Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

51 - Chapter on Hope

51- BAB RAJĀ` (HARAPAN)

en

Allah Almighty says: {Say: “O My servants who have transgressed against themselves [by sinning], do not despair of the mercy of Allah. Indeed, Allah forgives all sins. Indeed, it is He who is the Forgiving, the Merciful.”} [Az-Zumar: 53] He also says: {And do We repay except the ungrateful?} [Saba’: 17] And He says: {Indeed, it has been revealed to us that the punishment will be upon whoever denies and turns away.} [Taha: 48] He also says: {And My mercy encompasses all things.} [Al-A‘rāf: 156]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Katakanlah, 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhanya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir." (QS. Saba`: 17) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sungguh telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) pada siapa pun yang mendustakan (ajaran agama yang kami bawa) dan berpaling (tidak memperdulikannya)." (QS. Ṭāhā: 48) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu." (QS. Al-A'rāf: 156)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Fear and hope go hand in hand. Whoever fears Allah Almighty and is heedful of Him should also hope for His reward.

1) Khauf (takut) dan rajā` (harapan) adalah dua hal yang saling bertalian; Siapa yang yang takut kepada Allah -Ta'ālā- niscaya akan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya.

en

2) A believer’s heart should contain both fear and hope. They are to him like a pair of wings to a bird. If one of them prevailed over the other at a time, he should let the other prevail over it at another time, thus maintaining a balance between them.

2) Di dalam hati orang beriman akan terkumpul rasa takut dan harapan. Rasa takut dan harapan bagi orang beriman ibarat dua sayap bagi burung. Bila salah satunya lebih dominan di sebagian waktu, maka yang lain hendaknya lebih dominan di waktu lainnya, agar keduanya setara.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

What is the difference between hope and wishful thinking?

Apa perbedaan antara rajā` (harapan) dan tamannī (angan-angan)?

en

Hope is anticipating something good in the near future while pursuing the proper means for achieving it. So, it is coupled with endeavor, and it prompts one to obey Allah Almighty. Without hope, one would not perform good deeds.

- Rajā` (harapan) adalah merencanakan kebaikan dan dekatnya waktu terjadinya disertai mengerjakan sebab-sebabnya. Sehingga rajā` disertai oleh perbuatan dan usaha. Rajā` juga akan mendorong kepada ketaatan kepada Allah. Kalaulah bukan karena harapan, tentu tidak akan ada amal saleh.

en

Wishful thinking, on the other hand, is rooted in lethargy and inaction. A wishful thinker would not be diligent in doing things pleasing to his Lord.

- Adapun tamannī (angan-angan), maka dibangun di atas ketidakmampuan dan kemalasan. Sehingga pelakunya tidak akan melakukan usaha dan kesungguhan dalam rangka ketaatan kepada Allah.

en

412/1 - ‘Ubādah ibn al-Sāmit (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever bears witness that there is no god but Allah alone with no partner, and that Muhammad is His slave and Messenger; that Jesus is the slave and Messenger of Allah and His word which He communicated to Maryam (Mary) and a spirit from Him; and that Paradise is true and that Hell is true, Allah will certainly admit him into Paradise, regardless of what he has done.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/412- 'Ubādah bin Aṣ-Ṣāmit -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya, serta kalimat-Nya yang disampaikan pada Maryam dan ruh dari-Nya, juga bersaksi bahwa surga benar adanya serta neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amalnya." (Muttafaq 'Alaih)

en

In a version by Muslim: “Whoever bears witness that there is no god but Allah and that Muhammad is His slave and Messenger, Allah will forbid him to Hellfire.”

Dalam riwayat Muslim lainnya: "Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah haramkan atasnya api neraka."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

A spirit from Him: He created him and brought him into existence.

رُوحٌ مِنْهُ: ruh dari ciptaan-Nya dan dari sisi-Nya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) None will enter Paradise except a believer whose faith is confirmed by righteous deeds.

1) Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang beriman yang membuktikan imannya dengan amal saleh.

en

2) The highest rank of belief is to be a true servant of Allah Almighty, bearing sincere witness that drives him towards good deeds.

2) Kedudukan mukmin yang paling tinggi adalah menjadi hamba Allah -Ta'ālā- secara benar dan tulus, yaitu dia bersaksi dengan kesaksian yang tulus sehingga mengantarnya kepada amal saleh.

en

413/2 - Abu Dharr (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah Almighty says: Whoever comes with a good deed will have the reward of ten like it or even more. Whoever comes with an evil deed will be recompensed for one evil deed like it or I will forgive. Whoever draws close to me by one span, I will draw close to him by one cubit. Whoever draws close to me by one cubit, I will draw close to him by one fathom. Whoever comes to me walking, I will come to him running. Whoever meets me with enough sins to fill the earth, not associating anything with me, I will meet him with as much forgiveness.” [Narrated by Muslim]

2/413- Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Siapa yang mengerjakan satu kebaikan, baginya balasan sepuluh kali lipatnya atau lebih. Dan Siapa yang mengerjakan satu keburukan, maka balasan satu keburukan adalah satu keburukan yang setimpal atau Aku akan mengampuninya. Siapa yang mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekatinya satu hasta. Siapa yang mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekatinya satu depa. Siapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan biasa, Aku akan datang kepadanya dengan berjalan cepat. Siapa yang menjumpai-Ku dengan memiliki seisi bumi kesalahan, namun dia tidak menyukutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan menemuinya dengan ampunan yang semisalnya.'" (HR. Muslim)

en

The Hadīth means: If a servant of Mine draws close to Me through good deeds, I will draw close to Him with My mercy; and if he does more, I will do more. If he comes to me walking, I will go to him running, i.e. I will shower him with My mercy and precede him with it, and I spare him the need to walk a lot to reach his destination. -- And Allah knows best.

Makna "mendekatkan diri kepada-Ku", yaitu dengan melakukan ketaatan kepada-Ku. "Aku mendekatinya", yaitu dengan rahmat-Ku; bila dia tambah, Aku akan tambah. "Bila dia datang kepada-Ku dengan berjalan biasa" yaitu dia bersegera mengerjakan ketaatan kepada-Ku, "Aku akan datang kepadanya dengan berjalan cepat"; yaitu Aku akan menuangkan rahmat kepadanya, serta Aku akan mendahuluinya tanpa memaksanya melakukan perjalanan yang banyak untuk menuju apa yang diinginkan. Sedangkan "قُرَابُ الأرْضِ" (qurābul-arḍ), dengan mendamahkan "qāf". Ada yang mengatakan, dengan mengkasrahkannya. Tetapi damah lebih fasih dan lebih masyhur. Maknanya: yang mendekati isi bumi. Wallāhu a'lam.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Fathom: length of a person’s outstretched arms plus the width of his chest (i.e. distance from tip of middle finger to the tip of the other middle finger when a person stands with his arms outstretched).

الباع (al-bā'; depa): ukuran sepanjang dua tangan manusia ketika dibentangkan disertai lebar dadanya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It urges people to hope for the forgiveness and mercy of Allah Almighty and not despair of His pardon.

1) Anjuran untuk mengharapkan ampunan dan rahmat Allah serta tidak berputus asa dari ampunan-Nya.

en

2) When a person diligently seeks to please Allah, He will give him rewards many times more than his deeds. This is among the glad tidings for the believers.

2) Bila hamba mengerjakan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, maka Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- akan memberinya balasan sekian kali lipat dari perbuatannya. Ini termasuk kabar gembira bagi orang-orang beriman.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

“Allah Almighty said... I will draw close to him by one cubit... I will draw close to him by one fathom...”

Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalam hadis ini: "Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, ... Aku mendekatinya satu hasta... Aku mendekatinya sedepa..."

en

This is one of the Hadīths comprising attributes of Allah Almighty, which we establish as confirmed by the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and adopted by our righteous predecessors. We do not change the meanings of these attributes or negate them. Blissful are those who adhere to the Sunnah.

Hadis ini termasuk hadis tentang sifat-sifat Allah Rabb semesta alam. Kita wajib menetapkannya sebagaimana dia datang dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan merupakan mazhab para salaf -raḍiyallāhu 'anhum-. Kita tidak memaksakan diri untuk larut membahasnya, tidak juga menafikannya. Semoga Allah merahmati hamba yang berpegang dengan Sunnah para salaf.

en

414/3 - Jābir (may Allah be pleased with him) reported: A Bedouin came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “O Messenger of Allah, what are the two imperatives which lead to Paradise or Hellfire?” He said: “Whoever dies without associating partners with Allah will enter Paradise, and whoever dies while associating partners with Him will enter Hellfire.” [Narrated by Muslim]

3/414- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa seorang laki-laki badui datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah dua hal yang pasti itu?" Beliau menjawab, "Siapa yang meninggal dalam kondisi tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun maka pasti akan masuk surga. Dan Siapa yang yang meninggal dengan dosa mempersekutukan Allah dengan sesuatu maka pasti akan masuk neraka." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

المُوجِبَتَانِ (al-mūjibatān): perkara yang mengharuskan masuk surga dan perkara yang mengharuskan masuk neraka.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Genuine Tawhīd (belief in Allah alone without associating any partners with Him) prevents one from abiding eternally in Hellfire, and it is a means for admission into Paradise.

1) Fondasi tauhid menghalangi hamba dari kekal dalam neraka dan merupakan sebab masuk surga.

en

2) Polytheism (associating partners with Allah) prevents one from entering Paradise, and it is the greatest means for admission into Hellfire and abiding eternally therein.

