi jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua tulang rahangnya (lisannya) dan di antara kedua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin baginya surga." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

What is between his jaws: his tongue.

لَحْيَيْهِ (laḥyaihi): al-laḥyān adalah dua tulang tempat tumbuhnya gigi, dan maksud yang terletak di antara keduanya adalah lisan.

en

What is between his legs: his private parts.

مَا بَيْنَ رِجْلَيْه (mā baina rijlaihi): di antara kedua kakinya, yakni kemaluan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Keeping away from disobedience to Allah and sins is a reason for entering Paradise by the mercy and favor of Allah Almighty.

1) Menjauhi maksiat dan dosa adalah sebab masuk surga dengan rahmat dan karunia Allah -Ta'ālā-.

en

2) It is obligatory to safeguard one’s senses and body parts, and to use them in obeying Allah Almighty alone, especially the tongue and the private parts.

2) Kewajiban menjaga anggota tubuh dan menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah -'Azza wa Jalla-, khususnya menjaga lisan dan kemaluan.

en

1514/4- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “It might be that a person utters a word thoughtlessly, because of which he falls into Hellfire farther than the distance between the east and the west.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/1514- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat tanpa memikirkan baik atau buruknya, dengan sebab itu dia tergelincir ke dalam neraka yang lebih dalam daripada jarak antara timur dan barat." (Muttafaq 'Alaih)

en

Thoughtlessly: without thinking whether it is good or bad.

يَتَبَيَّنُ (yatabayyanu): ia memikirkan apakah itu baik atau tidak.

en

1515/5- He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A person may utter a word pleasing to Allah Almighty without considering it of any significance, because of which Allah raises his ranks; and a person may utter a word displeasing to Allah Almighty without considering it of any significance, because of which he sinks into Hellfire.” [Narrated by Al-Bukhāri]

5/1515- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sungguh seorang hamba akan berbicara dengan satu perkataan yang mengundang keridaan Allah -Ta'ālā-, padahal dia tidak menganggapnya penting, tetapi dengan perkataan itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba akan berbicara dengan satu perkataan yang mengundang kemurkaan Allah -Ta'ālā-, padahal dia tidak menganggapnya penting, tetapi dengan perkataan itu dia terjungkal ke dalam neraka jahanam." (HR. Bukhari)

en

1516/6- Abu ‘Abdur-Rahmān, Bilāl ibn al-Hārith al-Muzani (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A person may utter a word pleasing to Allah Almighty without considering how far its effect would reach, because of which Allah becomes pleased with him until the day he meets Him; and a person may utter a word displeasing to Allah without considering how far its effect would reach, because of which Allah becomes displeased with him until the day he meets Him.”

6/1516- Abu Abdirrahman Bilāl bin Al-Ḥāriṡ Al-Muzaniy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh seorang hamba akan berbicara dengan satu perkataan yang mengundang keridaan Allah -Ta'ālā-, padahal dia tidak pernah mengira perkataannya itu akan mencapai apa yang dicapainya, tetapi dengan perkataan itu Allah menuliskan untuknya keridaan hingga hari dia bertemu dengan-Nya. Dan sungguh seorang hamba akan berbicara dengan satu perkataan yang mengundang kemurkaan Allah -Ta'ālā-, padahal dia tidak pernah mengira perkataannya itu akan mencapai apa yang dicapainya, tetapi dengan perkataan itu Allah menuliskan untuknya kemurkaan hingga hari dia bertemu dengan-Nya."

en

[Narrated by Mālik in Al-Muwatta’ and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic]

(HR. Malik dalam Al-Muwaṭṭa` dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim is encouraged to ponder on and think about his words so that he would speak only when this may result in realization of interest and good things, otherwise, he should not.

1) Anjuran untuk mencermati dan memikirkan ucapan sebelum mengucapkannya, supaya seseorang tidak berbicara kecuali bila tampak baginya kebaikan dan maslahatnya, dan jika tidak demikian, hendaklah dia diam.

en

2) There are levels in Paradise and depths in Hell. Every person is going to attain his position according to his deeds, and by the favor and justice of Allah.

2) Ketinggian surga bertingkat-tingkat dan kedalaman neraka pun bertingkat-tingkat, masing-masing orang akan meraih kedudukannya sesuai dengan amalnya serta karunia dan keadilan Allah.

en

3) There is a warning against intense heedlessness, as it entails the displeasure of Allah Almighty and the threat of the torment of Hell.

