Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

301 - Chapter on the prohibition of pretension which is saying or doing useless things with unnecessary difficulty

301- BAB LARANGAN MEMAKSAKAN DIRI, YAITU MELAKUKAN PERBUATAN DAN PERKATAAN YANG TIDAK MEMILIKI MASLAHAT DENGAN SUSAH PAYAH

en

Allah Almighty says: {Say [O Prophet], “I do not ask you for any reward for it, nor do I pretend to be what I am not.”} [Surat Sād: 86]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Katakanlah (Muhammad), 'Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang memaksakan diri.'" (QS. Ṣād: 86).

en

1655/1 - ‘Umar (may Allah be pleased with him) reported: “We were forbidden from pretension.” [Narrated by Al-Bukhāri]

1/1655- Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kami dilarang untuk menyusahkan diri." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is forbidden to ask too many questions about things of no avail and to bear unnecessary burdens in religious or worldly matters.

1) Larangan banyak bertanya tentang sesuatu yang tidak bermanfaat serta larangan seseorang menyusahkan diri pada sesuatu yang tidak penting baginya, baik dalam urusan agama maupun urusan dunia.

en

2) One should not preoccupy himself with useless speech or acts. That falls under dispraised affectation.

2) Seorang hamba sepatutnya tidak menyibukkan diri dengan perkataan ataupun perbuatan yang tidak mengandung faedah, karena itu termasuk pemaksaan diri yang tercela.

en

1656/2 - Masrūq reported: “We visited ‘Abdullah ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him), who said: ‘O people, he who has knowledge about something should speak accordingly; and he who has no such knowledge should say: Allah knows best. Indeed, it is part of knowledge that, when you do not know something, you say: Allah knows best. Allah Almighty says to His Prophet Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him): {Say [O Prophet], “I do not ask you for any reward for it, nor do I pretend to be what I am not.”}” [Narrated by Al-Bukhāri]

2/1656- Masrūq meriwayatkan, Kami pernah datang menemui Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-, maka dia berkata, "Wahai sekalian manusia! Siapa yang memiliki ilmu tentang sesuatu hendaklah dia sampaikan. Namun siapa yang tidak memiliki ilmu hendaklah mengatakan 'Allāhu a'lam.' Karena termasuk ilmu bila engkau berkata pada apa yang tidak engkau ketahui: Allāhu a'lam. Allah -Subḥānahu wa Ta’ālā- berfirman kepada Nabi-Nya -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, Katakanlah (Muhammad), 'Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang memaksakan diri.'" (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It informs us of the firm prohibition of affectation and speaking without knowledge.

1) Menerangkan larangan keras dari perbuatan memaksakan diri dalam berbagai persoalan serta larangan membahasnya tanpa dasar ilmu.

en

2) Half of knowledge lies in saying: “Allah knows best” when you do not know.

2) Setengah ilmu ialah ucapan orang yang tidak memiliki ilmu: Allāhu a'lam.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The erudite scholar Ibn Sa‘di (may Allah have mercy upon him) said:

Al-'Allāmah Ibnu Sa'diy -raḥimahullāh- berkata,

en

“When a person refrains from speaking about things he does not know, this achieves numerous benefits like the following:

"Diamnya seorang hamba pada sesuatu yang tidak dia ketahui memiliki banyak faedah, di antaranya:

en

- This is what he is required to do.

- Ini adalah sikap yang diwajibkan kepadanya.

en

- When he refrains and says: “Allah knows best”, knowledge will readily come to him.

- Bila dia diam dan mengatakan "Allāhu a'lam", maka ilmu tentang hal itu akan segera sampai kepadanya.

en

- When he refrains from speaking about what he does not know, this indicates his reliability and integrity, as well as his mastery of the things he confidently speaks about, and Allah knows best.” [Al-Fatāwa al-Sa‘diyyah]

- Bila dia diam pada perkara yang tidak dia ketahui, maka hal itu adalah bukti dia bisa dipercaya, amanah, dan menguasai permasalahan yang dia sampaikan dengan yakin. Wallāhu a'lam." (Al-Fatāwā As-Sa'diyyah)