2) Syirik kepada Allah -Ta'ālā- adalah penghalang masuk surga dan merupakan sebab terbesar masuk neraka.

en

415/4 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: While Mu‘ādh was riding behind the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) on the mount, he said: “O Mu‘ādh!” He replied: “At your service, O Messenger of Allah.” He said again: “O Mu‘ādh!” He replied: “At your service, O Messenger of Allah.” three times. He said for the third time: “O Mu‘ādh!” He again replied: “At your service, O Messenger of Allah.” He then said: “There is no one who bears witness that there is no god but Allah and that Muhammad is His slave and Messenger, sincerely from his heart, but Allah will forbid him to Hellfire.” He (Mu‘ādh) said: “O Messenger of Allah, shall I inform people about this so that they rejoice?” He said: “Then they will rely upon it.” Mu‘ādh related this just before his death out of fear from sin for concealing knowledge. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/415- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah membonceng Mu'āż di atas hewan tunggangan, lalu ‎beliau berkata, "Wahai Mu'āż!" Mu'āż menjawab, "Aku memenuhi ‎panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah." Beliau berkata lagi‎‎, "Wahai Mu'āż!" Mu'āż menjawab, "Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah." Beliau berkata lagi, "wahai Mu'āż!" Mu'āż menjawab, "Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah." Sebanyak tiga kali. Lalu beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang hamba bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak ‎diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan ‎utusan-Nya dengan tulus dari hatinya, melainkan Allah akan ‎mengharamkan dirinya dari api neraka.‎" Mu'āż ‎bertanya, "Wahai Rasulullah! Bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada manusia agar mereka merasa gembira?" Beliau menjawab, "(Apabila ‎engkau memberitahukan hal ini kepada mereka), niscaya mereka akan ‎menyandarkan diri (pada hal ini saja)." Mu'āż kemudian menyampaikan hadis ini menjelang kematiannya karena takut berdosa (jika tidak disampaikan). (Muttafaq 'Alaih)

en

--

Kata "تَأَثما" (ta`aṡṡuman)) maksudnya: karena takut berdosa bila tidak menyampaikan hadis ini.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

رَدِيْفُهُ (radīfuhu): dia ikut naik hewan tunggangan tersebut di belakang beliau.

en

--

لَبَّيْكَ (labbaika): senantiasa memenuhi panggilanmu.

en

--

سَعْدَيْكَ (sa'daika): terus-menerus membantu dalam rangka taat kepadamu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the merit of Tawhīd and the testimony that “there is no god except Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah”. If a person proclaims it and acts upon it, Allah will forbid Hellfire to him and admit him into Paradise.

1) Keutamaan tauhid dan syahadat "Lā ilāha illallāh Muḥammad Rasulullāh"; yaitu siapa yang mengamalkan konsekuensinya maka Allah mengharamkan dirinya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga.

en

2) We should beware of concealing knowledge. A person who teaches people their religion should clarify to them the useful information and concepts, so that they will not misunderstand the religious proofs.

2) Waspada agar tidak menyembunyikan ilmu; sehingga para pendidik harus menerangkan kepada manusia ilmu-ilmu yang bermanfaat serta menerangkan pemahamannya, agar sebagian mereka tidak salah dalam memahami dalil agama secara tidak benar.

en

416/5 - Abu Hurayrah or Abu Sa‘īd al-Khudri (the narrator was unsure, and his doubt is harmless since all the Companions are trustworthy narrators) reported: During the Battle of Tabūk, the people suffered famine, so they said: “O Messenger of Allah, grant us permission to slaughter our camels to eat and use their fat.” The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “You may do that.” Then ‘Umar (may Allah be pleased with him) came and said: “O Messenger of Allah, if you do that, there will be a shortage in riding animals. Instead of that, let them bring the leftovers of their provisions, then supplicate Allah for them to bless it; perhaps Allah will put some blessing therein.” The Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) agreed to that and asked for a leather mat and spread it out. Then he asked them to bring their leftovers. One man brought a handful of corn; another brought a handful of dates; and another brought a piece of bread until an insignificant amount was collected on the leather mat. So the Messenger invoked the blessing of Allah and then said: “Take and fill your containers.” They filled their containers until no container in the army was left unfilled. They ate their fill and there was some food left over. So the Messenger said: “I bear witness that there is no god except Allah and that I am the Messenger of Allah. No slave will meet Allah believing in these two (testimonies of faith) having no doubt about them and be prevented from Paradise.” [Narrated by Muslim]

5/416- Abu Hurairah atau Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhumā- (perawi ragu di antara keduanya, tetapi keraguan tentang sahabat siapa tidak bermasalah karena mereka semua 'udūl/terpercaya), berkata, Ketika terjadi perang Tabuk orang-orang ditimpa kelaparan sehingga mereka berkata, "Wahai Rasulullah! Sekiranya engkau mengizinkan, kami akan menyembelih unta-unta kami untuk dimakan dan diambil lemaknya?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lakukanlah!" Lantas Umar -raḍiyallāhu 'anhu- datang dan berkata, "Wahai Rasulullah! Jika engkau melakukannya, maka binatang tunggangan menjadi sedikit, akan tetapi mintalah sisa bekal mereka, lalu mohonkanlah kepada Allah untuk mereka keberkahan. Mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan padanya." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Ya." Lantas beliau meminta karpet kulit lalu membentangnya. Selanjutnya beliau meminta sisa bekal mereka. Ada yang datang membawa satu genggam jagung, yang lain datang membawa segenggam kurma, dan yang lainnya datang membawa sepotong roti. Sehingga terkumpullah sedikit sisa bekal di atas karpet kulit itu. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa memohon keberkahan, lalu bersabda, "Ambillah dan simpanlah di bejana-bejana kalian." Lantas mereka mengambil dan menyimpannya di bejana mereka sehingga tidak ada satu pun bejana di tengah pasukan melainkan mereka isi. Lalu mereka makan hingga kenyang dan masih menyisakan sisa. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Allah dan sesungguhnya aku utusan Allah. Tidaklah seorang hamba menghadap Allah dengan membawa dua kalimat itu tanpa ada keraguan lalu dia dihalangi masuk surga." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

نَوَاضِحَنا (nawāḍiḥanā): bentuk jamak dari kata "ناضحِ" (nāḍiḥ), yaitu unta yang digunakan untuk mengangkut air.

en

--

الظَّهْر (aẓ-ẓahr): hewan yang dijadikan kendaraan.

en

--

فَضْلِ أَزْوَادِهِمْ (faḍl azwādihim): sisa bekal makanan mereka.

en

Blessing: increase, growth, abundance of good.

البَرَكَةُ (al-barakah): keberkahan, yaitu bertambah dan banyaknya kebaikan.

en

--

نِطَع (niṭa'): karpet (alas) terbuat dari kulit.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Companions’ politeness towards the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). They used to seek his permission before doing what they wanted to do. The scholars are the heirs to the Prophets. So, people should be keen to ask their scholars who adhere to the Qur’an and the Sunnah and derive guidance from the righteous predecessors.

1) Adab para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu mereka meminta izin kepada beliau dalam perkara yang ingin mereka kerjakan. Para ulama umat hari ini, mereka adalah penerus para nabi -'alaihimuṣ-ṣalātu was-salām-. Sehingga, sepantasnya hamba-hamba Allah rajin bertanya kepada ulama-ulama mereka yang mengamalkan Al-Qur`ān dan Sunnah serta berjalan dengan petunjuk para pendahulu umat ini.

en

2) It urges cooperation between Muslims in all their affairs. The people of faith complement one another through mutual solidarity and support.

2) Anjuran saling bekerja sama antara kaum muslimin dalam semua urusan mereka, karena orang-orang beriman saling melengkapi satu sama lain.

en

3) It highlights the merit of the words of Tawhīd (“I bear witness that there is no god except Allah, and that Muhammad is His slave and messenger”), which is the key to Paradise for those who act upon it and observe the prescribed commands and prohibitions.

3) Keutamaan kalimat tauhid; yaitu sebagai kunci surga bagi yang membawanya serta mengamalkan konsekuensinya berupa mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan.