3) Peringatan dari kelalaian yang parah, karena dapat mengakibatkan kemurkaan Allah -'Azza wa Jalla- dan ancaman azab neraka.

en

4) Demonstrating the magnificent mercy of Allah Almighty and His favor upon his slaves, as he accepts from them simple deeds and gives them in return ample rewards.

4) Menjelaskan besarnya rahmat dan karunia Allah -'Azza wa Jalla- kepada hamba-Nya; Dia sangat menerima amal mereka yang sedikit lalu memberikan mereka ganjaran yang melimpah.

en

1517/7- Sufyān ibn ‘Abdullah (may Allah be pleased with him) said: “I said: O Messenger of Allah! Tell me about something to hold fast to.” He said: “Say: ‘My Lord is Allah,’ then remain upright.” I said: “O Messenger of Allah, what is the the thing you fear most for me?” He grabbed his tongue and said: “This.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

7/1517- Sufyān bin Abdullah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku pernah berkata, "Wahai Rasulullah! Sampaikan kepadaku suatu perkara yang bisa aku jadikan pegangan." Beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Rabb-ku adalah Allah.' Kemudian istikamahlah." Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Apa yang paling engkau khawatirkan atasku?" Beliau memegang lidahnya sendiri kemudian bersabda, "Ini." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) were keen to learn what is good, and that is why they always asked the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) to give them advice.

1) Antusias para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam mempelajari kebaikan; oleh karena itu, mereka biasa meminta wasiat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) Uprightness is knowledge, deeds, and state of affairs: Knowledge about the issues related to Tawhīd and Shariah, deeds in secret and in public focused on doing acts of obedience and avoiding what is forbidden, and a state of affairs that is righteous and based upon following upright guidance.

2) Istikamah mencakup ilmu, amal, dan keadaan. Yaitu mengilmui perkara-perkara tauhid dan syariat, mengamalkan amalan batin dan lahir dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi larangan, serta berada dalam keadaan yang baik dan jalan yang lurus.

en

3) The Prophet’s warning to his Ummah about the faults of the tongue reveals its extreme danger and man’s heedlessness.

3) Peringatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umat dari penyakit-penyakit lisan memperlihatkan tingginya bahaya lisan dan kelalaian manusia.

en

1518/8- Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not indulge in excessive talk without Dhikr (mention) of Allah. Excessive talking without Dhikr of Allah Almighty hardens the heart; and those who are the farthest from Allah are those whose hearts are hard.” [Narrated by Al-Tirmidhi] [7]

8/1518- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian banyak bicara selain zikir kepada Allah! Sesungguhnya banyak bicara selain zikir kepada Allah -Ta'ālā- dapat mengeraskan hati. Sesunguhnya manusia yang paling jauh dari Allah adalah orang yang keras hatinya." (HR. At-Tirmizi) [7].

en
[7] The Hadīth has a weak Isnād.
[7] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The greatest thing by which a person can keep his tongue safe is for him to occupy himself with remembering Allah Almighty and saying good words.

1) Perkara paling besar yang dengannya seorang hamba bisa menjaga lisannya ialah menyibukkan diri dengan zikir kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan ucapan yang baik.

en

2) Abandoning remembrance of Allah causes hardness of the heart and its corruption. When the heart is corrupt, it causes the whole body to be corrupt, so the senses become familiar only with what is unlawful, and the body parts do not become active except for doing what is unlawful.

2) Meninggalkan zikir kepada Allah dapat mendatangkan kekerasan dan kerusakan pada hati, dan apabila hati telah rusak maka rusaklah seluruh tubuh, sehingga semua indra tidak akan akrab kecuali pada yang haram dan semua anggota tubuh tidak tergerak kecuali untuk yang haram.

en

1519/9- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever Allah saves from the evil of what is between his jaws and the evil of what is between his legs will enter Paradise.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]

9/1519- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang dijaga oleh Allah dari keburukan apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisannya) dan keburukan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluannya), dia pasti masuk surga." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth highlights the importance of keeping the tongue and private parts safe.

1) Menampakkan urgensinya menjaga lisan dan kemaluan.

en

2) Giving up disobedience and sins and keeping away from them are achieved by Allah’s guidance and mercy.