en

417/6 - ‘Itbān ibn Mālik (may Allah be pleased with him), who was one of the Companions who took part in the Battle of Badr, reported: “I used to lead my people, Banu Sālim, in prayer and there was a valley between me (my house) and them. Whenever it rained, it became difficult for me to cross it for going to their mosque. So I went to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: ‘I have weak eyesight and the valley between me and my people flows during the rainy season and it becomes difficult for me to cross it. I wish you to come to my house and offer prayer in a place so that I could reserve that as a place for prayer.’ The Messenger said: ‘I will do that.’ So the Messenger and Abu Bakr came to my house the (next) morning after the sun had risen high. The Messenger asked my permission to enter and I admitted him. He did not sit before saying: ‘Where do you like me to offer prayer in your house?’ I pointed to the place where I wanted him to offer prayers. So the Messenger of Allah stood up for the prayer and started the prayer with Takbīr and we aligned in rows behind him; and he offered a two-Rak‘ah prayer and finished them with Taslīm, and we also made Taslīm with him. I detained him for a meal called Khazīrah which I had prepared for him. When the neighbors got the news that the Messenger was in my house, they started coming till a large number of men gathered in my house. One of them said: ‘What is the matter with Mālik, for I do not see him?’ A man replied: ‘He is a hypocrite who does not love Allah and His Messenger.’ Thereupon, the Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Don’t say that. Haven’t you seen that he testified that there is no god except Allah, seeking only the Countenance of Allah thereby?’ The man replied: ‘Allah and His Messenger know best, but as for us, by Allah, we never saw him but talking and acting in a friendly manner with the hypocrites.’ The Messenger replied: ‘Allah has made forbidden for Hellfire anyone who says “there is no god but but Allah” seeking thereby Allah’s pleasure.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/417- 'Itbān bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, salah seorang sahabat yang mengikuti perang Badar, ia meriwayatkan: Aku menjadi imam salat pada kaumku Banī Sālim, sedangkan antara tempat tinggalku dan tempat mereka dipisahkan oleh sebuah lembah, bila terjadi hujan maka aku kesulitan untuk melewatinya menuju masjid mereka. Sehingga aku menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan aku berkata kepada beliau, "Sesungguhnya penglihatanku sudah buruk, sementara lembah yang memisahkan antara tempat tinggalku dan tempat kaumku mengalami banjir jika terjadi hujan, sehingga sulit bagiku untuk melewatinya. Aku berharap engkau bisa datang lalu salat di rumahku di tempat yang akan aku jadikan sebagai tempat salat (musalla)." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, "Aku akan lakukan." Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang kepadaku bersama Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- ketika sudah siang. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminta izin untuk masuk, maka aku pun mempersilakan beliau. Belum sempat duduk beliau langsung bertanya, "Di mana tempat yang engkau inginkan agar aku salat di rumahmu?" Maka aku menunjukkan kepada beliau tempat yang aku inginkan agar beliau salat di sana. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri lalu bertakbir. Kami pun berdiri membuat saf di belakang beliau. Beliau mengerjakan salat dua rakaat kemudian bersalam. Dan kami pun ikut bersalam ketika beliau bersalam. Lalu aku menahan beliau untuk menunggu makanan dari tepung yang sedang dibuat untuk beliau. Kemudian penduduk tempat itu mendengar kehadiran Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di rumahku, sehingga sebagian mereka datang berkumpul. Maka orang-orang pun menjadi banyak di rumahku. Salah seorang berkata, "Apa yang dikerjakan oleh Mālik? Aku tidak melihatnya." Yang lain berkata, "Dia ini munafik. Dia tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, "Jangan ucapkan seperti itu. Bukankah engkau lihat dia mengucapkan 'Lā ilāha illallāh' dengan mengharap rida Allah?!" Orang itu berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Adapun kami, demi Allah, kami tidak lihat kecuali cinta dan percakapannya kepada orang-orang munafik." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka orang yang mengucapkan 'Lā ilāha illallāh' dengan mengharap rida Allah." (Muttafaq 'Alaih)

en

-- --

عِتْبَان ('itbān) dengan mengkasrahkan "'ain" dan mensukunkan "tā`", setelahnya huruf "bā`". Sedangkan "الخَزِيرَةُ" (al-jazīrah) dengan "khā`" dan "zāy", yaitu tepung yang dimasak dengan lemak. Kalimat "ثَابَ رِجَالٌ", artinya: kaum laki-laki datang dan berkumpul.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

اِجْتِيَازُهٌ (ijtiyāzuhu): melewatinya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Whoever says “there is no god except Allah” seeking thereby the Countenance of Allah Almighty will be forbidden for Hellfire. This indicates the greatness of this noble word of Tawhīd.

1) Siapa yang mengucapkan "Lā ilāha illallāh" karena mengharap rida Allah maka dia diharamkan dari neraka. Ini menegaskan keagungan kalimat tauhid yang diberkahi ini.

en

2) It opens the door of hope for the believer who performs good deeds and is diligent in it.

2) Membuka pintu harapan bagi orang-orang beriman yang bertauhid yang mengerjakan amal saleh serta bersungguh-sungguh di dalamnya.

en

3) A Muslim is required to accept the invitation of his fellow Muslim. This is one of the rights of Muslims upon one another.

3) Wajib bagi seorang muslim untuk memenuhi undangan saudara muslimnya, karena ini adalah hak seorang muslim atas saudaranya.

en

418/7 - ‘Umar ibn al-Khattāb (may Allah be pleased with him) reported: “Some captives of war were brought to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) amongst whom there was a woman who was running (searching for her child). When she saw a child among the captives, she took hold of him, pressed him against her belly, and breastfed him. Thereupon, the Messenger said: ‘Do you think this woman would ever throw her child in the fire?’ We said: ‘No, by Allah.’ He said: ‘Allah is more merciful to His slaves than this woman is to her child.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

7/418- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah dibawakan tawanan. Ternyata ada seorang wanita dalam tawanan itu berkeliling. Bila dia menemukan anak kecil dalam rombongan tawanan tersebut, dia mengambil dan mendekapnya di perutnya lalu menyusuinya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Menurut kalian, apakah wanita ini tega melemparkan anaknya ke dalam api?" Kami menjawab, "Tidak. Demi Allah!" Maka beliau bersabda, "Sungguh, Allah itu lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi sayangnya perempuan ini kepada anaknya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Allah Almighty is more merciful to His servants than a mother to her child. Hence, He legislated for them what makes them win His mercy and avoid His punishment.

1) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih sayang kepada hamba-Nya daripada sayangnya seorang ibu kepada anaknya. Oleh karena itu, Allah mensyariatkan bagi mereka apa yang akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya dan menjauhkan mereka dari azab-Nya.

en

2) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) would make use of incidents to give instructions and advice to people, along with giving examples. Thus, they can gain knowledge in the most proper way. He was the most excellent teacher indeed.

2) Mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa dan menghubungkannya dalam pengarahan dan pengajaran dengan membuat permisalan agar sesuatu dapat dipahami secara sempurna. Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi sang Pengajar kebaikan. Betapa bagus cara pengajarannya!

en

3) In all situations and times, a person should be attached to Allah alone.

3) Seharusnya seseorang selalu bergantung kepada Allah semata di semua keadaan dan waktunya.

en

419/8 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When Allah created the creation, He wrote in a book, which is with Him over the Throne, ‘Verily, My mercy prevails over My anger.’”

8/419- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ketika Allah menciptakan semua makhluk, Allah menulis di dalam sebuah kitab yang ada di sisi-Nya di atas Arasy: 'Sesungguhnya rahmat-Ku akan mengalahkan murka-Ku.'"

en

In another version: “Verily, My mercy has overcome My anger.” And in another version: “Verily, My mercy has preceded My anger.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Dalam suatu riwayat, "telah mengalahkan murka-Ku." Dalam riwayat lain, "telah mendahului murka-Ku." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It affirms the highness of Allah Almighty above His creation, while He is established over His Throne. {The Most Merciful rose over the Throne.}

1) Menetapkan ketinggian Allah di atas makhluk-Nya, yaitu Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- berada di atas Arasy-Nya; "(Yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arasy." (QS. Ṭāhā: 5)

en

2) It affirms for Allah Almighty the attributes of mercy and anger, in a manner that befits Him, without asking how or negating the attributes. It also affirms that the mercy of Allah is closer to His servants than His anger.

2) Menetapkan sifat rahmat dan sifat murka bagi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-sesuai yang pantas bagi-Nya, tanpa disamakan dengan makhluk dan tanpa ditolak. Dan rahmat Allah -Ta'ālā- lebih dekat kepada hamba daripada murka-Nya.

en

420/9 - He also reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Allah divided mercy into one hundred parts. He retained with Him ninety-nine parts and sent down to earth one part. From this one part, creatures show mercy towards each other, so much so that an animal lifts its hoof away from its youngster lest it should hurt it.”

9/420- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah telah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan Allah tahan di sisi-Nya, sedangkan satu bagian Allah turunkan ke bumi. Dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi hingga seekor binatang mengangkat kakinya karena khawatir akan menginjak anaknya."

en

In another version: “Allah has one hundred mercies, out of which He has sent down only one for jinn, mankind, animals, and vermin, through which they have compassion for one another; and through it, wild animals care for their young. Allah has retained ninety-nine mercies to grant mercy to His servants on the Day of Resurrection.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Dalam riwayat lain: "Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat, kemudian Allah menurunkan satu rahmat di tengah-tengah jin, manusia, binatang, dan serangga. Dengan satu rahmat itulah mereka saling mengasihi. Dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi. Dengan satu rahmat itulah hewan buas mengasihi anak-anaknya. Dan Allah mengakhirkan sembilan puluh sembilan rahmat, dengannya Allah merahmati hamba-Nya pada hari Kiamat." (Muttafaq 'Alaih)

en

Muslim also narrated it via Salmān al-Fārisi (may Allah be pleased with him) who reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Verily, Allah has one hundred mercies; by virtue of one of which the creation are mutually merciful, and (the remaining) ninety-nine are reserved for the Day of Resurrection.”

Juga diriwayatkan oleh Muslim dari Salmān Al-Fārisiy -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah memiliki seratus rahmat. Di antaranya satu rahmat, dengan satu rahmat itu seluruh makhluk saling sayang di antara sesama mereka (di dunia). Sedang sembilan puluh sembilan lainnya untuk hari Kiamat kelak."

en

In another version: “Verily, Allah created, on the same day when He created the heavens and the earth, one hundred parts of mercy. Every part of mercy fills the space between the heavens and the earth, and He, out of this mercy, endowed one part to the earth and out of this mercy the mother shows affection to her child and even the beasts and birds show kindness to one another, and when the Day of Resurrection comes, He will make full use of His mercy.”

Dalam riwayat lain: "Allah telah menciptakan seratus rahmat ketika menciptakan langit dan bumi. Setiap satu rahmat memenuhi antara langit dan bumi. Lalu satu rahmat di antaranya diletakkan di bumi; dengannya seorang ibu menyayangi anaknya, dan binatang buas dan burung saling sayang satu sama lain. Bila tiba hari Kiamat, Allah akan menyempurnakannya dengan rahmat ini."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

حَافِرُهَا (ḥāfiruhā): kakinya.

en

--

طِبَاق (ṭibāq): lapisan, maksudnya: hal itu akan memenuhi antara langit dan bumi karena saking besarnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The mercy which Allah Almighty put within the hearts of His creation is part of His overall mercy.