2) Meninggalkan maksiat dan dosa serta menjauhinya adalah taufik dan rahmat dari Allah bagi hamba-Nya.

en

1520/10- ‘Uqbah ibn ‘Āmir (may Allah be pleased with him) reported: I said: “O Messenger of Allah, what is salvation?” He said: “Hold back your tongue, abide in your house, and weep over your sin.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]

10/1520- 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah jalan keselamatan itu?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jagalah lisanmu, jadikanlah rumahmu terasa lapang bagimu, dan menangislah karena kesalahanmu!" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) were keen on adhering to the way of salvation at times of Fitan (trials and tribulations). So, if you want to be saved, follow in their footsteps because they were on the most upright way.

1) Kegigihan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk melaksanakan sebab-sebab keselamatan pada masa-masa fitnah; apabila Anda menginginkan keselamatan, hendaklah Anda mengikuti dan meniti jalan mereka, karena mereka berada di atas jalan yang paling lurus.

en

2) Consciousness of obeying Allah Almighty at all times protects one from falling into sin.

2) Menghadirkan ketaatan kepada Allah di semua waktu akan melindungi hamba dari terjerumus ke dalam maksiat.

en

1521/11- Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When the son of Adam gets up in the morning, all of his body parts humble themselves before the tongue, saying: Fear Allah concerning us! For indeed, we are only as you are; if you are upright, we shall be upright, and if you are crooked, we shall be crooked.” [Narrated by Al-Tirmidhi]

11/1521- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Bila anak Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota tubuh tunduk kepada lisan seraya berkata, 'Takutlah kepada Allah tentang kami, karena kami bergantung kepadamu! Jika engkau lurus, kami pasti lurus. Jika engkau menyimpang, maka kami pun akan menyimpang." (HR. Tirmizi)

en

--

Makna "تُكَفِّرُ اللسانَ" (tukaffir al-lisān): tunduk dan menurut kepada lisan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A person is hidden under his tongue (i.e. his true state is concealed by his silence), so if the tongue slips, all the organs are affected as its slip exposes them to Allah’s displeasure and punishment.

1) Seseorang tersandera oleh lisannya, bila lisannya menyimpang maka seluruh anggota tubuh ikut terpengaruh, karena dia telah membiarkannya mendapat murka dan siksa Allah.

en

2) A slave has to avoid all the ways that lead him to destruction and incurring Allah Almighty’s displeasure by fearing Him in secret and public.

2) Seorang hamba wajib menjauhi semua jalan yang dapat mengantarkan dirinya pada kebinasaan dan murka Allah -'Azza wa Jalla-, yaitu dengan bertakwa kepada-Nya ketika sendiri dan ketika di hadapan banyak orang.

en

1522/12- Mu‘ādh (may Allah be pleased with him) reported: “I said: ‘O Messenger of Allah, tell me of a deed which will cause me to enter Paradise and keep me far from Hell.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘You have asked about a great matter, but it is easy for whomever Allah makes it easy for. Worship Allah, without associating anything with Him, offer the prayer, pay the Zakah, fast in Ramadan, and perform Hajj (pilgrimage).’ Then he said: ‘Shall I guide you to the gates of goodness? Fasting is a shield, charity extinguishes sins as water extinguishes fire, and a man’s prayer in the dead of night.’ Then he recited: {They forsake their beds, supplicating their Lord with fear and hope, and spend out of what We have provided for them. No soul knows what delights are kept hidden for them as a reward for what they used to do.} [Surat al-Sajdah: 16-17] Then he said: ‘Shall I tell you of the head of the matter, its pillar, and its peak?’ I replied: ‘Yes, please do, O Messenger of Allah.’ He said: ‘The head of the matter is Islam, its pillar is the prayer, and its peak is jihād.’ Then he said: ‘Shall I tell you of what holds all these things?’ I said: ‘Yes, please do, O Messenger of Allah.’ So he took hold of his tongue and said: ‘Keep this under control.’ I asked: ‘O Messenger of Allah, shall we be held accountable for what we speak?’ He replied: ‘May your mother lose you! Is there anything else that casts people on their faces into Hellfire except the harvest of their tongues?’” [Narrated by Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)] The Hadīth was previously explained.