1) Kasih sayang yang Allah berikan ke dalam hati hamba-hamba-Nya adalah satu bagian dari rahmat Allah secara keseluruhan.

en

2) It gives the believers glad tidings about the vast mercy of their Lord. If all the compassion that exists among them is the result of only one part of His mercy, then what about a hundred parts of mercy on the Day of Judgment!

2) Kabar gembira bagi orang-orang beriman tentang luasnya rahmat Allah, Tuhan semesta alam. Yaitu, bila mereka mendapatkan semua bentuk kasih sayang di antara mereka dengan satu rahmat yang Allah ciptakan pada mereka, maka bagaimana dengan seratus rahmat di hari Kiamat?!

en

421/1 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A slave committed a sin and he said: ‘O Allah, forgive my sin,’ and Allah Almighty said: ‘My slave committed a sin and then he realized that he has a Lord who forgives the sin and punishes for the sin.’ He then again committed a sin and said: ‘My Lord, forgive my sin,’ and Allah Almighty said: ‘My slave committed a sin and then realized that he has a Lord who forgives the sin and punishes for the sin.’ He again committed a sin and said: ‘My Lord, forgive my sin,’ and Allah Almighty said: ‘My slave has committed a sin and then realized that he has a Lord who forgives the sin and punishes for the sin. I have granted forgiveness to my slave. Let him do whatever he likes.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

10/421- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia meriwayatkan dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam suatu riwayat yang beliau riwayatkan dari Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-, beliau bersabda, "Ada seorang hamba melakukan suatu dosa, lalu dia berkata, 'Ya Allah! Ampunilah dosaku.' Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, 'Hamba-Ku melakukan dosa dan dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan siksa karena dosa.' Kemudian hamba tersebut mengulangi dosa lagi lalu berkata, 'Ya Rabbi! Ampunilah dosaku.' Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, 'Hamba-Ku berbuat dosa, tetapi dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan memberikan siksa karena dosa.' Kemudian hamba tersebut kembali mengulangi dosa lagi lalu berkata, 'Ya Rabbi! Ampunilah dosaku.' Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, 'Hamba-Ku berbuat dosa, tetapi dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan memberikan siksa karena dosa. Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini. Silakan dia berbuat sekehendak hatinya." (Muttafaq 'Alaih)

en

His statement “Let him do whatever he likes” means: as long as he does the same, i.e. sinning and then repenting. Indeed, repentance erases the sins committed before it.

Firman Allah Ta'ālā: "Silakan dia berbuat sekehendak hatinya" maksudnya: selama dia mengerjakan seperti itu; yakni dia berbuat dosa kemudian bertobat, Aku akan mengampuninya, karena tobat menghapuskan dosa-dosa sebelumnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the grace and mercy of Allah towards His servants, as long as they believe that He is the Disposer of their affairs. This indicates the merit of Tawhīd.

1) Menjelaskan karunia dan rahmat Allah kepada hamba-Nya selama mereka meyakini bahwa Allah -Ta'ālā- adalah Maha Pemelihara di semua keadaan mereka, dan ini menunjukkan keutamaan tauhid.

en

2) True repentance expiates sins. So, whenever a person commits a sin, let him repent from it.

2) Tobat yang benar akan menghapus dosa; oleh karena itu, setiap kali hamba berbuat dosa dia harus melakukan tobat darinya.

en

422/11 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “By the One in Whose hand my soul is, if you were not to commit sins, Allah would replace you with people who would commit sins and then seek forgiveness from Allah Almighty, who would then forgive them.” [Narrated by Muslim]

11/422- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah akan menghilangkan kalian dan mendatangkan satu kaum yang berbuat dosa lalu mereka memohon ampunan kepada Allah -Ta'ālā-, kemudian Allah memberi mereka ampunan." (HR. Muslim)

en

423/12 - Abu Ayyūb Khālid ibn Zayd (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Were you not to commit sins, Allah would bring into existence a creation who would commit sins and ask for forgiveness and He would forgive them.” [Narrated by Muslim]

12/423- Abu Ayyūb Khālid bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampun dan Allah mengampuni mereka." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It gives hope about the mercy of Allah, who opens the door to repentance and pursuit of forgiveness.

1) Anjuran kepada para hamba untuk meraih rahmat Allah -Ta'ālā- karena Allah telah membuka untuk mereka pintu rajā` (harapan) lewat istigfar dan tobat dari dosa.

en

2) If a person constantly repents and asks his Lord for forgiveness, being humble before Him, that is indeed one of the pious and dear acts to Allah Almighty. Blissful are those who continue to knock on the door of heaven through repentance and supplication.

2) Kecintaan hamba kepada Rabb-nya dengan terus-menerus bertobat dan beristigfar serta merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun adalah bagian dari ketaatan yang dicintai oleh Allah -Ta'ālā-. Beruntunglah hamba yang terus-menerus mengetuk pintu langit dengan tobat dan doa.

en

Note:

Peringatan:

en

The Hadīth gives hope and glad tidings of forgiveness for those who sin and then repent. Let no one be deluded and think that the Hadīth encourages the perpetration of sins.

Hadis ini mengandung berita gembira berupa ampunan bagi orang yang berbuat dosa lalu beristigfar. Dan jangan sekali-kali ada yang mengira bahwa hadis ini mengandung anjuran untuk berbuat maksiat.

en

424/13 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: We were sitting with the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him). Abu Bakr and ‘Umar were also present with us among a group of men. Meanwhile the Messenger of Allah got up and left us. We waited long for his return then got worried about his safety and got up (to look for him). I was the first to get up and went out to look for the Messenger until I came to a garden which belonged to the Ansār... (in the last part of the Hadīth, he said:) Then, the Messenger said to me: “Go and whoever you come across outside this garden who testifies that there is no god except Allah, being certain of it in his heart, give him glad tidings of entering Paradise.” [Narrated by Muslim]

13/424- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Kami pernah duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Bersama kami ada Abu Bakar, Umar, dan sejumlah sahabat lainnya -raḍiyallāhu 'anhum-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri dan beranjak pergi meninggalkan kami. Tetapi beliau lama tidak kembali. Sehingga kami khawatir jangan-jangan beliau diculik tanpa sepengetahuan kami. Kami pun merasa cemas. Segera kami bangun (mencari beliau), dan aku adalah orang yang pertama kali merasakan kekhawatiran itu. Lantas aku keluar untuk mencari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hingga aku mendatangi salah satu kebun milik kaum Ansar..." Dia menyebutkan kisah itu secara lengkap, sampai pada: "... Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pergilah! Siapa saja yang engkau temukan di balik kebun ini, dia bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dengan yakin sepenuh hati, maka berilah dia berita gembira berupa surga!" (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

نَفَرٌ (nafar): sejumlah orang, antara tiga sampai sembilan.

en

--

يُقْتَطَعَ دُوننا (yuqtaṭa' dūnanā): beliau diculik dan disiksa.

en

--

حَائطاً (hā`iṭan): kebun.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows how much the Companions (may Allah be pleased with them) loved the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and were concerned about his safety during his lifetime. After his death, those who believe and follow him are concerned about the safety and soundness of his Sunnah so they defend it. This is also considered concern about the Prophet’s safety.

1) Menjelaskan besarnya kecintaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kegigihan mereka terhadap keselamatan beliau dari semua keburukan di masa hidup beliau. Adapun setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, maka kegigihan orang-orang yang bertauhid serta pengikut Sunnah terhadap keselamatan Sunnah beliau serta pembelaan mereka kepadanya adalah bagian dari menjaga keselamatan beliau.

en

2) It is recommended to give hope and glad tidings to the believers.

2) Anjuran memberi kabar gembira serta membuka pintu harap kepada orang-orang beriman.

en

3) Tawhīd is the key to entering Paradise. So, let a person be careful to maintain the soundness of his Tawhīd.

3) Tauhid adalah kunci pintu surga; oleh karena itu, hamba harus giat menjaga kebenaran tauhidnya.

en

425/14 - ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) recited the verse in which Prophet Ibrāhīm (peace be upon him) is quoted as saying: {My Lord, indeed they have led astray many among the people. So whoever follows me - then he is of me.} [Ibrāhīm: 36] And the verse in which Prophet Jesus (peace be upon him) is quoted as saying: {If You should punish them – indeed they are Your servants but if You forgive them – indeed it is You who is the Exalted in Might, the Wise.} [Al-Mā’idah: 118] Then, he raised his hands and said, “O Allah, my Ummah, my Ummah,” and wept. Thereupon, Allah Almighty said: “O Gabriel, go to Muhammad and ask him why he is weeping, and your Lord knows best.” Gabriel (peace be upon him) came to him, and the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) informed him about what he had said. So, Allah Almighty said: “O Gabriel, go to Muhammad and say: ‘Verily, We will please you with regard to your Ummah and will not hurt you.’” [Narrated by Muslim]

14/425- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca firman Allah -'Azza wa Jalla- yang mengisahkan perkataan Ibrāhīm -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Ya Rabbi! Berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Siapa yang mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku." (QS. Ibrāhīm: 36) Juga firman Allah tentang perkataan Isā -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Al-Mā`idah: 118) Lalu beliau mengangkat tangan sambil berdoa, "Ya Allah! Umatku, umatku." Beliau sambil menangis. Maka Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Wahai Jibril! Pergilah kepada Muhammad. Meskipun Rabb-mu lebih tahu kenapa dia menangis, tanyakanlah kepadanya apa yang membuatnya menangis?" Jibril pun datang kepada beliau. Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepadanya tentang doa yang dipanjatkannya, meskipun Allah lebih tahu tentang apa yang beliau katakan. Lalu Allah -Ta'ālā- berfirman, "Wahai Jibril! Pergilah kepada Muhammad. Sampaikanlah, 'Bahwa Kami akan membuatmu rida terkait umatmu, dan Kami tidak akan membuatmu sedih.'" (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s compassion towards his Ummah and his care about their interests. This is how every Muslim should behave: caring about people and not making things hard for them, in imitation of the Prophet’s example.

1) Kasih sayang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya serta perhatian beliau terhadap maslahat mereka. Seperti inilah seharusnya sikap seorang muslim; yaitu gigih untuk memberikan kebaikan pada hamba-hamba Allah serta tidak menyulitkan mereka, sebagai wujud mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) It opens the door of hope for this Ummah that will be shown mercy, if they act uprightly, in honor of their Prophet.

2) Membuka pintu harap bagi umat yang tercinta ini manakala dia lurus sebagai bentuk memuliakan Nabi mereka -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

426/15 - Mu‘ādh ibn Jabal (may Allah be pleased with him) reported: I was riding behind the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) on a donkey, and he said: “O Mu‘ādh, do you know what the right of Allah upon His servants is, and what the right of the servants upon Allah is?” I said: “Allah and His Messenger know best.” He said: “The right of Allah upon His servants is that they worship Him and not associate any partners with Him. And the right of the servants upon Allah is that He should not punish those who do not associate partners with Him.” I said: “O Messenger of Allah, shall I give this good news to people?” He said: “No, lest they rely upon it.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

15/426- Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku pernah dibonceng Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di atas keledai, beliau berkata, "Wahai Mu'āż! Apakah engkau mengetahui apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba kepada Allah?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau bersabda, "Hak Allah atas hamba adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba kepada Allah ialah Allah tidak akan menyiksa siapa yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Tidakkan aku mengabarkan kabar gembira ini kepada orang-orang?" Beliau menjawab, "Jangan kabarkan kepada mereka, karena mereka nanti akan bersandar kepadanya (tidak mau beramal)." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It gives glad tidings to the believers of the mercy of Allah to those who act rightly and sincerely. But if they are idle and lethargic, this would be no more than wishful thinking.

1) Kabar gembira kepada orang-orang beriman berupa rahmat yang luas dari Allah -Ta'ālā- diperuntukan bagi orang yang membuktikan imannya dengan amal serta beramal dengan baik. Adapun jika lemah dan malas beramal, maka yang demikian itu hanyalah angan-angan.

en

2) Negating that a person associates partners with Allah indicates his sincerity and Tawhīd. Hence, the believer should be keen on maintaining the soundness of his Tawhīd.

2) Menafikan kesyirikan dari seorang hamba menunjukkan keikhlasan dan ketauhidan; oleh karena itu, hendaklah orang yang beriman berjuang kuat terhadap kebenaran tauhidnya.

en

427/16 - Al-Barā’ ibn ‘Āzib (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When a Muslim is questioned in his grave, he will testify that there is no god except Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah; and that is what is meant by the verse: {Allah will keep firm those who believe with a word that stands firm in this world and in the Hereafter.} [Ibrāhīm: 27] [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

16/427- Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Seorang muslim apabila ditanya di kubur, tentu dia bersaksi bahwa tidak ada ilah yang hak selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Itulah (makna) firman Allah -Ta'ālā-, "Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrāhīm: 27) (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out Allah’s mercy towards His servants in this world and in the Hereafter. If a person fulfills Tawhīd and applies it in his life, Allah will reward him by making him firm in this world, in the grave, and on the Day of Judgment.

1) Besarnya rahmat Allah kepada hamba-Nya yang beriman di dunia dan akhirat; siapa yang merealisasikan tauhid dan hidup di atas tauhid maka Allah akan memberikannya keteguhan di masa hidupnya, di kubur, dan hari kebangkitannya.

en

2) The best means whereby we can interpret the Qur’an is the Prophet’s statements.

2) Tafsir yang paling baik untuk menafsirkan Kitab Allah adalah hadis Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

428/17 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When a disbeliever does a good deed, he is rewarded for it in this world. As for the believer, Allah Almighty saves his good deeds to reward him in the Hereafter and provides him with sustenance in this life as a consequence of his obedience.”

17/428- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya orang kafir itu apabila melakukan kebaikan, maka dia langsung diberi balasan sebagian rezeki dunia. Sedangkan orang mukmin, sesungguhnya Allah menyimpan balasan kebaikan-kebaikannya di akhirat dan dia diberi rezeki di dunia karena ketaatannya."

en

In another version: “Allah does not wrong a believer with regard to a good deed; he is given blessings for it in this world and will be rewarded for it in the Hereafter. But the disbeliever is given in this world the reward for the good deeds he has done for the sake of Allah, and when he comes to the Hereafter, there will be no good deed for which he can be rewarded.” [Narrated by Muslim]

Dalam riwayat lain: "Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi seorang mukmin walau satu kebaikan; dia akan diberi balasannya di dunia dan balasannya di akhirat. Adapun orang kafir, maka dia akan diberikan balasan berupa rezeki dengan sebab kebaikan-kebaikan yang dia kerjakan karena Allah -Ta'ālā- di dunia, hingga ketika dia telah berpulang ke akhirat dia tidak lagi memiliki satu kebaikan pun yang akan dibalas." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

أَفْضَىٰ (afḍā): berpindah ke akhirat.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out how Allah Almighty deals justly with His servants, as He recompenses their deeds in full, even the wicked disbelievers. Verily, He loves justice and is pleased with it.

1) Menjelaskan keadilan Allah terhadap hamba-hamba-Nya; yaitu Allah akan memberikan balasan pahala mereka secara sempurna, sekalipun terhadap orang-orang kafir lagi durhaka, sebab keadilan termasuk perkara yang dicintai dan diridai oleh Allah.

en

2) The disbeliever is recompensed for his good deeds in this world. The believer, on the other hand, is rewarded for his good deeds both in this world and in the Hereafter. Indeed, this is a source of good news and hope for the believers.

2) Orang kafir akan diberikan balasan terhadap perbuatan baiknya di dunia. Adapun orang beriman, maka akan diberikan balasannya di dunia dan akhirat. Ini adalah kabar gembira serta harapan bagi orang-orang beriman.

en

429/18 - Jābir (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The five prayers are like a great river running by your door in which you wash yourselves five times every day.” [Narrated by Muslim] --

18/429- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Perumpamaan salat lima waktu seperti sebuah sungai yang mengalir dan melimpah di depan pintu rumah salah seorang kalian, dia mandi di sungai itu lima kali sehari." (HR. Muslim) الْغَمْرُ (al-gamr): banyak, melimpah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Prayer expiates sins. This indicates Allah’s mercy towards His believing servants, as He legislates for them acts of worship whereby they can erase their sins.

1) Salat akan menghapus dosa, dan ini termasuk rahmat Allah kepada orang beriman, karena Allah mensyariatkan berbagai ibadah untuk mereka gunakan dalam rangka membersihkan dosa mereka.

en

2) If Allah Almighty enables a person to perform the five prayers persistently, this is a good sign for him indicating that he may be one of those whose sins will be forgiven.

2) Apabila Allah memberi taufik kepada hamba untuk memelihara lima salat, maka itu adalah kabar baik baginya bahwa dia termasuk di antara orang-orang yang diharapkan dosanya dihapuskan.

en

430/19 - Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “No Muslim man dies, and forty men who associate no partners with Allah, offer the funeral prayer for him except that Allah will accept their intercession for him.” [Narrated by Muslim]

19/430- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, lalu jenazahnya disalati oleh empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, kecuali Allah menerima syafaat (doa) mereka untuknya." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It establishes intercession by the believers, if the deceased is entitled to that. Their intercession for him is that Allah Almighty forgives his sins.

1) Menetapkan adanya syafaat orang beriman untuk orang yang meninggal bila ia termasuk yang berhak menerima syafaat. Bentuk syafaat mereka untuknya adalah doa agar Allah mengampuni dosanya.

en

2) It encourages increasing the number of participants in the funeral prayer in hope that the deceased would be forgiven, out of Allah’s grace.

2) Anjuran memperbanyak orang yang bertauhid dalam salat jenazah dengan harapan orang yang meninggal tersebut akan mendapatkan ampunan dengan karunia Allah -Ta'ālā-.

en

3) It shows the merit of Tawhīd and its people and the disavowal of polytheism and its people.

3) Keutamaan tauhid dan orang bertauhid serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku kesyirikan.

en

431/20 - Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: “There were about forty of us with the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) in a tent when he said: ‘Would it please you to be one-fourth of the inhabitants of Paradise?’ We said: ‘Yes.’ He said: ‘Would it please you to be one-third of the inhabitants of Paradise?’ We said: ‘Yes.’ Thereupon, he said: ‘By the One in Whose hand Muhammad’s soul is, I hope that you would be one-half of the inhabitants of Paradise; for none shall enter Paradise except a Muslim soul, and you, compared to the polytheists, are no more than a white hair on the skin of a black ox, or a black hair on the skin of a red ox.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

20/431- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu kami pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah kemah, kami berjumlah sekitar empat puluh orang. Beliau bersabda, "Apakah kalian rida seandainya kalian seperempat penduduk surga?" Kami menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Apakah kalian rida seandainya kalian sepertiga penduduk surga?" Kami menjawab, "Ya." Kemudian beliau bersabda, "Demi Zat yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya! Sungguh aku berharap kalian adalah separuh penduduk surga. Karena surga itu tidak dimasuki kecuali oleh jiwa yang beriman. Tidaklah perumpamaan kalian di tengah-tengah orang musyrik melainkan seperti sehelai bulu putih pada lembu hitam atau seperti sehelai bulu hitam pada lembu putih." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

قُبَّة (qubbah): kemah, tenda.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The believers from the Ummah of Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him) are the majority of the inhabitants of Paradise, which indicates the status of this Ummah in the sight of Allah Almighty.