12/1522- Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Beritahukan kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka." Beliau bersabda, "Sungguh, engkau telah menanyakan perkara yang besar. Namun hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan Allah -Ta'ālā- untuk melakukannya. Yaitu engkau menyembah Allah tanpa menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, menegakkan salat, membayar zakat, berpuasa Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah." Selanjutnya beliau bersabda, "Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, sedekah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan salat seseorang di tengah malam." Lalu beliau membaca (firman Allah), "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya..." hingga firman-Nya, "... apa yang mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah: 16-17) Lantas beliau bertanya, "Maukah aku beritahukan kepadamu pokok agama seluruhnya, tiangnya, dan puncaknya?" Aku menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Pokok agama adalah dua kalimat syahadat, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad." Selanjutnya beliau bertanya, "Maukah aku beritahukan kepadamu kunci semua perkara ini?" Aku jawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Lantas beliau memegang lidahnya dan bersabda, "Jagalah ini olehmu!" Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah kita akan disiksa karena apa yang kita ucapkan?" Beliau menjawab, "Semoga ibumu kehilangan kamu (ungkapan iba)! Tidakkah manusia itu tersungkur di atas mukanya dalam neraka melainkan karena buah perbuatan lidah mereka?!" (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadis hasan sahih"). Hadis ini telah disyarah sebelumnya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

جُنَّة (junnah): pelindung.

en

--

جَوْفُ اللَّيْلِ (jauf al-lail): tengah malam.

en

--

ذِرْوَةٌ (żirwah): puncak sesuatu.

en

--

السَّنّامُ (as-sanām): bagian yang tinggi pada punggung unta.

en

May your mother lose you: an expression (that was common among the Arabs) meant as a friendly rebuke, not as an actual invocation of destruction.

ثّكِلَتْكَ (ṡakilatka): semoga dia (ibumu) kehilangan kamu. Ungkapan ini termasuk kalimat yang dilontarkan sebagai bentuk cinta dan iba, bukan mendoakan kebinasaan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A slave must be keen on doing what entails entering Paradise and keeping away from Hell. This is the most important thing he should care for.

1) Seorang hamba wajib gigih dalam mengerjakan amalan-amalan yang memasukkannya ke surga dan menjauhkan dirinya dari neraka. Sebab itu, perkara ini seharusnya menjadi yang paling wajib ia perhatikan.

en

2) The best and most superior of all deeds is worshiping Allah alone without associating partners with Him. So, be keen to learn about the issues of Tawhīd and to act upon them, and also learn about Shirk and disassociating oneself from it.

2) Amalan yang paling utama dan paling tinggi adalah beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya. Oleh karena itu, hendaklah Anda bersungguh-sungguh untuk mempelajari permasalahan-permasalahan tauhid serta mengamalkannya dan mengenal kesyirikan serta berlepas diri darinya.

en

3) The Hadīth encourages doing supererogatory acts of worship, as they are the key to good, especially voluntary night prayers.

3) Anjuran untuk mengamalkan ibadah-ibadah yang sunah, karena ibadah sunah adalah kunci kebaikan, khususnya kiamulail (salat malam).

en

4) Performing Jihād in the cause of Allah is one of the best and most superior good deeds. It is referred to as the peak of Islam because through it the religion becomes evident.

4) Jihad fi sabilillah termasuk amalan yang paling utama dan paling luhur. Ia merupakan puncak agama Islam karena dengannya agama ini menjadi tinggi.

en

5) The Hadīth warns of the faults of the tongue being one of the reasons for entering Hell and incurring destruction.

5) Peringatan dari penyakit lisan karena dapat menyebabkan masuk neraka dan menjerumuskan ke dalam kebinasaan.

en

1523/13- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do you know what Gheebah (backbiting) is?” They (the Companions) said: “Allah and His Messenger know best.” He said: “It is to say of your brother what he dislikes (meaning in his absence).” Someone said: “What if what I say of my brother is true?” He said: “If what you say of him is true, then you have backbitten him; if not, then you have slandered him.” [Narrated by Muslim]