1) Orang beriman dari kalangan umat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah mayoritas penghuni surga, dan ini menunjukkan mulianya kedudukan umat yang tercinta ini di sisi Allah -Ta'ālā-.

en

2) The believers are few in number compared to the disbelievers. A wise believer would not weigh things on the basis of the number of its followers, but he knows the truth according to whether it accords with the Shariah of Allah and the practice of the early followers of Islam.

2) Sedikitnya jumlah orang beriman bila dibandingkan dengan jumlah orang kafir; sehingga orang beriman yang cerdas tidak akan menakar sesuatu dengan banyaknya jumlah pengikut, melainkan dia mengukur kebenaran berdasarkan kesesuaiannya dengan syariat Tuhan semesta alam, dan petunjuk generasi pertama umat ini.

en

3) Gradation and repetition of giving glad tidings time after time, which inspires renewal of gratitude time after time.

3) Penyebutan kabar gembira secara bertahap dan pengulangannya beberapa kali untuk lebih memancing pembaharuan rasa syukur dari waktu ke waktu.

en

432/21 - Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “On the Day of Judgment, Allah will deliver to every Muslim a Jew or a Christian and say: ‘This is your ransom from Hellfire.’”

21/432- Abū Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari Kiamat nanti Allah menyerahkan seorang yahudi atau nasrani kepada setiap muslim lalu berfirman, 'Ini menjadi tebusanmu dari neraka.'"

en

In another version: “On the Day of Judgment, some Muslims will come with sins as huge as mountains, and Allah will forgive it for them.” [Narrated by Muslim]

Dalam riwayat lain, juga dari Abū Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Akan didatangkan pada hari Kiamat sejumlah orang dari kalangan muslim dengan dosa seperti gunung, tetapi Allah mengampuninya bagi mereka." (HR. Muslim)

en

His statement “Allah will deliver to every Muslim a Jew or a Christian and say: ‘This is your ransom from Hellfire’” is explained by another Hadīth reported by Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him), which reads: “Everyone has a place in Paradise and a place in Hellfire. When the believer enters Paradise, the disbeliever takes his place in Hellfire, for he deserves that on account of his disbelief.”

Sabda Rasulullah: "Allah menyerahkan seorang yahudi atau nasrani kepada setiap muslim lalu berfirman, 'Ini menjadi tebusanmu dari neraka'" maknanya ialah apa yang disebutkan dalam hadis riwayat Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-: "Setiap orang memiliki tempat di surga dan tempat di neraka. Ketika orang beriman masuk surga, dia digantikan oleh orang kafir di neraka, karena sebenarnya dia berhak terhadap yang demikian itu disebabkan kekafirannya."

en

“Your ransom” means you were in danger of entering Hellfire and this is your ransom, because Allah Almighty predestined that a certain number fills Hellfire, and when the disbelievers enter it due to their sins and disbelief, they are like a ransom on behalf of Muslims. And Allah knows best.

Makna "menjadi tebusanmu": bahwa Anda pun terancam masuk neraka, lalu ini menjadi tebusanmu, karena Allah -Ta'ālā- telah menetapkan bagi neraka jumlah orang yang akan mengisinya, sehingga ketika orang kafir masuk neraka dengan sebab dosa dan kekafiran mereka, maka seakan-akan mereka sebagai tebusan bagi orang Islam. Wallāhu a'lam.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Allah Almighty honors this (Muslim) nation due to their belief in Him and their role as a witness over other nations.

1) Allah telah memuliakan umat ini karena mereka beriman kepada Allah serta menjadi saksi bagi manusia.

en

2) The low status of the Jews and Christians, for they distorted the speech of Allah and killed His messengers, and so they will be like offerings whereby Muslims will be ransomed.

2) Kehinaan orang yahudi dan nasrani yang telah menyelewengkan Kalam Allah -Ta'ālā- dan membunuh rasu-rasul utusan Allah -ṣallallāhu 'alaihim wa sallam-, sehingga mereka menjadi tebusan bagi orang Islam.

en

433/22 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “A believer will be brought close to his Lord on the Day of Judgment and He will envelop him in His mercy and make him confess his sins. Allah will say: ‘Do you remember (doing) this sin and that sin?’ He will reply: ‘My Lord, I remember.’ Then He will say: ‘I covered it up for you in the life of the world, and I forgive it for you today.’ Then the record of his good deeds will be handed to him.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

18/22- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari Kiamat, orang mukmin didekatkan kepada Tuhannya, lalu Allah meletakkan tabir-Nya kepadanya. Kemudian Allah mengingatkannya dosa-dosanya; Allah bertanya, 'Apakah kamu mengenal dosa ini? Apakah kamu mengenal dosa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rabbi! Aku mengenalnya.' Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku telah menutupi dosamu itu di dunia, dan hari ini Aku ampuni dosa-dosamu.' Lantas Allah memberikan kepadanya catatan kebaikan-kebaikannya." (Muttafaq 'Alaih)

en

--

كَنَفُهُ (kanafuhu): tabir dan rahmat-Nya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

يُدنىٰ (yudnī): mendekatkan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Allah Almighty takes care of the believers and protects them, and He conceals their faults in the worldly life and in the Hereafter.

1) Adanya perhatian besar Allah kepada orang-orang beriman serta menutup aib-aib mereka di dunia dan akhirat.

en

2) A believer does not lie, for lying is a trait of the hypocrites, whereas truthfulness is a trait of the believers.

2) Hamba yang beriman tidak akan berdusta; karena kedustaan adalah perangai orang munafik, sedangkan kejujuran adalah perangai orang beriman.

en

Note:

Peringatan:

en

One of the Beautiful Names of Allah is "Al-Sittīr" (the Concealing). He loves that the faults of the believers be concealed. So, blissful are those who help cover up the faults of their fellow Muslims.

Di Antara nama Allah yang indah: As-Sittīr (Maha Menutupi), yaitu Allah senang menutupi aib orang-orang beriman. Maka, semoga Allah merahmati hamba yang membantu menutupi aib saudaranya yang mukmin.

en

The name "‘Abd al-Sattār" has become common among people, but it is a wrong name, because Al-Sittīr is one of the Names of Allah whereas Al-Sattār is not. We should adhere to what is reported in the Shariah texts. Indeed, the Names of Allah should be taken exactly as they are reported. {Say: “Are you more knowing or is Allah?”}

Banyak beredar di tengah masyarakat nama "'Abdus-Sattār", dan ini salah. Karena yang merupakan nama Allah -Ta'ālā- adalah As-Sittīr. Adapaun As-Sattār, bukan termasuk Al-Asmā` Al-Ḥusnā. Sementara kewajiban kita harus terikat dengan nas agama, karena nama-nama Allah termasuk perkara tauqiīfīyah (berdasarkan wahyu); "Katakanlah, 'Kamukah yang lebih tahu atau Allah?!'" (QS. Al-Baqarah: 140)

en

434/23 - Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: A man kissed a woman, and he came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and informed him of the matter. Thereupon, Allah Almighty revealed the following verse: {And establish prayer at the two ends of the day and at the approach of the night. Indeed, good deeds do away with misdeeds.} [Hūd: 114] The man asked: “Is this for me, O Messenger of Allah?” He said: “For my entire Ummah.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

23/434- Ibnu Mas‘ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki yang mencium seorang wanita, lalu dia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menyampaikan hal itu. Maka Allah -Ta'ālā- pun menurunkan ayat: “Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.” (QS. Hūd: 114) Laki-laki itu berkata, “Apakah ini (khusus) untukku, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Untuk semua umatku secara keseluruhan.” (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

طَرَفَيِ ٱلنَّهَارِ (ṭarafain-nahār): kedua ujung siang, yaitu pagi dan petang.

en

--

زلفاً من الليل (zulafan minal-lail): sebagian malam yang dekat dari siang.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Prayer is the best act of worship to be performed by the believers, and the best thing about which they should advise one another.

1) Salat adalah amal orang beriman yang paling afdal serta perkara paling baik untuk mereka saling mengingatkan.

en

2) It opens the door of hope to the entire Ummah of Muhammad. If a person commits a sin, let him offer a prayer after that to expiate the sin. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “... and follow the sin with a good deed and it will wipe it out.”

2) Membuka pintu harapan bagi semua umat Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; siapa saja yang berbuat dosa agar segera mengerjakan salat setelahnya untuk menghapus dosanya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kerjakan kebaikan setelah melakukan keburukan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya."

en

435/24 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: A man came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: “O Messenger of Allah, I committed a sin liable to a legal punishment, so inflict it upon me.” It was prayer time, so he offered the prayer along with the Messenger. When the prayer was over, he said: “O Messenger of Allah, I committed a sin liable to a legal punishment, so apply the punishment stated in the Book of Allah to me.” He asked: “Have you offered the prayer with us?” He said: “Yes.” He said: “You have been forgiven.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

24/435- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Seorang lelaki datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Aku telah melanggar sebuah larangan, tegakkanlah hukumnya kepadaku!" Lantas waktu salat tiba dan dia pun salat bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Setelah selesai melaksanakan salat, orang itu berkata lagi, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku telah melanggar sebuah larangan, karena itu tegakkanlah kepadaku Kitab Allah!" Beliau bertanya, "Apakah engkau ikut salat bersama kami?" Orang itu menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Engkau sudah diampuni." (Muttafaq 'Alaih)

en

His statement “I committed a sin liable to a legal punishment”; actually means a sin that entails a discretionary punishment, not a fixed legal punishment, such as the punishment for adultery and drinking alcohol, for these punishments are not absolved by prayer, and it is not permissible for a ruler to abandon carrying them out.