13/1523- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tahukah kalian apa gibah itu?" Para ‎sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Beliau bersabda, "Yaitu engkau membicarakan ‎saudaramu dengan sesuatu yang ia benci." Kemudian ada yang bertanya, "Bagaimana menurutmu ‎jika sesuatu yang aku sebutkan itu nyata ada pada saudaraku itu?" Beliau menjawab, ‎‎"Jika memang apa yang engkau sebutkan ada pada dirinya, maka itulah gibah. Namun jika tidak ada padanya, ‎berarti engkau telah memfitnahnya."‎ (HR. Muslim)

en

1524/14- Abu Bakrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said in his sermon on the Day of Nahr at Mina in the Farewell Hajj: “Verily, your blood, your properties, and your honor are as sacred and inviolable to you as the sanctity of this day of yours, in this month of yours, in this town of yours. Verily, I have conveyed the message.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

14/1524- Abu Bakrah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda saat berkhotbah pada hari penyembelihan di Mina ketika haji wadak, "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah suci (terlindungi) bagi kalian semua sebagaimana sucinya hari kalian ini, di dalam bulan kalian ini, dan di negeri kalian ini. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan ini?!" (Muttafaq 'Alaih)

en

1525/15- ‘Āishah (may Allah be pleased with her) reported: “I said to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): ‘Sufficient for you about Safiyyah is such-and-such (meaning that she is short).’ He said: ‘You have said a word which, if mixed with the water of the sea, it would pollute it!’ And I once imitated a person before him, so he said: ‘I do not like to imitate a person even in return for such-and-such.’” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

15/1525- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Aku pernah berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Cukuplah bagimu Ṣafiyyah itu begini dan begini." Sebagian perawi hadis ini mengatakan, maksudnya bahwa Ṣafiyah itu pendek. Maka beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Kamu telah mengatakan suatu perkataan, seandainya ia dicampur dengan air laut niscaya akan mengubahnya!” Aisyah juga meriwayatkan: Aku pernah memperagakan tingkah laku seseorang kepada beliau, lalu beliau bersabda, "Aku tidak suka memperagakan tingkah laku seseorang meskipun aku mendapatkan upah sekian dan sekian (dari harta dunia)." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata "Hadis hasan sahih")

en

Pollute it: mixed with it in such a way that changes its taste or smell due to its intense stink and foulness. This is one of the strongest warnings against backbiting. Allah Almighty says: {Nor does he speak out of his own desire. It is but a revelation sent down [to him].} [Surat An-Najm: 3-4]

Makna "مَزَجَتْهُ" (mazajathu): ucapan itu akan bercampur dengannya sampai mengubah rasa atau aromanya disebabkan karena sangat busuk dan buruknya. Ini termasuk peringatan paling keras terhadap gibah. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan yang diucapkannya itu bukanlah menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur`ān itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An-Najm: 3-4)

en

1526/16- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “During my ascent to heaven, I passed by a group of people (in Hellfire) with copper nails scratching their faces and chests. I asked: ‘O Gabriel, who are these?’ He replied: ‘These are the ones who eat the flesh of people (by backbiting) and slander their honors.’” [Narrated by Abu Dāwūd]

16/1526- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah-wajah dan dada-dada mereka sendiri. Maka aku bertanya, 'Siapakah mereka itu,wahai Jibril?' Dia menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (menggibah) dan mencemarkan kehormatan mereka.'" (HR. Abu Daud)

en

1527/17- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The whole of a Muslim is inviolable for another Muslim: his blood, his honor, and his property.” [Narrated by Muslim]

17/1527- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Setiap muslim atas muslim yang lain haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Slandered him: you fabricated the most serious lies against him.

بَهَتَّهُ (bahattahu): al-buhtān adalah kebohongan yang paling besar. Maksudnya, yaitu engkau telah mengadakan kebohongan yang besar atasnya.

en

--

يَخْمشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ: mereka mencakar muka mereka sendiri.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth warns against backbiting, being one of the grave major sins, and one of the causes of destruction for its doer in the worldly life and the Hereafter.

1) Peringatan dari gibah yang merupakan dosa besar dan termasuk sebab yang membinasakan pelakunya di dunia dan akhirat.

en

2) It is prohibited to speak about other Muslims in a way that they do not like, even if what is said is true about them, for it is considered backbiting. It is allowable under the Shariah in some cases only.

2) Diharamkannya menceritakan tentang kaum muslimin terkait perkara yang mereka tidak sukai, sekalipun perkara tersebut ada pada mereka, karena hal itu adalah gibah, kecuali pada gibah yang diperbolehkan oleh syariat.

en

3) The Muslim’s life, property, and honor are as inviolable in the sight of Allah as are the sacred town, the sacred month, and the sacred day.

3) Terhormatnya nyawa, harta, dan kehormatan seorang muslim di sisi Allah seperti terhormatnya tanah haram, bulan haram, dan hari yang suci.

en

4) Belittling the value of the worldly life and everything in it if compared to the pleasure of Allah Almighty.

4) Kecilnya perkara dunia dan semua isinya bila dibandingkan dengan rida Allah -Ta'ālā-.

en

5) Mentioning the punishment of backbiters on the Day of Judgment; they will torture themselves with their own hands because they allowed their fellow Muslims to be backbitten, so they will reap what they sowed.

5) Menyebutkan siksaan pelaku gibah pada hari Kiamat, yaitu mereka akan menyiksa diri mereka sendiri dengan tangan mereka sendiri, karena mereka senang menggibah saudara mereka sesama muslim, dan balasan itu setimpal dengan jenis perbuatan.

en

Precious note:

Peringatan Penting:

en

Ibn Qayyim al-Jawziyyah (may Allah have mercy upon him) said as he underlined the importance of watching what the tongue utters:

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -raḥimahullāh- menjelaskan urgensi menjaga ucapan lisan dengan ucapannya,

en

“It is wondrous how a person finds it easy to guard against consuming what is unlawful, doing injustice, committing unlawful sexual intercourse, theft, drinking alcohol, looking at what is unlawful, and other prohibited acts, yet it is difficult for him to control his tongue. You may see a man who is known for his religiosity, worship, and asceticism, yet he thoughtlessly says words that displease Allah Almighty, and because of that he falls into Hell to depths that are farther than the distance between the East and West. You may find a man who is too prudent to commit immorality or injustice, yet his tongue is ardently vilifying the honor of living and dead people, and he does not care about what he is saying. If you like to know more about that, then look at the Hadīth narrated by Muslim in his Sahīh on the authority of Jundub ibn ‘Abdullah who reported: ‘The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said that once a man said: ‘By Allah! Allah would not forgive so-and-so.’ Thereupon, Allah, the Exalted and Glorious, said: ‘Who is this who adjures about Me that I would not grant pardon to so-and-so; I have granted pardon to so-and-so and rendered your deeds worthless.’ This worshiper who offered worship to Allah Almighty for as long as what Allah willed for him to do had all his deeds worthless on account of a single word...The easiest movement of all the organs is that of the tongue, but it is the most harmful to the slave.” [Al-Jawāb Al-Kāfi liman Sa’ala ‘an Ad-Dawā’ Ash-Shāfi]

"Di antara yang mengherankan, bahwa seseorang sangat mudah menjaga diri dan menjauh dari memakan yang haram, berbuat zalim, mencuri, minum khamar, melihat yang haram, dan lain sebagainya, tetapi dia sulit sekali menjaga diri dari gerakan lisannya. Bahkan engkau melihat orang yang menjadi panutan dalam beragama, beribadah, dan kezuhudan sementara dia berbicara dengan ucapan-ucapan yang dimurkai Allah tanpa memedulikannya, padahal dengan satu kalimat saja di antaranya menyebabkan dia jatuh (ke neraka) lebih dalam daripada jarak antara timur dan barat. Betapa banyak engkau lihat orang yang menjaga diri dari perbuatan keji dan zalim sementara lisannya merobek kehormatan orang-orang yang masih hidup dan yang telah meninggal, dan dia tidak memedulikan apa yang diucapkannya. Bila engkau ingin mengetahui hal itu, maka lihatlah apa yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya, Aṣ-Ṣaḥīḥ, dari hadis Jundub bin Abdullah, dia meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada seseorang yang berkata, 'Demi Allah! Allah tidak akan mengampuni si polan.' Maka Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Siapakah yang bersumpah mendahului-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si polan? Sungguh Aku telah mengampuninya dan telah membatalkan amalmu.'" Lihatlah ahli ibadah ini yang telah beribadah kepada Allah sebagaimana yang Allah kehendaki dia beribadah kepada-Nya, satu kalimat ini telah membatalkan seluruh amalannya ... Gerakan anggota tubuh yang paling ringan adalah gerakan lisan, dan ia adalah yang paling berbahaya terhadap hamba." (Al-Jawāb Al-Kāfī liman Sa`ala 'an Ad-Dawā` Asy-Syāfī)