Ucapan: (أَصَبْتُ حَدّاً), maksudnya: saya melakukan sebuah maksiat yang mengharuskan hukuman ta'zīr, bukan hukuman hudud yang sebenarnya seperti zina, minum khamar, dan lainnya, karena hukuman hudud tidak gugur dengan salat, dan tidak boleh bagi pemimpin untuk meninggalkannya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) If a person performs the prayer in the proper prescribed manner, following the Prophet’s example inwardly and outwardly, then this act of worship expiates his sins, even if they are great.

1) Bila seorang hamba menunaikan salat secara benar sesuai syariat dan mengikuti tata cara salat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- secara lahir dan batin, maka ibadah ini akan menghapus dosanya, walaupun besar.

en

2) Allah is merciful to His servants, as He has opened to them the doors to expiation of sins, one of which is prayer.

2) Besarnya rahmat Allah kepada hamba-Nya; yaitu Allah membuka untuk mereka pintu-pintu penghapus dosa, di antaranya salat.

en

436/25 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah is pleased with one who eats some food and then praises Him for it, or who drinks some drink and then praises Him for it.” [Narrated by Muslim]

25/436- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah rida kepada seorang hamba ketika dia menyantap makanan lalu dia memuji Allah atas makanan itu, atau minum lalu dia memuji Allah atas minuman itu." (HR. Muslim)

en

--

الأَكْلَةُ (al-aklah), dengan memfatahkan hamzah, yaitu satu kali makan seperti makan siang atau sore. Wallāhu a'lam.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) When a person praises Allah Almighty each time he eats or drinks, this is a kind of hope on the part of this person towards his Lord.

1) Memuji Allah -Ta'ālā- ketika setiap kali makan dan minum adalah bentuk harapan hamba kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.

en

2) In his food and drink, a believer seeks the pleasure of Allah Almighty and to be able to worship Him.

2) Orang beriman mengharap rida Allah dalam aktifitas makan dan minumnya serta memanfaatkannya dalam rangka ketaatan kepada-Nya.

en

437/26 - Abu Mūsa (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah Almighty stretches His hand during the night so that the sinners of the day may repent, and He stretches His hand in the day so that the sinners of the night may repent. He keeps doing so until the sun rises from the west.” [Narrated by Muslim]

26/437- Abū Mūsā -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- membentangkan Tangan-Nya pada waktu malam agar orang yang berbuat kesalahan di waktu siang bertobat, dan Allah membentangkan Tangan-Nya di waktu siang agar orang yang berbuat kesalahan di waktu malam bertobat, hingga matahari terbit dari arah terbenamnya." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The door of repentance is open. Whoever knocks on that door, it will be opened for him.

1) Tobat adalah pintu yang selalu terbuka, siapa yang mengetuk pintu tersebut maka akan dibukakan baginya.

en

2) Allah is merciful to His servants, as He accepts the repentance of sinners and guides them to it.

2) Besarnya rahmat Allah kepada hamba-Nya dengan menerima tobat pelaku maksiat serta membimbing mereka untuk bertobat.

en

438/27 - Abu Nujayh ‘Amr ibn ‘Abasa Al-Sulami (may Allah be pleased with him) reported: In the Pre-Islamic Period of Ignorance, I used to think that people who worshiped idols were deviated and did not adhere to a true religion. Then, I heard of a man in Makkah who was preaching a message. So I mounted my camel and went to him. I found that (this man who was) the Messenger of Allah remained hidden because of the persecution by his people. I had entered Makkah stealthily and when I met him, I asked him: “Who are you?” He said: “I am a Prophet.” I asked: “What is a Prophet?” He said: “Allah has sent me (with a message).” I asked: “With what has He sent you?” He said: “He sent me to uphold the ties of kinship and to destroy idols so that Allah alone should be worshiped and nothing should be associated with Him.” I asked: “Who has followed you in this?” He said: “A freeman and a slave.” On that day, Abu Bakr and Bilāl (may Allah be pleased with them) were with him. I said: “I shall follow you.” He said: “You can not do that now. Do you not see my situation and that of the people? Go back to your people, and when you hear that my cause has prevailed, come to me.” So I went back to my people, and while I was with my people, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) migrated to Madīnah. I continued to ask people about him till some of my people visited Madīnah. On their return, I asked them: “How is that man who has arrived in Madīnah faring?” They said: “People are hastening to him. His own people had planned to kill him but did not succeed.” Then, I went to Madīnah and came to him and said: “O Messenger of Allah, do you recognize me?” He said: “Yes, you are the one who met me in Makkah.” I said: “O Messenger of Allah, tell me of what Allah has taught you and of which I am unaware. Tell me about prayer.” He replied: “Perform the Fajr prayer and then stop prayer until the sun has risen up to the height of a lance, for when it rises, it rises up between the horns of the devil, and the disbelievers prostrate themselves before it at that time. Then, perform prayer, for prayer is witnessed and angels attend it, until the shadow becomes equal to the length of its object. Then, stop prayer, for at that time Hell is heated up. Then, pray when the shadow becomes longer, for the prayer is witnessed and angels attend it, until you perform the ‘Asr prayer. Then, stop prayer till the sun sets, for it sets between the horns of a devil. At that time, the disbelievers prostrate themselves before it.” I said: “O Prophet of Allah, what about ablution? Tell me about it.” He said: “When one of you begins ablution, rinses his mouth and sniffs water into his nostrils, the sins committed by his face, mouth, and nostrils are washed out. Then, when he washes his face as commanded by Allah, the sins of his face are washed out with the water from the tips of his beard. Then, he washes his hands up to the elbows and the sins of his hands are washed out with the water from his fingertips. Then, he passes his wet hands over his head and the sins of the head are washed out with the water from the ends of his hair. Then, he washes his feet up to the ankles and the sins of his feet are washed out with the water from his toes. Then, if he stands up for prayer and praises Allah, glorifies Him, proclaims His greatness as He deserves and devotes his heart wholly to Allah, he emerges sin-free as the day his mother gave birth to him. When ‘Amr ibn ‘Abasah reported this Hadīth to Abu Umāmah, one of the Prophet’s Companions, the latter said to him: “Watch what you are saying, O ‘Amr ibn ‘Abasah; a man will be getting all of this in one shot?” ‘Amr replied: “O Abu Umāmah, I have attained old age, my bones have become dry, my death is approaching, and there is no need for me to tell lies about Allah and His Messenger. Had I not heard this from the Messenger of Allah only once, twice, thrice (and he counted up to seven), I would never have reported it. But indeed I have heard it more than that.” [Narrated by Muslim]

27/438- Abu Najīḥ 'Amr bin 'Abasah -dengan memfatahkan "'ain" dan "bā`"- As-Sulamiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu ketika aku masih di masa jahiliah, aku meyakini semua manusia dalam kesesatan dan tidak melakukan sesuatu yang berguna karena mereka menyembah berhala-berhala. Lalu aku mendengar ada seorang laki-laki di Mekah yang menyampaikan berbagai berita (wahyu). Aku pun bergegas mengendarai kendaraanku dan menuju orang itu. Ternyata orang itu adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang sembunyi-sembunyi dan diperlakukan dengan lancang oleh kaumnya. Aku pun bersikap hati-hati hingga berhasil menemui beliau di Mekah. Aku bertanya pada beliau, "Siapakah engkau ini?" Beliau menjawab, "Aku seorang nabi." Aku bertanya, "Apa itu nabi?" Beliau menjawab, "Yaitu Allah telah mengutusku." Aku bertanya, "Dengan ajaran apakah Allah mengutusmu?" Beliau menjawab, "Allah mengutusku dengan (perintah) bersilaturahmi, menghancurkan berhala, dan mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." Aku bertanya, "Siapa yang mengikutimu dalam hal ini?" Beliau menjawab, "Satu orang merdeka dan satu hamba sahaya." Saat itu Abu Bakar dan Bilal -raḍiyallāhu 'anhuma- bersama beliau. Aku berkata, "Sesungguhnya aku siap mengikutimu." Beliau bersabda, "Sesungguhnya engkau tidak akan kuat melakukannya saat ini. Tidakkah engkau melihat keadaanku dan keadaan orang-orang itu? Tetapi kembalilah dulu kepada keluargamu. Jika engkau sudah mendengar berita aku telah menang, datanglah kembali kepadaku." Dia melanjutkan: Maka aku pun pulang kembali ke keluargaku. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hijrah ke Madinah, sementara aku tinggal bersama keluargaku. Aku berusaha mencari kabar dan bertanya kepada orang-orang ketika beliau datang ke Madinah. Hingga akhirnya sekelompok orang dari penduduk Madinah datang. Aku bertanya, "Apa yang dilakukan oleh orang yang datang ke Madinah itu?" Mereka menjawab, "Orang-orang bersegera menyambutnya. Kaumnya telah berusaha membunuhnya, tetapi mereka tidak berhasil melakukan itu." Lantas aku pergi ke Madinah dan menemui beliau. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah engkau mengenaliku?" Beliau menjawab, "Ya, engkau adalah orang yang dulu menemuiku di Mekah." Dia melanjutkan, maka aku berkata, 'Wahai Rasulullah! Beritahukan kepadaku apa yang diajarkan oleh Allah kepadamu sedangkan aku tidak mengetahuinya. Beritahukan kepadaku tentang salat?" Beliau bersabda, "Laksanakanlah salat Subuh. Setelah itu jangan mengerjakan salat hingga matahari naik seukuran satu tombak, karena ketika matahari terbit, dia terbit di antara dua tanduk setan. Saat itulah orang-orang kafir bersujud kepadanya. Setelah itu salatlah, karena salat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (para malaikat), hingga bayangan tombak sampai titik paling pendek. Setelah itu berhentilah melakukan salat karena pada saat itu Jahanam dinyalakan. Jika bayangan datang lagi (setelah matahari tergelincir), maka kerjakanlah salat, karena salat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (para malaikat), hingga engkau mengerjakan salat Asar. Kemudian berhentilah melakukan salat hingga matahari terbenam, karena matahari terbenam di antara dua tanduk setan. Ketika itulah orang-orang kafir bersujud kepadanya." Dia melanjutkan, aku berkata, "Wahai Nabi Allah! Sampaikan kepadaku tentang wudu." Beliau bersabda, "Tidaklah salah seorang kalian menghadirkan air wudunya, lalu berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya, melainkan gugur dosa-dosa mulut dan hidungnya. Kemudian ketika dia membasuh wajahnya sebagaimana yang diperintahkan Allah, gugurlah dosa-dosa wajahnya dari ujung janggutnya bersama air itu. Kemudian ketika dia membasuh kedua tangannya hingga siku, gugurlah dosa-dosa tangannya dari jari-jarinya bersama air itu. Selanjutnya ketika dia mengusap kepalanya, gugurlah dosa-dosa kepalanya dari ujung rambutnya bersama air itu. Kemudian ketika dia membasuh kedua kakinya sampai kedua mata kaki, gugurlah dosa-dosa kakinya dari jari-jarinya bersama air itu. Kemudian jika dia berdiri lalu mengerjakan salat; dia memuji, memuja dan mengagungkan Allah -Ta'ālā- dengan pujian yang pantas untuk-Nya, serta mengosongkan hatinya hanya untuk Allah -Ta'ālā- maka dia keluar dari dosanya seperti saat dia dilahirkan ibunya." Kemudian 'Amr bin 'Abasah menuturkan hadis ini kepada Abu Umāmah, seorang sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Abu Umāmah berkata kepadanya, "Wahai 'Amr bin 'Abasah! Perhatikanlah apa yang engkau katakan itu! Mungkinkah seseorang akan diberi pahala sebanyak itu hanya dalam satu amalan saja?!" 'Amr menjawab, "Wahai Abu Umāmah! Umurku sudah tua, tulangku sudah rapuh, dan ajalku sudah dekat. Aku tidak memiliki kepentingan untuk berdusta atas nama Allah -Ta'ālā-, dan tidak juga atas nama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Seandainya aku tidak pernah mendengarnya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sekali, dua kali, atau tiga kali -hingga dia menyebutkan tujuh kali- aku tidak akan menceritakan hadis ini selama-lamanya. Tetapi aku telah mendengarnya lebih banyak dari itu." (HR. Muslim)

en

-- The Prophet’s words “between the horns of the devil” mean: the two sides of his head. The meaning intended here is that the devil and his allies move and hold sway at that time. -- -- --

Perkataan 'Amr bin 'Abasah: "جُرآءُ عليهِ قومُه", yaitu dengan "jīm" yang damah dan hamzah yang bermad, sama seperti pola: "عُلماءَ". Maksudnya: berani dan lancang, tidak takut. Inilah riwayat yang masyhur. Dan telah diriwayatkan oleh Al-Ḥumaidiy dan lainnya: "حِرَاءٌ", dengan "ḥā`" yang kasrah. Al-Ḥumaidiy berkata, "Maknanya: mereka murka dan penuh susah dan galau, telah hilang kesabaran mereka, hingga membekas di tubuh mereka. Ia berasal dari perkataan mereka, 'Ḥarā jismuhu, yaḥrā', yakni tubuhnya menyusut karena sakit, galau, dan semisalnya. Tetapi yang benar ialah menggunakan 'jīm'." Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "بينَ قَرنَي شيطانٍ": di antara dua sisi kepala setan. Maksudnya ialah sebagai perumpamaan; bahwa saat itu adalah waktu setan dan tentaranya bergerak dan berkuasa. يُقَرِّبُ وَضَوءه, maksudnya: menghadirkan air yang akan digunakan berwudu. إلَّا خَرّتْ خَطايا, dengan huruf "khā`", artiya: gugur, jatuh. Sebagian meriwayatkannya: "جرَتْ", dengan "jīm". Namun, yang benar dengan "khā`", dan ini adalah riwayat mayoritas. فَيَنْتَثِرُ, maksudnya: mengeluarkan kotoran yang ada dalam hidungnya. Adapun makna "النَّثرَةُ" (an-naṡrah): pangkal hidung.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

فَتَلَطَّفْتُ (fatalaṭṭaftu): aku berhati-hati.

en

“I shall follow you”: I will declare my Islam and stay with you in Makkah.

مُتَّبِعُكَ (muttabi'uka): siap mengikutimu untuk memenangkan Islam serta tinggal bersamamu di Mekah.

en

--

قَيْدَ رُمْحٍ (qaida rumḥin): seukuran sebuah tombak, yaitu seukuran beberapa menit setelah matahari terbit.

en

--

تُسْجَر (tusjar): dinyalakan dengan bahan bakar.

en

--

الفيء (al-fai`): bayangan setelah matahari tergelincir.

en

--

فيه (fīhi): mulutnya.

en

--

خَيَاشِيْمِهِ (khayāsyīmihi): hidungnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) began his Da‘wah secretly. Then, Allah Almighty bestowed His favor upon him and his Companions and empowered them in the land, as a reward for their patience over the harm and affliction they suffered. This is a great lesson for the Muslim preachers that they should not hasten the victory of Allah.

1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memulai dakwah beliau dalam keadaan asing dan secara sembunyi-sembunyi, kemudian Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memuliakan beliau dan memuliakan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dengan diberikan kemenangan di atas muka bumi berkat kesabaran mereka terhadap gangguan dan ujian serta konsistensi mereka dalam mengharap kemenangan kepada Allah. Ini adalah pesan yang agung bagi para dai agar tidak tergesa-gesa ingin melihat pertolongan dari Allah -Ta'ālā-.

en

2) It shows the merit of Abu Bakr and Bilāl (may Allah be pleased with both of them), as they were among the earliest front-runners.

2) Menjelaskan keutamaan Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq dan Bilāl; keduanya termasuk golongan sahabat yang paling pertama masuk Islam. Semoga Allah meridai mereka.

en

3) It is prohibited to imitate the disbelievers, even unintentionally. A person who prays when the sun rises or sets may not intend to imitate the disbelievers. Nonetheless, prayer at that time is forbidden.

3) Larangan melakukan tasyabbuh atau menyerupai kelakuan orang kafir, sekalipun pelakunya tidak meniatkan hal itu; karena orang yang mengerjakan salat ketika matahari terbit atau tenggelam bisa jadi tidak berniat untuk menyerupai orang kafir, walaupun demikian salat pada waktu tersebut tetap dilarang.

en

4) It points out the virtue of ablution and that it expiates sins and misdeeds. This is a source of hope for the believers who purify themselves frequently.

4) Menjelaskan keutamaan wudu; bahwa wudu merupakan penghapus dosa dan kesalahan, dan ini termasuk harapan bagi orang-orang mukmin yang bersuci.

en

439/28 - Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If Allah wills to show mercy to a people, He takes the soul of their prophet before them, thus making him a forerunner and an intercessor for them. Whereas, if He wills to destroy a people, He punishes them whilst their prophet is alive, witnessing their destruction, thus, consoling him by their destruction as they disbelieved in him and disobeyed his orders.” [Narrated by Muslim]

28/439- Abū Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Jika Allah -Ta'ālā- menghendaki rahmat bagi suatu umat, maka Allah mewafatkan nabi mereka sebelum mereka, lalu menjadikannya sebagai pendahulu dan panutan bagi umat itu. Dan jika Allah menghendaki kebinasaan suatu umat, maka Allah menyiksa mereka sedangkan nabi mereka masih hidup. Selanjutnya Allah membinasakan mereka sedangkan nabi mereka hidup dan menyaksikan kebinasaan mereka. Sehingga Allah menyejukkan matanya dengan kebinasaan mereka lantaran mereka mendustakan nabi tersebut dan mendurhakai perintahnya." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

فَرَطًا (faraṭan): pendahulu.

en

--

بَيْنَ يَدَيْهَا (baina yadaihā): di hadapannya.

en

--

فأَقَرَّ عيْنَهُ (fa`aqarra 'ainahu): dia merasakan bahagia dengan kebinasaan mereka akibat mereka mendustakannya dan tidak mematuhinya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Allah is gentle and kind to this Ummah of Muhammad - may Allah increase them in honor - as He caused their Prophet to die before them.

1) Besarnya kasih sayang dan rahmat Allah kepada umat Muhammad yang tercinta -semoga Allah menambah kemuliaan mereka-, karena Allah mewafatkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebelum mereka.

en

2) The prophets cared about their peoples and were keen to look after them and set their affairs right.

2) Perhatian para nabi -'alaihimus-salām- kepada kaum mereka, serta kepedualian mereka dalam memelihara dan memperbaiki urusan mereka.

en

3) The punishment and destruction of the disbelievers is a kind of victory for the path of the prophets (peace be upon them) and their followers.

3) Siksaan dan pembinasaan terhadap orang kafir mengandung pembelaan terhadap agama para nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan pengikut mereka.